Nataraja

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #89

Sarvopremi

Hari ke-83 dharmayudha keempat. Kemah Ihsan.

"Sudah selama ini pertempuran Alan berlangsung, padahal dia harus melawan mas Steve, mungkin Alan sebenarnya bisa menang, tapi memang akan sangat sulit, pertempuranku sebelumnya melawan para Maharsi sudah menyita banyak waktuku dan membuatku terlambat membantu perkembangan pasukan," gumam Ihsan sembari memberikan beberapa kode komandonya pada pasukannya.

"Kenapa memilih memperbesar faktor perkembangan jumlah pasukan Ihsan, tidakkah kau melihat kalau kita terus-menerus dikalahkan dalam banyak konfrontasi," tanya Shafa.

"Karena itulah aku mengambil perkembangan jumlah pasukan saja, kita sudah kalah jauh jika memilih pendekatan konfrontatif dalam pertempuran ini dan akan lebih baik kalau kita menggunakan pendekatan konservatif, tak perlu memenangkan banyak konfrontasi tapi cukup dengan memperbanyak jumlah pasukan untuk menahan gempuran pasukan musuh sambil terus membangun pasukan kita dari belakang," ucap Ihsan.

"Tapi Ihsan, kalau terus begini maka pasukan kita akan terus dibantai," bantah Shafa.

"Maka itulah pengorbanan mereka," ucap Ihsan.

"Kau hanya membuang-buang nyawa mereka Ihsan, kau harus ingat, para perwiramu itu punya keluarga, mereka masih ingin hidup, tidakkah pula kau mengingat kalau ada teman dan sanak saudara kita yang mengikuti arah perintahmu, apa kau tega mengorbankan mereka," ucap Shafa.

"Shafa!!!, memangnya kau pikir kenapa kita bisa bertahan sampai saat ini!, mereka semua berjuang, mereka semua berkorban hanya untuk kemenangan dan kau mau mengubah cara mereka, memangnya kau pikir kalau kita kalah kita tidak akan dibantai!?, memangnya kau pikir kalau kita kalah mereka takkan tersiksa!?, coba berpikirlah ulang sebelum berkata, perang bukan hanya masalah memenangkan sebuah konfrontasi, perang lebih dari itu, apalagi dalam skala sebesar ini, biar kujelaskan sedikit padamu agar kau paham, perang dibagi menjadi beberapa kegiatan diantaranya ada preparasi, mobilisasi, kalkulasi, distraksi dan konfrontasi yang masing-masing punya porsi tersendiri, preparasi mencakup pengukuhan mental, persiapan ransum, medis, persenjataan, latihan pasukan, pengumpulan informasi dan kejelasan sistem komando, fase persiapan ini adalah jiwa dari pertempuran, tak ada kesiapan maka pasukan akan musnah tanpa perlawanan lalu ada mobilisasi yang mencakup penguasaan medan tempur, kecepatan penjelajahan, transport logistik, pengaturan bala bantuan, maju atau mundurnya pasukan serta penyebaran dan pengumpulan pasukan, inilah raga dari peperangan dimana selama peperangan berlangsung harus terus digerakkan dengan hati-hati, selanjutnya ada kalkulasi yang digunakan untuk memutuskan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari berdasarkan informasi yang didapatkan baik dari pasukan pengintai, evaluasi pertempuran sebelumnya, serta ukuran kekuatan pribadi dan kekuatan musuh dimana semua data harus dijelaskan sedetail mungkin untuk menghasilkan keputusan seakurat mungkin dan inilah napas dari peperangan, menghirupnya adalah kunci dari adanya harapan untuk menang, distraksi adalah aspek selanjutnya yang meliputi propaganda, gerakan pengecoh, jebakan, tipuan, ancaman, pengorbanan, teror psikis, sandera dan intimidasi, inilah hidangan dari peperangan yang harus diolah dengan sebaik mungkin untuk menyajikan kemenangan dan terakhir ada konfrontasi, bungkus dari peperangan, hal yang menjadikan perang disebut perang dan hal ini akan meliputi formasi, kekuatan, kecepatan, komando, pelepasan senjata, pertahanan dan bahkan negosiasi, tapi faktanya sering memenangkan konfrontasi bukanlah kunci dari kemenangan, bahkan banyak peperangan yang dimenangkan tanpa konfrontasi, perang terbesar umat manusia adalah melawan nafsunya dan tak jarang ada orang yang menang tanpa harus tercebur dulu ke liang dosa dan bergumul dengan nafsunya, banyak perang yang berakhir hanya karena lawan terlihat jauh lebih siap, tak jarang ada perang yang berakhir dengan letusan ancaman dan propaganda dan kalaupun perang itu masih berlanjut masih ada jalur negosiasi, konfrontasi hanyalah pilihan terakhir saat jalan lainnya sudah buntu semua," ucap Ihsan.

"Maaf Ihsan, aku hanya terbawa perasaan," ucap Shafa.

"Tak apa, sekarang kau tolong lakukan tugasmu, aku akan mengecek yang lain," ucap Ihsan sembari menatap kearah lokasi pertempuran Steve dan Alan.

...

Lihat selengkapnya