Selasa, 31 Desember 2013 pukul 23.30.
"Ooo Harasena yang perkasa, tengah malam ini kita akan maju, tidak ada kata mundur lagi bagi kalian, kuharap kalian bisa memahami bahwa inilah dharmayudha, pertempuran untuk mencari yang paling baik dari semua opsi yang benar, majulah para pejuang, majulah menuju kejayaan!!!," teriak Ihsan sembari mengangkat trisulanya.
Saat itu juga semua pasukan Harasena menggambar tiga garis horizontal dengan abu di dahi mereka seperti pemimpin mereka dan begitu Ihsan membuka mata ketiganya mereka melukai ibu jari mereka dan membuat garis vertikal dengan dengan darah mereka sembari membuka mata kemudian mereka hirup dalam-dalam wangi kayu tarumenyan yang dibakar dikelilingi bunga melati didalam pot kecil lalu mulai berdiri dengan gagah memberikan hormat pada Pashupati.
"Kuserahkan komando padamu Mahabali," ucap Ihsan sembari memberikan tongkat komando pada Mahabali.
"Harasena!, maju!!!," seru Mahabali yang suaranya menggelegar di angkasa.
Hara Hara Mahadewa, Hara Hara Mahadewa, Hara-Hara Mahadewa...
Suara para tentara Harasena bergema di angkasa saat mereka mulai berjalan keluar dari barak mereka mengikuti Faisal menuju medan tempur.
"Tentara garis depan sudah dilepas, kita juga akan bergerak, berpencar," seru Ihsan memberikan perintah pada sisa pasukannya untuk mengambil posisi.
"Kita akan bergerak kemana Ihsan," tanya Shafa.
"Kemana kau akan bawa kereta perangku pak Uki," tanya Ihsan pada kusirnya yang setia.
"Kemanapun lembu Nandi berjalan tuanku," ucap Uki, sang kusir sembari membawa dua temannya untuk menggantikannya saat dia lelah.