Rabu, 25 Desember 2013, dini hari. Ratusan vimana terlihat turun dari angkasa menuju taman bunga yang baru saja bermekaran saat itu. Pintu vimana-vimana itu mulai terbuka memperlihatkan isinya, empat diantaranya adalah vimana perang para pejuang agung dimana dari dalamnya keempat bersaudara turun. Salju menutupi kaki mereka begitu mereka turun ke daratan.
"Cepat dirikan tenda, kita akan tinggal disini, Yusuf tolong buatkan markas komando," ucap Alim sembari berjalan santai diatas salju melihat-lihat keadaan mencari buruan.
"Jadi ini Ananta Sunyata, tempat kita akan bertempur," gumam Yusuf sembari menggunakan pikirannya untuk membuat sebuah markas disana saat yang lain sibuk mendirikan tenda.
"Ini wilayah yang kosong dari peradaban manusia, aku hanya merasakan pasukan kita dan sedikit tanda-tanda Harasena disekitar sini," ucap Steve.
"Ini medan tempur yang baru bagi kita, Harisena harus segera dikondisikan," ucap Lintang.
Tak berapa lama setelah itu tenda-tenda pasukan Hari sudah siap dan pasukan sudah mulai bercengkrama disana sembari menyantap hidangan yang disiapkan untuk mereka.
Tak jauh dari sana Alim sedang berjalan-jalan mencari buruan, menerjang badai salju yang menghujani kulit hitamnya. Sang Narayana terus berjalan sampai akhirnya dia menemui segerombolan bison yang membuat pupil matanya melebar. Tanpa berkata apapun Alim segera mengambil kerikil kecil didekatnya lalu menembakkannya dengan jemarinya dan mengenai salah satu bison disana tepat dikakinya dan membuatnya pincang sementara gerombolan lainnya berlarian dari sana. Tak berapa lama Alim turun dengan pisau obsidian ditangannya untuk menyembelih dan menguliti bison itu. Begitu Alim sampai disana, dia langsung saja menggorok bison itu untuk mematikannya lalu saat selesai dia langsung mengulitinya lalu menyalakan perapian untuk membakarnya. Setelah matang Alim langsung menyantap hidangan itu sampai habis bersama garuda miliknya.
"Dharmayudha ini bukan perang biasa, aku harus bersiap, kemampuanku yang sekarang takkan cukup," pikir Alim sembari berjalan menuju kemah pasukannya.
Sementara itu di perkemahan Harisena.
"Bagaimana mas Steve, mas Lintang, zirah barunya," tanya Yusuf sembari membuka bungkus burgernya dan memakannya bersama cola.
"Zirah Viranci model keberapa ini Suf, sangat nyaman dan praktis," tanya Steve.
"Hehe itu model ke 125, brahma kavacha versi terbaru yang didesain dengan rajutan logam dan kain, sudah dilengkapi reparasi otomatis, fungsi menghilang, kedap suara, tembakan energi dan tentunya pembentukan material yang bisa disusun," ucap Yusuf.
"Jadi kita semua bisa memakai ini tanpa harus mengganti gaya bertarung kami," tanya Lintang.
"Lebih baik dari itu, kita juga bisa melebur zirah ini ke zirah yang sebelumnya sudah kita miliki, peningkatan total," ucap Yusuf.
"Menarik, zirah ganapati milikku tak perlu kucopot," ucap Steve.
"Kalau boleh tau, bagaimana perkembangan kuda devadatta, apakah kuda itu sudah siap untuk perang," tanya Lintang.
"Kecepatan dan penggandaannya sudah klop, tak perlu banyak perubahan, kuda perang dari Alim itu sudah sangat bagus dan kini hanya perlu menunggu pencocokan lebih lanjut," ucap Steve.
"Hmm tinggal menemukan lawan yang cocok untuk perwira tinggi kita, semenjak dia mengaktifkan samsaranetra aku tak lagi ragu bahwa Alim adalah yang terkuat saat ini, tambahkan itu dengan veeraroopa miliknya yang sudah meningkat sangat jauh, apalagi level kendali tenaga tantranya, aku bahkan tidak merasa bisa mengenali kekuatannya di wujud tertingginya, mungkin dia sekarang sudah bisa menghadapi Dharmakusuma," ucap Yusuf.
"Tapi kau juga harus mengingat bahwa mereka juga berlatih, lawan kita akan lebih kuat dari yang kita baca dalam legenda, mereka tidak akan menjadi lawan yang mudah," ucap Steve.