Kamis, 2 Januari 2014. Fajar menyingsing menandai hari baru, tempias cahaya mengenai wajah Ihsan yang tak tidur seharian. Keadaan sudah sibuk sejak tengah malam mempersiapkan pertempuran hari itu.
"Ihsan, bagaimana ini, pasukan kita diburu," tanya Rio.
"Memang ini akan terjadi, tetap fokus ke pengembangan pasukan, saat semuanya siap kita akan menyerang balik, beritakan pada para komandan untuk meningkatkan mobilisasi pasukan," balas Ihsan.
"Baiklah aku pergi dulu," balas Rio sembari melesat pergi.
"Bagaimana dengan ransum hari ini Shafa, apa yang kau sediakan," tanya Ihsan.
"Nasi sambal teri, sayur nangka, rebung dan segelas jeruk nipis hangat," balas Shafa.
"Bagus Shafa, terimakasih," balas Ihsan.
"Besok kau mau apa Ihsan," tanya Shafa.
"Apapun masakanmu akan terasa enak, pastikan makanannya praktis agar bisa digunakan sebagai ransum Shafa," ucap Ihsan.
Sementara itu di medan tempur.
"Haaah haaaah, hanya sedikit orang yang bertahan, kenapa tiba-tiba saja kita dikeroyok oleh mereka, bukannya dihari pertama mereka sudah kabur, apa yang terjadi," ucap seorang pria yang tergeletak ditengah tumpukan mayat yang mengalirkan darah segar yang membentuk telaga didepannya.
"Istirahatlah dulu tuan Akhmad, kita harus menghemat tenaga kita," balas seseorang didekatnya.
"Anak-anakku adalah salah satu penyulut peperangan ini Dani, aku harus bertanggungjawab," balas lelaki tadi yang bernama Akhmad.
"Rafa, Rafi dan Shafa mungkin tidaklah salah, kita mungkin hanya berbeda persepsi tentang kebenaran, hanya karena mereka berpihak pada orang yang salah bukan berarti mereka ikut bersalah," balas pria bernama Dani itu sembari menyembuhkan luka Akhmad.
"Itu kalau keadaannya masih bisa ditolerir, ini adalah peperangan Dani, bagaimana caraku meyakinkan diriku untuk menghabisi anak-anakku sendiri, apa kata ibu mereka nanti, bagaimana caraku menceritakan ini pada adik-adik mereka nanti, bagaimana rasanya kehidupanku nanti, kau beruntung anakmu menjadi pendamping Narayana tapi apa yang anak-anakku dapat, kesengsaraan," ucap Akhmad.
"Kita akan coba cari cara agar anak-anakmu bisa selamat, kita akan habisi Bhairava tanpa menyakiti anak-anakmu itu," ucap Dani.
"Karena itu aku harus berusaha sebaik mungkin, aku harus bisa meyakinkan Narayana agar tidak mengeksekusi mereka," balas Akhmad.
"Anak itu baik Akhmad, tenang saja," ucap Dani berusaha meyakinkan temannya itu yang matanya sudah menyala dengan sangat terang malam itu.