Sabtu, 4 Januari 2014.
Perang sudah menyentuh hari keempat, kedua pasukan sudah mulai mengeluarkan bidak mereka satu persatu. Saat itu Ihsan telah mengetuk pintu neraka dengan memanggil para tentara dari alam baka untuk memenuhi wilayah perang bersamaan dengan melepaskan pasukan vamadeva yang segera mengambil peran untuk menstabilkan garis belakang sedangkan Alim mengeluarkan tentara narasimha untuk mendorong pasukannya kedepan sekaligus mempersiapkan tentara selanjutnya yang lebih kuat untuk semakin menekan Ihsan.
"Hhh tentara narasimha ini memang sangat sulit untuk dilawan, bagaimana sebenarnya cara untuk mengantisipasi mereka, tentara sadyojata kita dikalahkan dengan cepat karena amukan mereka," ucap Alan sembari menghabisi banyak pasukan musuh.
"Kita harus menunggu sampai unit-unit tempur kita bisa melawan balik mereka dengan kekuatan tempur yang kita miliki, masih ada perwira sanjivani dan kita," ucap Rio sembari mengaktivasi teknik murugan bersama dengan Alan untuk membabat habis musuh saat itu.
Tak berapa lama siang pun tiba. Alan dan Rio baru saja menyelesaikan pertempuran mereka hari itu, tubuh mereka masih bersimbah darah diantara puing-puing dan mayat yang berserakan dan sisa pasukan mereka yang selamat sementara pasukan yang lain sudah berguguran dan yang lainnya lagi terlalu jauh dari lokasi mereka. Tepat saat itu hujan turun dengan deras, alam mencoba membersihkan dirinya, membilas dirinya dari luka yang ditimbulkan makhluk kesayangan sang Maha Kuasa yang diciptakan di surga dan dikirim untuk memimpinnya. Satu hal yang alam tak tau bahwa makhluk bernama manusia ini terus melukainya dan tak menyisakan waktu sedikitpun bagi ibu pertiwi untuk beristirahat dan membuat sang langit harus terus membasuh tubuh pasangannya, membersihkannya dari bau darah dan api pertempuran yang membara. Tak berapa lama setelah air hujan berhenti saat itu juga anak-anak ibu pertiwi dan bapak angkasa tiba dalam berbagai bentuknya untuk menghaturkan bakti mereka pada ibu bapaknya, ada yang terbang dengan sayapnya dan mendarat untuk meminum darah dari manusia yang mencemari ibunya sementara yang lain datang dengan berjalan kaki dan melata menuju medan tempur untuk mengunyah tulang-tulang para tentara yang mengaku sebagai pembela kebenaran dan kebebasan tapi bukan itu yang dirasakan burung-burung pemakan bangkai itu, bukan itu yang didengar oleh para hyena, bukan itu yang dilihat oleh pohon-pohon, yang mereka lihat hanyalah ibunda mereka yang terluka dan ayahanda mereka yang menangis.
"Rio, apa kau pikir perang ini benar-benar diperlukan," tanya Alan yang menyaksikan burung-burung mematuk mayat-mayat para tentara mereka seperti melampiaskan dendam.
"Mungkin sebenarnya tidak, tapi beberapa kejadian membuat perang ini tak terhindarkan, ayolah, kita harus mengubur yang lain," ucap Rio sembari menggali liang lahat semampunya untuk para tentara yang gugur.
"Dharmayudha terasa sangat berbeda dengan pertempuran yang kujalani selama ini, skalanya, intensitasnya, kegilaannya, semuanya berada di level yang jauh berbeda dari yang aku alami selama ini, benarkah ini untuk meraih kebebasan atau hanya untuk memuaskan ego kedua belah pihak," pikir Alan sembari melemparkan mayat-mayat para tentara ke liang lahat semampunya lalu bergerak menuju lokasi pertempuran yang lain.
Sementara itu di lokasi medan tempur yang lain, disitu terlihat para tentara Harasena sedang mengepung benteng yang dibentuk Harisena yang saat itu sedang mati-matian menjaganya. Bising suara meriam bertalu-talu diikuti dengan tembakan anak panah dari busur-busur mistik yang menimbulkan semakin banyak kerusakan.
"Tentara sadyojata ini memang sangat merepotkan, apalagi sekarang mereka juga membawa tentara vamadeva yang pertumbuhannya lebih cepat lagi, kapan kira-kira tentara buddha bisa dilepaskan," tanya seorang Ishvara dari Panditanagara.
"Sebentar lagi ayah Salman, kita harus bertahan untuk sementara disini," sahut Steve pada pria bernama Salman itu.
"Hhh ini tidak sehat, mereka menggempur kita seharian tanpa jeda, nampaknya mereka sangat ingin merebut benteng ini," ucap Salman sembari memerintahkan pasukannya untuk menyerang.
"Mereka ingin mencegah kita mengembangkan pasukan ramavijaya yang dari awal mungkin adalah yang paling merepotkan bagi mereka, serangan jarak jauh mereka bisa menumbangkan beberapa unit sekaligus," ucap Steve.