"Cak, kurasa sudah waktunya, kita berpisah jalan sekarang," ucap Ihsan.
"Ya, ini sudah pagi, maaf ya aku tak bisa mengawasimu selama ini sehingga semua ini bisa terjadi," ucap Alim.
"Tidak masalah cak, justru dengan semua hal yang telah terjadi ini kita bisa mengambil peran utama dan dengan itu kita tau Dunia akan baik-baik saja siapapun yang akan menang," ucap Ihsan.
"Ya Ihsan, sampai jumpa di medan tempur," ucap Alim.
"Akan kutunggu kau di Ananta Sunyata cak, datanglah dengan pasukan terbaikmu," ucap Ihsan sembari menjabat tangan Alim.
Kedua anak itu akhirnya melambaikan tangan mereka. Sebelum berpisah mereka saling tatap sekali lagi dan tanpa sadar meneteskan air mata saat keduanya berbalik memanggil wahana tempur mereka. Ihsan memanggil lembunya dan Alim memanggil elangnya lalu keduanya berpisah jalan, dentuman lesatan dari lembu nandi bertumbukan dengan hempasan sayap garuda saat keduanya memacu binatang tempur mereka itu menuju keraton mereka masing-masing.
Sementara itu di keraton Suralaya, pasukan Ihsan terlihat berlatih dengan keras, bunyi tembakan panah mereka mulai terdengar halus, tebasan pedang mereka mulai semakin cepat dan tusukan tombak mereka juga semakin kuat. Hasil latihan siang dan malam mereka mulai membuahkan hasil. Saat itu pasukan Harasena membuka mata mereka sembari menyanyikan pujian untuk sang Mahadewa.
Disaat yang sama di Ariloka, beribu-ribu pasukan Harisena berjejer dengan rapi, menggerakkan tubuh mereka dengan anggun mengikuti gerakan yoga yang sudah dicontohkan oleh Alim sebelumnya dan kini sudah semakin halus dan dengan gerakan itu mereka bersama membuat lingkaran energi yang kemudian mereka tembakkan ke angkasa sembari membuka mata mereka dan melantunkan salam penghormatan pada sang Narayana.
Tak berapa lama setelah itu sang Narayana akhirnya tiba di Ariloka. Dia perhatikan pasukannya dengan seksama dan saat dia saksikan pasukannya sudah rapi sang Narayana tersenyum tenang seraya mulai menstabilkan garudanya.
"Salam Harisena yang setia, aku telah pulang dari pertemuanku dengan Mahadewa, terimakasih telah menunggu dengan setia disini, perang akan terjadi tanggal satu dan takkan berhenti sampai ada pemenang, maukah kalian membela tanah air kalian bersamaku, demi mimpi kita untuk mewujudkan Dunia yang lebih harmonis," ucap Alim dengan lantang sembari mengangkat jarinya dan mengangkat sudharsana miliknya yang kini bersinar bagai matahari.
"Hari Narayanah!!!!," ucap pasukannya seraya membungkukkan badan memberikan penghormatan pada sang Narayana.
"Nampaknya pertempuran ini akan menjadi pertempuran yang mengerikan, dengan pasukan yang sangat setia seperti itu tidak mungkin mereka akan kendor meski pertempuran ini berlangsung ribuan tahun, hhh daridulu memang seperti ini, Ihsan dan Alim lebih dihormati dari orang lain meski mereka yang paling muda, satunya dihormati karena selalu berusaha menebar kebaikan dan satunya dihormati karena selalu mencoba mencegah keburukan," ucap Yusuf.
"Aku tak menyangka mereka berdua akan menjadi sosok yang sangat dihormati, dulu mereka hanya anak kecil yang tak tau arah," gumam Steve.
"Mereka sama saja, Hari dan Hara, dua anak biasa yang tumbuh menjadi dewa," gumam Lintang.
Sementara itu di Jonggring Saloka Ihsan akhirnya tiba, dia memutuskan untuk turun di rumahnya, puncak Kailash dan berdiam diri disana menyaksikan pasukannya berlatih dengan penuh semangat.
"Nyanyian mereka terdengar jelas di telingaku, aku tak menyangka mereka semua mau membantuku untuk perang yang bahkan belum tentu menguntungkan mereka, perang yang mungkin membunuh mereka dan mereka menyanyikan namaku dengan gembira, wahai pasukan Harasena yang murah hati, aku tak bisa berjanji apapun pada kalian, aku tak tau apa yang bisa kuberikan pada kalian dan kalian sudah berjuang disampingku mempertaruhkan nyawa kalian, maafkan aku karena membuat kalian berkorban untuk perang ini, semoga pengorbanan kalian membuahkan hasil yang manis nantinya, oh Tuhan, berkahi mereka semua dan juga aku dengan keikhlasan untuk membela mimpi kita bersama," gumam Ihsan sembari berjalan gontai menuju pasukannya yang saat dia keluar masih berlatih dengan riang namun saat dia datang segera menoleh padanya dan melemparkan senyum bahagia.