Dharmayudha keempat hari ke-71, siang hari, Steve dan Alan akhirnya berhadapan. Seringai lebar terukir diwajah Steve saat menyaksikan orang yang selama ini diincarnya itu berdiri dihadapannya namun senyuman diwajah Steve itu tak bertahan lama dan segera berubah menjadi murka dan perlahan membuat Steve meneteskan air mata, air mata yang kemudian dia kendalikan untuk membuka serangan pada Alan lalu dengan wajah merah padam Steve melesat kearah Alan dengan vinayaka terbentuk ditangannya. Alan yang sedari tadi kebingungan segera mencoba menghindari serangan Steve sambil menyerang balik menggunakan kakinya, hal itu segera dihindari Steve dengan melompat keatas sembari kembali membelokkan tangannya untuk mengarahkan vinayakanya ke muka Alan yang saat itu berusaha menghindar meski dengan susah payah.
"Anak ini pemberontak waktu itu, kekuatannya benar-benar berbeda, kurasa dulu dia tidak sekuat Devaraja tapi sekarang dia jauh melampauinya," pikir Alan sembari berusaha menyerang balik.
Saat itu juga vinayaka Steve menghantam tanah dan membuat ledakan energi yang sangat kuat dan berhasil menghempaskan Alan menjauh. Tepat setelah itu Steve segera mengendalikan lagi air matanya dan mulai menggandakan jumlahnya untuk membuat gelombang tidal yang segera digunakan untuk menghantam Alan sampai terhanyut cukup jauh sebelum akhirnya Steve membekukan air buatannya yang sekaligus mengurung Alan meski tak lama kemudian Alan bisa menerobos dari dalam dengan memanaskan tubuhnya. Saat itu Alan yang sedang mendidih menyerang balik Steve dengan tinjunya yang berusaha ditahan Steve dengan kedua tangannya namun kekuatan tinju Alan masih sanggup untuk meretakkan tulang-tulangnya dan membuat Steve terdorong cukup jauh.
"Segini saja kekuatanmu?, kalau hanya segini jangan pernah berfikir kau bisa menghajarku," ucap Alan sembari melesat kearah Steve.
Tinju Alan segera mengarah kepada Steve yang saat itu mencoba mengimbanginya dengan tinjunya sendiri namun yang terjadi justru tangan Steve sendirilah yang remuk. Menyadari hal itu Steve segera mundur dan membalas serangan menggunakan pasirnya sembari memulihkan tangannya untuk kembali menyerang. Saat itu juga Steve segera mengenakan zirah ganapati miliknya dan mulai kembali menyerang Alan yang saat itu berusaha menahan serangan Steve dengan kedua tangannya namun masih terdorong menjauh.
"Jadi itu zirah ganapati, kekuatannya benar-benar naik dengan sangat cepat, mungkin aku juga perlu memakai kimpurusha pancanaka milikku," pikir Alan.
"Kenapa dia bisa menahan pukulanku bahkan saat aku menggunakan zirah ganapati, bukannya untuk sekarang akulah yang memiliki fisik terkuat di antara seluruh anggota Harisena, kalau dia memakai energinya maka berapa banyak energi yang dia konsentrasikan ke tangannya atau mungkin kekuatan fisiknya memang sebesar itu apapun itu tapi kedua kemungkinan itu terlalu mengerikan," pikir Steve.
Pertarungan kembali berlanjut, kini kedua pejuang itu kembali memulai serangan. Steve yang saat itu mulai berspekulasi tentang kekuatan fisik Alan yang sangat besar akhirnya menyerang dengan pasir dari jarak menengah untuk mengubah struktur daratan sambil memberikan beberapa serangan yang saat itu berhasil dihindari atau ditahan oleh Alan. Saat itu juga Steve memanggil dan menggunakan sabitnya untuk memberikan tebasan angin pada Alan dan untuk menahannya Alan melapisi tangannya dengan sepasang sarung tangan untuk menghantam tebasan angin yang sekaligus menembakkan meriam angin dengan tinjunya.
"Kimpurusha pancanaka ya, senjata yang sangat mengerikan, kekuatannya akan meningkat seiring dengan serangan yang dilepaskan, apalagi dia punya kekuatan fisik yang tak masuk akal itu, mana dia punya sepasang pula, aku perlu menghindari baku hantam dengannya," pikir Steve sembari menarik kembali sabitnya.
Tak berapa lama kemudian Steve mengeluarkan kapaknya yang segera membesar untuk kemudian digunakan untuk menyerang Alan yang saat itu memunculkan cakar dari sarung tangannya untuk menahan serangan Steve dan malah bisa mendorong balik serangan Steve. Setelah itu Alan melepaskan chakranya untuk menyerang dari atas namun Steve berhasil menahannya dengan tembok pasirnya sebelum akhirnya membuat puluhan pedang dengan pasirnya itu meski Alan dengan mudah menahannya dengan membuat tembok kayu. Melihat sebuah tembok yang membatasi pandangan Alan itu, Steve segera mengeluarkan gotri miliknya dan bergerak keatas untuk menembakkan peluru ledak yang saat itu sukses memberikan beberapa goresan di tubuh Alan. Saat itu Alan berbalik mengeluarkan beberapa bola meriam untuk menghujani Steve dengan ledakan namun Steve segera membuat kubah pasir sebelum akhirnya menghancurkan pijakan Alan menjadi pasir. Hal ini segera dilanjutkan Steve dengan membelah daratan untuk mengubur Alan, sayangnya Alan bisa menerobos keluar sambil mengarahkan chakranya lagi untuk menebas Steve yang saat itu menghantamnya dengan kapaknya. Tepat setelah itu zirah tulang mulai terbentuk ditubuh Alan yang kembali menyerang, kali ini dengan tumbukan-tumbukan keras dari tinjunya yang bagaikan meriam angin yang menghantam tembok pasir Steve.