Perang berkecamuk semakin ganas hari demi hari, tentara berguguran disana-sini, ledakan demi ledakan terdengar dengan begitu jelas, ladang-ladang hancur, mayat menumpuk, darah mengalir dan api berkobar-kobar menerangi kegelapan yang terjadi karena asap yang membumbung tinggi dilangit. Kedua belah pihak berlomba untuk menciptakan senjata terbaik, saling mengadu formasi terbaik yang bisa mereka pikirkan sembari bertahan dengan makanan seadanya dan udara yang mematikan namun bukan hanya para tentara yang menderita.
Disisi lain Dunia, negeri-negeri yang ditinggalkan para perwira terbaik mereka berperang, Dunia yang kehilangan agen perdamaian mereka.
"Hmm istana ini sekarang jadi sepi semenjak Fira dan orang-orang lain pergi, aku mengerti kalau ada perang tapi kenapa pula Fira pergi," gumam seorang gadis kecil yang berdiri ditaman keraton.
"Kau gak berlatih Isel," tanya seorang lelaki kecil yang baru saja tiba.
"Entahlah Fawwaz, aku bingung saja, kenapa harus ada perang," tanya gadis bernama Isel tadi.
"Aku juga gak tau, itu urusan mereka yang mau berperang, mereka pasti punya alasan, saat ini kita juga harus mengambil peran, dengan banyaknya para pejuang yang pergi berperang maka sekarang kita yang tersisa harus bertarung mempertahankan rumah ini," ucap lelaki kecil bernama Fawwaz tadi.
"Apa alasannya?, perdamaian?, memangnya situasi mencekam ini terlihat sebagai perdamaian?, atau mungkin kesejahteraan?, kalau bagi mereka Dunia yang kacau karena mereka tinggalkan ini sebuah kesejahteraan maka aku tidak paham lagi dengan pemikiran mereka. Mungkin mereka hanya ingin Dunia terlihat lebih luas dengan mengurangi jumlah pesaing atau apalah itu tapi tetap saja perang nampaknya bukan solusi," ucap Isel.
"Sudahlah Isel, itu urusan mereka, setauku perang ini terjadi karena rentetan insiden yang terjadi beberapa tahun kebelakang terutama tahun lalu. Pembentukan Jonggring Saloka oleh mas Ihsan yang diikuti insiden berdarah dengan para pedagang di dharmasraya mengakibatkan kolaps pada beberapa usaha dagang besar sehingga grup usaha dagang kailash mengambil alih dan hal ini menjadi pemicu perang sipil di Panditanagara untuk merebak semakin parah. Tak lama kemudian ada pembangunan jalur kosmik, intensi awalnya memang baik untuk membuat jalur dagang baru tapi mungkin karena terlalu cepat, regulasinya jadi tidak jelas dan malah membuatnya menjadi sarang perompak dan mafia dagang, hanya kabilah dagang yang sangat besar saja yang bisa memanfaatkan jalur kosmik sepenuhnya meski harus kuakui kalau perlahan-lahan mulai tercipta aturan disana tapi juga kabarnya ada insiden penaklukan Indra sesaat setelah jalur kosmik selesai, entah ini benar atau tidak tapi fakta bahwa Devaloka tiba-tiba jadi wilayah terbuka sudah cukup membuat banyak orang curiga. Disaat yang hampir bersamaan Jonggring Saloka tumbuh pesat menjadi negeri baru dan terlibat konflik dengan negeri Reksanara dan saat itu Jonggring Saloka menang meski memang itu bukan kekuatan penuh dari militer Reksanara tapi tetap saja fakta bahwa negara yang berdiri seumur jagung bisa menang dari pasukan militer Reksanara yang saat itu dipimpin sendiri oleh Ishvaranya adalah hal yang mengejutkan, kejadian ini membuat Dunia panik sehingga dipilihlah seorang Brahma yaitu mas Yusuf namun secara mengejutkan diwaktu yang berdekatan negeri Ashoka jatuh ditangan mas Alim yang pada akhirnya berujung pada penunjukannya sebagai Vishnu. Tak lama setelah itu ada insiden penghancuran ibukota Jonggring Saloka oleh Prajapati namun Prajapati dikalahkan setelah pertempuran yang berlangsung lama dan pada akhirnya mengukuhkan posisi mas Ihsan sebagai Shiva yang sebelumnya sudah menghimpun negara-negara kecil disekitarnya untuk bersekutu. Semua hal itu sebenarnya sudah cukup untuk membuat Dunia kacau tapi perang sepenuhnya tercetus karena insiden perburuan navagraha oleh mas Ihsan yang akhirnya memantik pertempuran ini, memang ada konflik lain yang terjadi sebelumnya tapi banyak yang bilang kalau itu kurang signifikan. Apapun itu perang sudah terjadi dan sekarang tugas kita adalah mempertahankan apa yang bisa kita pertahanan sekecil apapun itu, ayo patroli," ucap Fawwaz.
"Hhh baiklah," ucap Isel.
Tak lama kemudian kedua pejuang kecil itu memasang peralatan tempur mereka dan menuju sebuah kemah para pejuang.
Sesampainya di kemah kedua anak itu bertemu dengan para pejuang yang tak dipanggil berperang, beberapa sudah sepuh, beberapa masih terlalu muda untuk bertempur di garis depan, beberapa lagi karena tak lolos persyaratan, beberapa karena takut dengan pertempuran di garis depan dan beberapa yang memang memutuskan untuk tinggal demi menjaga perdamaian.
"Kalian akhirnya datang juga, Fawwaz, Isel," ucap seorang anak laki-laki yang setahun lebih tua dari Fawwaz dan Isel.
"Tentu saja, kami bukan pengecut seperti dirimu mas Haris," ucap Fawwaz.
"Waktunya dipanggil begini susah sekali kau, mana keberanianmu pada Fira dulu," hardik Isel.
"Hhh aku datang sebelum kalian dan kalian masih komplain, memang kurang ajar kalian," ucap anak bernama Haris tadi.
"Hei!!!, yang disana, berhenti bertengkar," ucap seorang lelaki tua yang ada disana.
"Maaf pak gatot, mereka memang masih kecil, Fawwaz, Isel, Haris, kesini!!," panggil seorang lelaki lainnya.