"Hufff, hufff, sudah hari ke dua puluh empat rupanya, berarti sudah sekitar duabelas hari nonstop aku bertarung dengan para Maharsi. Bagaimana kondisi pasukanku ya, kuharap mereka masih bisa memberi perlawanan, aku harus merapikan lagi mereka, itu tugasku sebagai panglima utama disini tapi pertama-tama aku harus menjebol formasi mengerikan ini," gumam Ihsan sembari menonaktifkan mode tempurnya.
"Prabhu!?, kau baik-baik saja," tanya Uki sembari mengendarai kencana untuk menjemput Ihsan.
"Tenang saja pak Uki, bagaimana apakah ada kabar terbaru," tanya Ihsan.
"Pasukan kita agak tertekan, pak Anas baru saja memundurkan pasukannya setelah bertarung tiga hari dengan seorang maharathi, kurasa namanya Nel. Pak Andre, pak Reda dan pak Heru juga harus mundur dari pangeran Edward hanya dalam dua belas jam, padahal mereka bertiga loh," ucap Uki.
"Kurasa itu wajar, menahan imbang maharathi selama tiga hari dengan statusnya yang masih atirathi itu saja sudah membuatku kagum dan ya tiga yang lain berhasil mundur dengan selamat dari seorang atimaharathi, itu sudah lebih dari cukup bagi mereka yang masih atirathi. Kalau mereka selamat dari pertempuran ini mungkin saja mereka akan dipromosikan hahaha," ucap Ihsan.
"Heeeh bisa begitu ya," ucap Uki.
"Sebenarnya kau mungkin jauh lebih mengagumkan, fakta bahwa kau masih selamat setelah semua hal yang terjadi disini meskipun hanya jadi kusir keretaku adalah hal yang menakjubkan, hampir ajaib bahkan," ucap Ihsan sembari menaiki kencananya.
"Kau selalu melindungiku selama ini, wajar saja lah. Mau kemana lagi kita Prabhu," ucap Uki.
"Pejuang dan kusirnya itu haruslah bisa saling menolong dalam pertempuran yang dijalaninya dan kau menolongku dengan sangat baik, sekarang kita harus bertemu dengan yang lain, kau tau kemana kita akan berjalan bukan pak Uki," tanya Ihsan.
"Menjebol suryachakra ya, itu agak merepotkan, kita harus menjemput Mahadewi dulu, dia yang menjebol formasi ini sebelumnya," ucap Uki.
"Owh benar juga, kau memang bisa diandalkan, ayo pak," ucap Ihsan.
Saat itulah Uki segera memacu kencana mereka berdua kearah kencana Shafa sementara Ihsan menghalau berbagai macam serangan yang dilakukan musuh.
Beberapa saat kemudian Ihsan akhirnya sampai kepada Shafa tepat ditengah badai serangan yang dilakukan dari berbagai arah oleh pasukan Harisena yang saat itu membentuk formasi suryachakra. Ihsan saat itu bergabung dengan pasukan kecil yang dipimpin oleh Shafa dengan keadaan yang memprihatinkan, terkepung dari segala sisi dan tak berdaya menghadapi gempuran Harisena.
"Hei Shafa, apa kau baik-baik saja sayang," tanya Ihsan sembari menembakkan sammohana pada pasukan Harisena yang membuat mereka sedikit mabuk.