"Hufff, huffff, sudah genap 50 hari perang ini berlangsung, saat ini aku juga terjebak dalam dimensi aneh ini. Isi tempat ini seperti markas tempur, tempat ini terlihat cukup maju kalau dibandingkan dengan teknologi di masa Mahabali menjadi Maharaja, kurasa akan bagus jika aku bisa mengakses tempat ini sesuka hati, banyak yang perlu kupelajari disini tapi bagaimana cara untuk mengaksesnya, ini dimensi tertutup dan personal yang dibentuk dari tenaga tamasik Mahabali. Hhh mungkin aku harus mencobanya, menggunakan tenaga yogi milikku untuk mendeteksi jalan keluar," pikir Lintang saat masih berbaring didalam dimensi Faisal.
Tak lama kemudian Lintang akhirnya duduk bersila seraya membentuk mudra dan mulai membaca do'a untuk mulai menarik tenaga yogi, sayang sekali keadaan tubuhnya yang rusak parah membuatnya kurang efektif dalam menarik tenaga yogi kedalam tubuhnya sehingga untuk mengatasinya Lintang mulai memulihkan diri sambil mengumpulkan tenaga yogi.
Sementara itu diluar.
"Bajingan!, musuh kita banyak sekali, kapan pertarungan Lintang selesai sebenarnya," teriak Bowo yang saat itu bertempur dengan ganas melawan Baskara dan pasukan Harasena yang tak kunjung habis.
"Fokus aja dengan apa yang ada dihadapanmu Wok," sahut Rasha sembari kembali menyalakan tinju murugan di kedua tangannya.
Saat itu garis depan sedang kacau balau akibat kehilangan kedua komandan utama mereka, Adam yang saat itu menggantikan posisi Lintang kewalahan karena jumlah pasukan musuh yang saat itu membludak dan memaksanya untuk mengambil pendekatan defensif sementara Salsa melindunginya dari serangan-serangan elemen debu yang diluncurkan oleh Vlad. Disana Salsa menari dengan gesit menggunakan semua kemampuannya untuk menghalau serangan Vlad yang kian lama kian ganas. Beberapa peluru berlian ditembakkan Salsa dengan cepat untuk menyerang Vlad namun tubuh sanjivani yang dimiliki Vlad membuat serangan Salsa seolah tak ada artinya.
Saat itu juga di zona inti, Bowo dan Rasha bertempur dengan Baskara dan Sukma yang saat itu bertarung dengan koordinasi yang sangat rapi sehingga membuat Bowo dan Rasha kesusahan, apalagi saat itu kondisi udara sangat mematikan sehingga menguntungkan pasukan sanjivani yang merupakan mayat hidup.
Disaat yang bersamaan Seno dan Sakra sedang menghalau Shen, Gustave dan pasukan sanjivani dengan segenap kemampuan mereka. Kondisi medan tempur yang kacau membuat pasukan sanjivani jauh lebih diuntungkan sehingga memaksa Seno dan Sakra untuk menghindari konfrontasi langsung yang akan membuat mereka menerima banyak luka, pengetahuan mereka mengenai jurus sanjivani membuat mereka bisa jauh lebih awas dengan keberadaan pasukan musuh yang saat itu dengan ganas menyerang mereka berdua yang saat itu dikelilingi bhutaraj buatan Sakra dan pukulan demi pukulan angin yang sangat kuat dari Seno meski mereka tau kalau serangan mereka tak akan bisa menghabisi musuh mereka tapi itu sudah cukup untuk menjauhkan pasukan sanjivani itu.