Nataraja

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #79

Ekadanta

Raungan Steve menggelegar saat dharmayudha hari ke-74 bermula. Mata jingganya menyala bersamaan dengan ratusan bom yang dia lepaskan dari tubuhnya yang menimbulkan kekacauan dimana-mana. Bersamaan dengan itu ada hujan komet yang membekukan arena pertempuran. Situasi mencekam itu dilanjutkan Steve dengan melemparkan rongsokan ke langit sembari menyerang Alan.

Baku hantam kembali terjadi. Pukulan demi pukulan liar Steve disambut dengan serangan cepat Alan yang menghujam ke tubuh Steve. Hal ini segera diikuti dengan serangan tinju angin Alan yang semakin membuat Steve keteteran.

"Kondisi pikirannya terlalu kacau untuk menggunakan potensi bhaktanetra sepenuhnya yang melibatkan penyalinan, penggandaan dan penyusunan material. Aku tidak menyangka bahwa terkadang kekuatan simpel seperti rsinetra bisa lebih efektif daripada bhaktanetra. Mungkin aku perlu menekannya lebih jauh," pikir Alan.

Tak lama kemudian otot-otot ditubuh Steve mengembang dan tubuhnya tumbuh membesar saat menghadapi Alan yang saat itu dalam proporsi tubuh yang normal. Saat itu Steve kembali memulai serangan sambil membentuk beberapa benda untuk menyerang Alan, namun Alan dengan mudah menghindarinya dengan memfokuskan diri pada kecepatan serangnya, dengan cara itu Alan memainkan tempo pertempuran dan membuat tubuh besar Steve terpental kesana kemari, hal ini diperparah lagi dengan serangan dari beberapa golem kayu yang dibuat Irham.

Sementara itu disisi lain medan tempur, salah satu dari kedelapan atmasena Steve terbangun dan mulai membentuk beberapa mudra dengan tangannya sementara ketujuh masih melantunkan mantra. Keadaan disana hening seperti tanpa suara saat tiba-tiba salah satu atmasena Steve itu melangkah keluar dari istana yang hanya sebesar ember itu. Begitu keluar dia langsung membesar dan kembali melantunkan mantranya sembari perlahan menatap kehancuran yang terjadi akibat pertempuran tubuh aslinya dan Alan.

Om Ekadantaya vidhmahe, Vakratundaya dhimahe, tanno danti prachodayat.

Suara atmasena Steve terdengar lembut saat dia menghembuskan energinya keluar dari tubuhnya dan kembali menuju tubuh aslinya saat atmasena itu mulai hancur, kembali menjadi pasir yang juga menuju kepada Steve yang asli. Energi itu dengan cepat bergerak menuju Steve dengan kekuatan yang membawa kehidupan bagi tempat-tempat yang dilewatinya. Hal ini terlihat dengan munculnya banyak tumbuhan di jalur yang dilewatinya menuju tempat Steve bertempur yang merupakan ladang bencana. Dengan cepat energi itu meliuk-liuk ketengah medan tempur sebelum akhirnya melebur dengan raga Steve yang saat itu sudah dipenuhi luka namun begitu energi itu memasuki dirinya, tubuh Steve berangsur-angsur pulih dan kekuatannya kembali serta perlahan mulai bertransformasi. Tubuhnya saat itu mulai memancarkan sejumlah energi yang sangat banyak saat tubuhnya mulai kembali ke ukuran normal dan kesadarannya juga mulai kembali namun amarahnya belum kunjung reda. Ditengah lautan energi kebiruan miliknya, Steve menatap Alan dengan matanya yang menyala selayaknya fajar.

Lihat selengkapnya