Nataraja

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #73

Hewan Buas

"Dengan ini, perang telah memasuki hari ke-69. Jadi ini yang disebut dharmayudha, perang yang sungguh melelahkan," gumam Rio.

"Tengah malam sudah lewat, ayo kita maju, mereka mungkin sedang lengah sekarang," ucap Alan sembari berjalan maju.

Saat itu ditengah gelapnya malam Alan bergerak menuju unit tempur Salman. Dimalam yang sunyi itu sepasang pedang berkilau membelah rerumputan dan dengan cepat menuju benteng tempat pasukan dari sang Ishvara Panditanagara itu berkemah namun dalam langkah mereka beberapa pasang mata kecil melihat gerakan Alan dengan teliti, melihat Alan dari langit-langit ruangan dan lorong-lorong kecil.

"Kenapa ada tikus-tikus itu di benteng ini, tidakkah mereka menjaga kebersihan tempat ini, ah biarlah, palingan hanya tikus-tikus liar yang masuk dari luar benteng untuk mencari keamanan dari predator di bangunan baru ini," pikir Alan sembari berjalan masuk.

Namun saat Alan mulai masuk lebih jauh tiba-tiba tikus-tikus itu mulai gaduh membuat serangannya mulai diketahui, saat itu bukannya mundur Alan justru mempercepat langkahnya ke inti ruangan, sebuah kesalahan fatal karena para penjaga saat itu segera menemukannya dan segera menebar informasi itu keseluruh benteng. Hal itu memaksa Alan untuk mulai menyerang. Beberapa penjaga mulai menembakkan astra kearah Alan yang saat itu dengan mudah menangkis semua serangan itu dengan telapak tangannya sebelum kemudian menembakkan beberapa tebasan angin untuk membelah beberapa penjaga yang kurang awas. Hal ini segera diikuti dengan tinju dan cakaran dari Alan yang sukses melumpuhkan para penjaga sebelum akhirnya Alan melompat dari tembok ke tembok untuk menyusuri benteng sambil menghabisi para prajurit Harisena yang kurang beruntung karena bertemu dengannya. Saat Alan sedang menelusuri tembok itulah tiba-tiba pijakannya berubah menjadi pasir yang menyerangnya sehingga memaksa Alan untuk melompat menjauhinya. Saat Alan berpikir kondisi sudah tenang itulah beberapa tinju magma mengarah ke dirinya yang sekali lagi dihindarinya dengan cepat sebelum akhirnya dari belakang sebuah tembakan es membekukan gerakannya.

"Siapa kau sebenarnya penyusup," tanya Salman.

"Mungkinkah dia Sarvatomukham itu sendiri, menggunakan atmasena saat ini mungkin adalah opsi terbaikku," pikir Salman.

Saat itu Salman segera membelah dirinya sambil membuat tembok untuk menyerang Alan, akan tetapi Alan segera membebaskan diri dari kristal es itu seolah tak terjadi apa-apa.

"Aku tak tau dia Sarvatomukham atau tidak tapi orang ini berbahaya, kita harus pergi," ucap Salman lewat telepati.

Saat itu juga Khaled melebur benteng itu dan menimbulkan beberapa pilar magma yang saat itu dengan mudah dihantam Alan menggunakan pukulan anginnya sambil terus menapak udara untuk melesat keatas sambil berputar dan menembakkan tebasan angin dari kakinya. Menyaksikan hal itu Salman segera mencoba menahan menggunakan pasirnya saat Fatah menembakkan beberapa anak panah es yang menghujam kearah Alan yang saat itu menembakkan meriam api untuk melelehkannya.

"Ayah, kita memang harus kabur, orang ini berbahaya," bisik Fatah lewat telepati.

"Ya, aku akan mencoba membuat jalan," balas Salman.

"Hah, apasih, dia masih pria misterius, kenapa harus takut, kita prajurit elit di negeri kita," balas Khaled sembari menembakkan banyak tinju magmanya.

Lihat selengkapnya