Rabu, 25 Desember 2013, malam hari.
"Kini perang sudah tak terhindarkan lagi, aku akan mengarahkan senjataku kearah saudara-saudaraku, teman-temanku, guru-guruku, keluarga kekasihku, rekan kerjaku, partner bisnis dan banyak lagi. Aku akan menghadapi mereka, bermandikan darah orang-orang yang aku sayangi, Dunia akan menganggap diriku penjahat jika aku kalah tapi aku akan sendiri kalau aku menang, bersama orang-orang yang tak kukenal, mungkin aku hanya akan menyendiri dirumah bersama Shafa, aku bahkan tak tau Shafa akan masih menyayangiku atau tidak, mungkin nanti dia hanya akan menemaniku karena takut padaku, seorang pria yang menghancurkan segalanya," gumam Ihsan sendirian diatas takhta batunya.
Sementara itu di barak pertempuran.
"Gak gitu konsepnya Kusuma!!, mata Narayana mungkin masih samsaranetra tapi potensinya agak keterlaluan, kendali energi yoginya sudah hampir setara denganmu dan kendali tenaga tantranya juga agak ekstrem, apalagi Ihsan bilang kalau dia sudah punya boon maharaga dan poornamanasa, mengincar Caturmukha jauh lebih masuk akal, dia adalah aset yang sangat berbahaya, boon adimanasa dan satyanetra adalah kombinasi yang mengerikan untuk dibiarkan terlalu lama, pemikiran dan kreativitasnya akan membahayakan seluruh pasukan kita, apalagi otaknya akan selalu disembuhkan oleh efek satyanetra," ucap Bhatara.
"Tapi dia juga punya anantaraga seperti Pashupati, gimana caranya membunuhnya dalam waktu singkat?, membunuh pemilik boon maharaga lebih masuk akal rasanya," ucap Kusuma.
"Melawan orang boon pemikiran yang mirip aku, kau dan Pashupati itu juga tidak akan mudah, kau perlu ingat kalau poornamanasa lebih mengarah ke intuisi daripada kreativitas, berbanding terbalik dengan adimanasa," ucap Bhatara.
"Pashupati punya versi yang berbeda dari poornamanasa, katanya itu bukan boon melainkan latihan, anantaraganya juga begitu, kurasa dia tak punya boon tapi meningkatkan kualitas tubuh dan pikirannya sampai setara dengan sebuah boon," ucap Kusuma.
"Aku juga menduganya seperti itu, saat latihan dia juga agak aneh, dia seperti tak pernah melakukan pencocokan boon dan seperti memilikinya dari awal, tubuh pemilik anantaraga ataupun maharaga tak mungkin dipenuhi penyakit sepertinya, dia juga tak menunjukkan tanda-tanda dari boon poornamanasa yang membuat penggunanya sangat tenang atau adimanasa yang membuat penggunanya berpikir kompleks, eh hmm kau mengalihkan isu lagi Kus, memang kurang ajar kau memanfaatkan boonku," ucap Bhatara.
"Hahaha, adimanasa memang seperti itu, mudah bingung, agak beda dengan poornamanasa milikku, gimana kalau kita serang aja keduanya, mungkin kita bisa menangani mereka, tubuhku ini siap untuk berperang," ucap Kusuma.
"Boon itu adalah sesuatu yang bisa didapatkan dan dilatih, kalian berdua punya boon pikiran yang berkebalikan tapi boon fisik yang sama, boon pikiranmu sama denganku dan boon pikiran tuan Bhatara sama dengan ayah, tapi boon fisik kami adalah maharaga, kenyataannya poornamanasa juga bisa berpikir kompleks dan adimanasa juga bisa berpikir tenang, tergantung dari proses latihannya," ucap Alan yang menghampiri kedua ksatria itu bersama ayahnya.
"Komandan pasukan musuh, Devasenapati adalah pemilik adimanasa dan maharaga, lalu kepala logistik mereka, Vignesha punya poornamanasa dan anantaraga dan nyatanya yang berpikir lebih kompleks adalah Vignesha sedangkan Devasenapati lebih bisa berpikir jernih dimedan tempur, lawan kita agak kurang biasa tapi pernyataan kalian tentang Pashupati itu bisa kukonfirmasi kebenarannya, dia memang tidak memiliki boon," ucap Faisal.
"Jadi yang dia lakukan hanyalah latihan keras sampai menyerupai boon, hmm kemampuan sensorikmu itu sangat berguna Mahabali," ucap Bhatara.
"Aku menghafalkan data dari banyak sekali teknik, boon dan kemampuan langka dan mengembangkan teknik khusus untuk membaca tanda-tandanya sedetail mungkin dan aku tidak bisa melihat sedikitpun boon didalam tubuh Pashupati, dia meraih semuanya sendiri tanpa bantuan boon sedikitpun," ucap Faisal.
"Kurasa itu sedikit mengejutkan karena kita menyaksikan sendiri bagaimana dia bertarung, tapi kenyataannya begitu, Pashupati bisa sekuat ini karena usaha dan kreativitasnya," ucap Alan.
"Oiya bagaimana data tentang Kalkeya dan Prajapati, apa kau punya," tanya Kusuma pada Alan.
"Prajapati adalah mantan atasanku, dia adalah petarung yang sangat berbahaya, samsaranetra miliknya sudah berkembang lebih jauh, apalagi dia juga punya boon poornamanasa dan maharaga, untungnya energinya tak sebesar kita tapi Kalkeya, aku tau dia adalah masalah, dia menyerap kesembilan navagraha dan membangkitkan adinetra bahkan sebelum diriku, boonnya adalah adimanasa dan anantaraga yang akan membuatnya sangat sulit ditaklukkan," ucap Alan.
"Tapi kita tau kalau Pashupati akan bisa menghentikan mereka, kita tinggal fokus menahan saudara-saudara Pashupati, dialah aset tempur terbesar kita, pemimpin kita," ucap Kusuma sembari menatap ke puncak Kailash dimana Ihsan sedang beristirahat.
Saat itu di lereng Kailash, Shafa terlihat melayang dengan anggun menuju puncak Kailash membawa kuali kecil berisi makanan untuk Ihsan, wajahnya terlihat tenang dan tangannya menggenggam kuali kecil itu sambil memanaskannya perlahan dengan kedua tangannya yang memancarkan panas dari elemen apinya. Begitu dia sampai di puncak Kailash yang dia lihat adalah Ihsan yang duduk bersila dengan tenang di takhta batunya, mata Shafa berbinar menyaksikan kekasihnya itu tersenyum padanya dan kemudian berdiri menghampirinya.
"Ihsan, aku bawakan makan malam untukmu, kurasa rapat tadi cukup membuatku lapar jadi kupikir kamu juga lapar," ucap Shafa sembari membuka kuali berisi nasi goreng itu.
"Terimakasih," balas Ihsan sembari alat makan untuk mereka berdua pakai.
"Maaf ya, agak sederhana, sekalian mencoba resep untuk ransum perang kita," ucap Shafa sembari mengambilkan nasi goreng itu untuk Ihsan dan dirinya.
"Oh ya, begini rasanya ransum!?, kupikir bakal agak hambar, ini enak," ucap Ihsan sembari memakan porsinya dengan lahap.
"Baguslah kalau enak," ucap Shafa.