Nataraja

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #87

Steve

Hari ke-81 dharmayudha keempat bermula, fajar menyingsing dari ufuk timur menyinari Alan yang saat itu sudah selayaknya bola raksasa yang berada tepat di tengah medan tempur yang dikacaukan akibat energi yogi yang meluap-luap ke angkasa, energi yang sama yang membuat sheeshnaag tumbuh besar menutupi sinar sang surya dan membawa kegelapan dimata Alan yang juga menjadi alasan merebaknya kehidupan disana.

"Steve!?, kenapa kau masih ragu-ragu, bukannya aku sudah bilang bahwa Zahra baik-baik saja," teriak Iqbal.

"Kondisinya terus memburuk Iqbal, mana bisa aku percaya padamu sedangkan dia bukannya terbangun malah semakin melemah, kau mungkin masih bisa mendengar denyut jantungnya tapi mataku bisa melihat dengan jelas tubuhnya tak kunjung membaik, luka-lukanya tak kunjung sembuh, hidungku juga mulai mencium aroma bangkai dari tubuhnya, telingaku mulai tak lagi bisa mendengar napasnya, mana bisa aku percaya denganmu sedangkan diriku sendiri merasakan sendiri tubuhnya sudah mulai kehilangan kehangatan dari sini," ucap Steve.

"Itulah caranya menghemat energinya, kau tau dia wanita yang cerdas kan," ucap Iqbal.

"Secerdas dirimu mengarang semua cerita bohongmu itu!?," tanya Steve.

"Lalu harus bagaimana aku mengucapkannya, dengarkan aku, kalaupun Zahra sekarat apa yang bisa kita lakukan, kita bukan dokter, kemampuan medisku terbatas, apalagi dalam kondisi energiku sekarang yang kacau, kalau kau mau dia sembuh tolong fokuslah untuk menang dulu, setidaknya dengan begitu kita punya harapan untuk membawanya kepada Shri Devi untuk disembuhkan, aku hanya bisa memberikan pertolongan pertama dan mengulur waktu kematiannya bukan menyembuhkannya jadi Steve, tolong fokuslah, aku juga tidaklah sekuat dirimu, tidak juga secerdas dirimu dan tidak pula setangguh dirimu, disini harapan kita untuk menang hanya dirimu, kau pikir kenapa kau diakui sebagai mahamaharathi, sebagai seorang pejuang agung, pejuang yang bisa membuat harapan menjadi kenyataan, pejuang yang mengubah Dunia dengan tangannya, disini hanya kau yang mendapatkan gelar itu, bukan aku apalagi Zahra, kau adalah orang yang bukan hanya menemukan jalan untuk berjuang, bukan hanya orang yang berlari dijalan itu, bukan hanya orang yang membantu menerangi jalan itu, bukan juga hanya orang yang membangun jalan itu, bukan hanya orang yang merancang pembangunan jalan itu tapi seorang mahamaharathi seperti dirimu adalah orang yang berjalan menyusuri padang perjuangan tanpa petunjuk arah dan sanggup menjadikannya sebuah oase yang menjadi tujuan perjuangan banyak orang, itulah arti dari gelar pejuang Agung itu, pejuang yang mungkin terlihat berjalan lambat dalam berjuang, tapi langkah yang diambilnya sangat besar, orang yang mungkin terlihat tak punya tujuan tapi langkahnya pasti, karena itulah dia yang akan selalu berada didepan karena memang dialah tujuan dari beberapa orang, seorang pejuang yang mengejar bukan siapapun melainkan hanya rahmat Tuhan saja, itulah pejuang Agung, ayolah Steve, tolong hilangkan keraguanmu, bukankah ini rencanamu, hanya kau yang mengetahui cara menyelesaikannya, bukan kami jadi tolong ambillah langkahmu, kalau itu menuju pada kebaikan maka kami akan mengikutinya, kalau tidak kami akan coba ingatkan," ucap Iqbal.

"Ya, tapi tetap saja," ucap Steve lirih.

"Apa yang membuatmu ragu Steve, berjuanglah seperti biasanya, jangan terus pikirkan masalahnya, pikirkan solusinya, kau pasti bisa," ucap Zahra lewat telepati.

"Bagaimana caramu menggunakan telepati, bukankah engkau sekarat Zahra," balas Steve.

"Telepati itu percakapan pikiran Steve, hhh masih aja, kan fungsi tubuhku yang sekarat, bukan pikiranku, ya meskipun aku hanya bisa berkomunikasi sebatas ini saja sih," ucap Zahra.

Lihat selengkapnya