Hari ke-71 dharmayudha keempat.
"Akhirnya selesai juga pemetaan bentengnya, sebentar, akan ku buatkan replikanya," ucap Steve.
Saat itu juga Steve mengumpulkan pasirnya dan segera membentuk miniatur dari benteng yang akan mereka invasi lalu segera menggunakan anima untuk mengecil bersama kedua temannya itu memasuki benteng kecil itu untuk mengidentifikasi musuh dan didalam sana mereka mulai bersiap. Steve memulai dengan memunculkan delapan atmasena yang saat itu mulai merapalkan mantra yang membuat energi mereka tumbuh dengan sangat cepat.
"Kedelapan wujudmu ya, nampaknya musuh saat ini sangat berbahaya sampai kau berencana untuk menggunakan semuanya," ucap Iqbal.
"Kalau berdasarkan informasi yang kuterima musuh punya empat vishnumantra dan satu mantra baru yang diajarkan oleh Ihsan, maka aku butuh kedelapan wujudku untuk berjaga-jaga," ucap Steve.
"Kau serius?, semuanya?, bahkan vakratunda?," tanya Zahra.
"Kalau musuh cukup kuat aku akan menggunakannya, ekadanta, mahodara, gajavakra, lambodara, vikata, vighnaraja, dhumravarna dan vakratunda, semuanya akan kupakai kalau saatnya tiba. Pasukan akan tiba siang nanti dan sekarang kita menyusup dulu agar saat pasukan tiba kita bisa mendobrak dari dalam," ucap Steve.
"Siap," sahut Iqbal dan Zahra bersamaan sambil memakai topeng mereka.
Saat itu Steve juga menutup mukanya dengan topengnya dan mulai berjalan keluar memimpin Iqbal dan Zahra menuju benteng musuh dengan ukuran kecil mereka itu meninggalkan kedelapan atmasena Steve yang terus merapalkan mantra dan perlahan berubah tubuhnya serta mulai membuat lingkungan di sekitar mereka mulai dipenuhi kehidupa yang membuat istana pasir kecil itu akhirnya segera ditutup dengan akar dan ilalang yang mulai menjulang tinggi. Saat itu Steve memilih jalur samudra, berenang bersama ikan-ikan menyelami dalamnya lautan yang indah sebelum akhirnya menuju salah satu hilir sungai dan mempercepat gerakannya melewati ganggang dan akar bakau, melewati rahang buaya dan bergerak bersama ikan-ikan sebelum akhirnya berbelok memasuki salah satu jalur air untuk memasuki bagian dalam benteng Harasena. Tak lama kemudian Steve dan kedua temannya itu akhirnya masuk ke gorong-gorong benteng dan keluar darisana.
"Steve, kau kok lewat jalur pembuangan air sih, kan kotor," keluh Zahra.
"Maaf, ini saja jalur yang ditunjukkan oleh tikus-tikusku, aku sudah bawakan baju ganti kok, kau bisa ganti disini," ucap Steve.
"Apa maksudmu!!!," bentak Zahra.
"Aku akan buatkan ruang ganti juga," ucap Steve.
"Ahh gak seru, kenapa malah kau buatkan ruang ganti sih Steve," ucap Iqbal.
"Heh!!, Iqbal, kau masih terkoneksi telepati, dasar mesum kau," ucap Steve sembari membuat ruang ganti.
"Eh!?, alamak, maaf Zahra aku tidak bermaksud begitu, ah taik lah, kenapa semua pemikiran bisa terbaca sih," ucap Iqbal.
"Serahkan saja bajunya Steve, akan kulaporkan kelakuannya ke ibunya setelah perang nanti," ucap Zahra.