Nataraja

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #74

Penjelajah Bayangan

"Kau yakin kita akan menyusup Steve!?, bukannya akan lebih beresiko, kau aset penting Harisena lho," ucap Iqbal.

"Tapi ini juga untuk menghindari kekacauan yang lebih besar, kita tetap akan membawa unit tempur kita untuk menghadapi konfrontasi yang kemungkinan besar akan terjadi tapi kita tetap akan jaga eskalasi konfliknya agar tidak sekompleks konfrontasi sebelumnya di garis depan," ucap Steve.

"Bukannya kita sebelumnya pernah bertempur dalam skala besar, meskipun waktu itu kita kalah tapi kemampuan memimpin pasukanmu sudah bagus kok Steve," ucap Zahra.

"Kau benar Zahra, waktu itu kita melawan Devaraja dan seluruh pasukan elit Panditanagara dan bisa mengimbangi mereka dalam konfrontasi berskala besar, apa kau dengar itu Steve, setidaknya kita bisa kabur jika membawa pasukan besar kita," ucap Iqbal.

"Konflik waktu itu berakhir dengan negosiasi, kita kalah total di medan tempur dan alasan kenapa kita bisa melawan tentara Panditanagara adalah bala bantuan dari Yusuf yang sekarang tidak dalam satu unit kita dan juga bala bantuan yang lebih masif dari Ihsan yang sekarang jadi lawan terbesar kita. Saat belum ada mereka kita bisa bertahan dengan gerilya dan disitulah aku memimpin pasukan sepenuhnya. Bukannya aku tidak percaya diri dengan kemampuanku memimpin pasukan tapi dalam perang sebesar ini mengambil resiko bukanlah hal yang bijak, biarkan saja sejarah mengecapku sebagai pria licik dan pengecut, yang penting sekarang kita bisa menang, lagipula saat nanti namaku sudah menjadi caci maki aku sudah lama mati," ucap Steve.

"Kalau itu maumu aku akan ikut, kurasa memang inilah pilihan terbaik, gimana Zahra," tanya Iqbal.

"Asalkan kita menang maka sejarah nanti bisa diubah, kalaupun kita kalah kita akan mati berkalang tanah, kurasa tak masalah," ucap Zahra sembari memakai persenjataannya.

"Terimakasih, maaf karena aku melibatkan harga diri kalian juga," ucap Steve.

"Harga diri bisa dicari lagi nanti asalkan kita tidak mati, sudahlah ayo bersiap," ucap Iqbal sembari mengenakan topengnya.

"Ini peralatanmu Steve, ayo kita berangkat," ucap Zahra sembari menyerahkan peralatan tempur Steve.

Sore itu juga Steve mengenakan atribut perangnya dan mulai menyusun strategi untuk memulai penyusupan.

...

Sementara itu di benteng Alan.

"Sandera sudah diamankan, kini tinggal menyiapkan sedikit sambutan untuk tamu-tamu kita," ucap Alan.

"Kau yakin rencana ini akan berjalan dengan baik?, memancing perkara dengan salah satu perwira tertinggi musuh!?," tanya Rio.

"Kau terlalu memusingkan permasalahan ini, mungkin kau melihatnya sebagai perwira yang kuat karena kau melihatnya disaat kau masih lemah, sekarang kondisinya agak berbeda, mungkin dia tidaklah sekuat yang kau kira, atau mungkin dirimu khawatir menghadapinya karena takut kehilangan, oh itu wajar, namanya saja perang, kedekatan hati bukanlah hal yang penting saat ini, kalau pihakmu berbeda maka memang harus siap berhadapan, menari diatas takdir kematian," ucap Alan.

"Aku paham itu, tapi setidaknya siapkan pasukan yang lebih baik agar eksekusi bisa dipastikan," ucap Rio.

"Kita sedang melakukannya, mereka akan tiba bukan, para Ishvara itu," ucap Alan.

Lihat selengkapnya