Nataraja

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #72

Jalan Tikus

Minggu, 9 Maret 2014, dharmayudha keempat telah memasuki hari ke-68, kehancuran telah menyebar ke mana-mana. Ananta Sunyata yang sebelumnya tenang dan sepi sekarang berubah menjadi senyap namun penuh dengan kejutan. Kematian mendadak, pembunuhan senyap, racun yang tersebar, radiasi yang mematikan, badai yang kadang datang tanpa diundang dan berbagai macam ancaman lain dari berbagai sisi. Medan tempur saat itu sudah dihiasi puing-puing, sementara di beberapa tempat terjadi konfrontasi besar-besaran yang menumbangkan banyak nyawa dan menghancurkan banyak tempat. Dalam kesunyian itu Steve berdiri di tengah gelapnya shubuh menunggu fajar tiba di benteng yang baru saja dia rebut tempo hari.


"Steve, sedang apa," tanya Zahra menghampiri Steve.


"Mengawasi saja, kalau dilihat-lihat mereka sangat pandai mengolah sumberdaya, pantas saja pasukan mereka bisa tumbuh dengan sangat cepat, bagaimana sebenarnya cara mereka mengolahnya sebaik ini," ucap Steve sembari menatap ke depan saat fajar menyingsing.


Saat itu dihadapannya terhampar dengan jelas sawah-sawah luas, kebun-kebun yang beraneka rupa, kandang-kandang binatang ternak dan kolam-kolam ikan dalam berbagai ukuran. Air disana jernih mengalir di sungai-sungai, udara segar berhembus bersama angin yang sejuk di pagi hari itu.


"Kau terlalu memikirkan banyak hal Steve, disini kita sedang berperang, fokus kita hanyalah untuk meraih kemenangan," ucap Zahra.


"Itu benar, aku juga sedang memikirkannya, mungkin kita bisa mengadopsi metode persemaian benih dan perawatan ternak mereka agar kemampuan pengadaan logistik kita bisa lebih baik untuk menunjang perkembangan pasukan kita," ucap Steve.


"Tapi bukannya untuk sekarang kualitas makanan kita jauh lebih baik, kalau dari bibit tanaman dan juga seleksi binatang ternak kita sudah mendapatkan kualitas pangan yang bagus, secara genetik merea tumbuh besar lebih cepat dan berkembang biak lebih cepat, mereka mungkin hanya mendapatkan planet yang lebih baik karena persebaran mereka yang jauh lebih cepat," ucap Zahra.


"Mungkin itu benar tapi planet ini masih di zona bahaya dan tidak sekali saja kita menemukan planet seperti ini di tempat mereka membangun benteng, apalagi fakta kalau aku menemukan strain genetik mikroba yang mirip disetiap planet tempat mereka membangun benteng, mungkin ini hanya perkiraanku, mungkin saja mereka sengaja mengembangkan mikroorganisme secara spesifik untuk membantu mereka mengolah zat hara dalam tanah, kalau benar begitu maka hasil kultivasi mereka akan tetap naik meski hanya menggunakan bibit biasa," ucap Steve.


"Bukankah cara itu beresiko," tanya Zahra.


"Benar, karena itu beberapa kali kita juga melihat planet yang rusak ekosistemnya, mereka pasti menguji ini beribu-ribu kali sebelum bisa menemukan pola strain genetik yang bisa melakukan semua ini dengan resiko seminimal mungkin, tapi itu masih prediksi," ucap Steve.


"Mungkin kau benar, benda bernama rudraksa itu memang memiliki kemampuan untuk mempercepat penyerapan zat hara, hal ini dibarengi dengan jejaring mikroorganisme unik yang diantaranya adalah beberapa spesimen dengan genetik yang kurang lebih sama tapi karena pola jejaring mikroorganisme yang berbeda maka dampaknya akan sedikit berbeda dan mencocokkan dengan tempat masing-masing tapi satu hal yang sama, mereka menghasilkan nutrien yang bagus untuk pertanian dan peternakan," ucap Iqbal yang barusaja tiba.


"Kau sudah selesai meneliti rudraksa itu Iqbal," tanya Zahra.


"Ini belum sepenuhnya terkonfirmasi tapi saat ini memang terindikasi pemulihan zat hara dalam kecepatan tinggi di sekitar wilayah yang ditebar rudraksa dan jaraknya juga cukup jauh," ucap Iqbal.


"Baru pengamatan sederhana rupanya, kukira sudah benar-benar data pasti," keluh Steve.

Lihat selengkapnya