Nataraja

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #21

Komandan

Hari kedelapan peperangan. Lintang terlihat semakin ganas membabat musuh. Vel miliknya mulai melayang dengan semakin ganas, mengayun lebih cepat dari kilatan cahaya saat dimainkan oleh Lintang yang bergerak dengan sangat cepat di medan tempur. Saat itu dipanggilnya merak paravani miliknya untuk membantunya bermanuver melintasi pertempuran dengan terbang rendah dan kadang membentangkan ekornya untuk menjadi tameng bagi Lintang sementara Lintang sendiri kadang menaikinya untuk berpindah tempat dengan cepat lalu turun lagi dengan ayunan vel yang bagaikan kuas yang dia pakai untuk melukis udara dengan tinta darah.

"Tentara varaha ini sangat bagus untuk menahan banyak serangan mirip seperti tentara narasimha tapi dengan ukuran yang jauh lebih besar dan kekuatan fisik lebih baik dilevel yang sama, hanya saja pertumbuhan levelnya tak sebaik narasimha, apalagi seiring waktu narasimha akan mendapatkan banyak sekali kecerdasan, varaha ini jauh lebih baik untuk tekanan diawal," ucap Bowo sembari menghantamkan gadanya kearah musuh sampai mereka mati sementara dirinya juga membuat banyak batangan besi untuk menghujani musuh.

"Kendalimu terhadap kaladanda itu sekarang jauh lebih baik wok, manfaatkan itu untuk memberikan banyak tekanan," ucap Lintang sembari memberikan tebasan yang sangat keras di udara.

Sementara itu dari belakang mereka, sebuah tinju udara dilepaskan dengan kekuatan yang sangat besar diikuti dengan hujan asteroid yang segera meluluhlantakkan pasukan musuh.

"Bajingan, mereka tak bisa menahan diri apa bagaimana sih," ucap Bowo yang terkena dampak serangan tadi.

"Hehe memang tujuan mereka untuk membasmi musuh, ayo kita serang lagi" gumam Lintang yang dengan tenang membersihkan zirahnya yang terkena debu.

Saat itu juga Lintang menyalakan velnya seterang matahari lalu dia munculkan beberapa tangan lagi dari tubuhnya dan kemudian dia tebas angkasa sekuat tenaga sehingga timbul irisan di ruang angkasa yang sekaligus menghancurkan konsentrasi musuh. Menyaksikan hal itu Lintang segera mengangkat busurnya dan mulai menghujani musuh dengan anak panah dan berbagai macam astra yang sangat mematikan.

Tak berapa lama beberapa musuh mulai bermunculan, peti-peti berisi mayat hidup sanjivani muncul dari dalam tanah dan ribuan anak panah mulai menghujani mereka.

"Akhirnya pasukan mayat hidup itu tiba juga, ini akan jadi sedikit lebih menegangkan dari sebelumnya, mungkin saja akan ada beberapa Ishvara yang akan dibawa oleh musuh," ucap Bowo.

"Kita berada di garis terdepan, memang akan ada kemungkinan akan muncul beberapa pejuang terkuat dari mereka yang akan mereka panggil dari masa lalu," ucap Lintang.

Saat itulah peti-peti itu mulai terbuka memperlihatkan para pejuang dari masa lalu bangkit membawa semua persenjataan mereka dan mulai bergerak tertatih-tatih kedepan, tenaga mereka belumlah sepenuhnya terisi saat mereka dipaksa oleh Ihsan dari markasnya untuk bergerak membantai musuh.

"Kau memang agak berbeda Ihsan, tekadmu itu memang bukan main, seperti saat kompetisi devasena dulu, tekadmu memang tak tergoyahkan, kini kau bukan hanya menghadapi diriku tapi seluruh dunia dan kau masih bisa bertahan selama ini, sungguh Ihsan, kalau bukan dirimu pertempuran ini takkan berlangsung lama," pikir Lintang yang saat itu mulai mengumpulkan energi yogi miliknya.

Lihat selengkapnya