Hari ke-44 dharmayudha keempat akhirnya dimulai. Faisal tertunduk dihadapan Lintang saat menyaksikan Lintang datang mendekatinya lalu tanpa berpikir panjang Faisal kembali ke dimensi sepi angin miliknya dimana didalam sana terdapat banyak sekali atmasena Lintang yang berdatangan dari segala arah. Tak lama kemudian Faisal segera mengarahkan belatinya kepada mereka semua sembari menggunakan banyak atmasena dan segera membakar habis mereka semua dengan kombinasi serangan vinayaka termal yang dia gunakan berkali-kali untuk menghancurkan semua berkas energi Lintang yang ada disana.
"Beraninya anak itu menginvasi dimensiku, aku membangun wilayah ini dengan keringat dan darah lalu dengan mudahnya dia ingin mengganggu tempatku ini," gumam Faisal.
Tak lama kemudian Faisal menatap dimensinya itu yang baru saja dia bakar lalu didalam dimensi itu dia menyatukan elemen api, angin dan petir untuk membuat elemen luruh dengannya.
"Aku tak seharusnya dipojokkan sampai seperti sekarang, aku seorang jenderal perang yang memenangkan dharmayudha ketiga untuk negaraku, apakah aku melemah saat dihidupkan lagi?, tidak!, aku bukanlah pecundang," ucap Faisal.
Semangat Faisal akhirnya kembali membara bersamaan dengan tenaga tantranya yang menyala dengan begitu ganas hari itu.
"Aku tak boleh mati dan untuk itu aku harus berjuang untuk menang, sudah lama aku tak melihat anak dan istriku berada disisiku, bahkan dengan mataku yang bisa melihat berjuta bintang, aku tak punya kesempatan untuk melihat senyuman mereka, aku ingin melihat mereka lagi dan untuk itu aku harus hidup," pikir Faisal sembari membuka dimensi untuk kembali bertempur.
...
15 tahun silam
"Sayang, ini bekalmu untuk berbuka nanti," ucap seorang wanita pada suaminya.
"Aku bisa kok pulang sebelum maghrib, aku juga ingin bermain dengan Alan kok Rina," ucap sang suami.
"Kalau saja tugasmu benar-benar punya jam kerja aku bisa percaya mas Faisal, kenyataannya kan tidak. Banyak yang harus kau lakukan sebagai Maharaja dan kau harus melakukannya sebaik mungkin, serahkan urusan rumah padaku," balas wanita bernama Rina itu.
"Yasudah, aku berangkat dulu, dah," balas Faisal sembari berangkat menuju keratonnya.
Tak lama kemudian vimana kecil Faisal sampai juga di keraton miliknya. Sebuah istana negara yang penuh dengan tanaman hias yang mereka budidayakan sebagai warisan bangsa, didalamnya terdapat banyak sekali ruangan-ruangan yang digunakan mereka untuk pertunjukan dan pementasan yang mereka tayangkan sebagai sarana memperkenalkan kebudayaan serta menambah sedikit penghasilan untuk keraton dan seniman-seniman yang tinggal disana. Faisal berjalan masuk kedalam istana itu dan disambut oleh para abdi negara.
"Hmm, Arya?, kenapa kau ada disini, bukannya seharusnya kau berada di pura hyang guru untuk menjaga tuan Teja," tanya Faisal saat menyaksikan Arya muda yang mukanya terlihat masam disana.
"Mohon maaf nih mas Faisal, aku kesini juga untuk mencarinya, kayaknya dia ngeluyur lagi deh, paling nyari temen tidur lagi, aku mungkin akan menginap disini lagi," gerutu Arya.
"Heh, jangan begitu, dia orang tua, yang sopan sedikit," ucap Faisal.