Nataraja

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #90

Dhumravarna

Hari ke-84 dharmayudha keempat. Rintih penderitaan seorang ibu terdengar dengan sangat jelas ditelinga Steve yang saat itu tak bisa berkata-kata dan hanya bisa berdo'a selama menyaksikan hal itu.

"Ibu, maafkan aku untuk semua hal yang kulakukan, dulu kutinggalkan rumah hanya karena aku tak mau melihatmu kesusahan merawatku tanpa berpikir kalau engkau akan merindukanku, dimasa kecil aku selalu belajar mengagumi ayah tanpa menyaksikan cahaya terangmu yang selalu pulang dengan peluh hanya untuk menyuapiku, yang selalu mencoba meluangkan waktu untukku disela-sela kesibukanmu hanya untuk menyanyikan lagu tidur untukku, yang membimbingku untuk memahami mana yang benar dan mana yang salah, dulu aku selalu ingin mandiri dan kuat seperti ayah, kupikir ayah itu keren tapi aku selalu melupakan dirimu, aku lupa siapa orang yang mengajarkanku cara menjadi kuat, sampai aku lupa siapa yang sendirian merawatku tanpa sekalipun mengeluh, kini aku mengerti arti dari dirimu ibu, kini akulah yang harus melindungi dirimu, seperti engkau melindungi diriku dulu," pikir Alan sembari membulatkan tekadnya untuk bangkit.

Saat itu juga tiba-tiba keadaan jadi lebih tenang, kesadaran Alan mulai kembali, seluruh energi alam yang sebelumnya kacau balau kini kembali terfokus dalam satu tempat, disanalah Alan berdiri dengan tegap disamping ibundanya dengan wajah yang tenang tanpa keraguan menatap Steve yang saat itu juga berdiri di hadapannya tanpa keraguan. Saat keduanya melesat dan beradu tinju dan membuat tangan keduanya merasakan getaran yang luar biasa, sayangnya Steve tak cukup kuat untuk menahan dampaknya sehingga tangan beserta zirah yang melapisinya hancur serta tubuh Steve terhempas ke belakang. Menyaksikan hal itu Alan segera meninjunya menghantam tembok sebelum akhirnya mencengkeram kaki Steve lalu membanting Steve hingga hingga kakinya terputus dan tubuh Steve tergeletak ditanah. Saat itu Alan berdiri dan menyiapkan murugan angin untuk menyerang Steve namun sesuatu terjadi.

Om Gajaananam Bhoontaaganaadhi Sevitam, Kapithajamboo Phalacharu Bhakshanam. Umaasutam Shoka Vinasha Karakam, Namami Viganeshwar Padapankajam.

Sebuah mantra terucap dari mulut Steve saat sebuah energi yang sangat asing memasuki tubuhnya dan membuat kulitnya menjadi sedikit abu-abu. Saat itu Steve meluncur kearah Alan dengan membawa pukulannya yang saat itu segera ditangkis oleh Alan menggunakan tangannya. Serangan selanjutnya dilancarkan oleh Alan menggunakan tendangan lengkung kearah leher Steve yang saat itu juga memblokir serangan itu dengan tangannya sebelum membungkuk lebih jauh sebelum akhirnya memukul perut Alan yang cukup untuk mendorong Alan sedikit kebelakang. Alan saat itu segera bangkit dan kembali meluncur kearah Steve yang juga merangsek kearahnya hingga tinju keduanya beradu menggetarkan medan tempur dengan hembusan gelombang udara yang begitu kencang dan kemudian keduanya memulai baku hantam yang seiring dengan waktu semakin cepat temponya. Hantaman demi hantaman serangan antara Steve dan Alan saling beradu menimbulkan gelombang demi gelombang getar yang semakin lama semakin kuat.

"Zahra, apakah evakuasi sudah selesai," tanya Steve secara tiba-tiba menggunakan telepati.

"Penyelamatan sandera sudah berhasil, sekarang tinggal melakukan evakuasi," ucap Zahra.

"Tolong dipercepat, efek duelku akan semakin destruktif," ucap Steve sebelum akhirnya memutus lagi koneksi telepatinya.

"Baiklah," gumam Zahra.

Saat itu dihadapan Zahra dentuman demi dentuman serangan meretakkan angkasa saat Steve dan Alan terlihat semakin mempercepat tempo pertempuran mereka hingga akhirnya tinju mereka bertemu dan diikuti ledakan cahaya yang membutakan. Saat itu juga Zahra mengeluarkan altarnya dan menyiapkan beberapa atmasena.

"Cepat naik sebelum semuanya semakin memburuk," ucap Zahra.

"Tunggu dulu nak Zahra," ucap Salman sembari menggerakkan pasirnya.

Lihat selengkapnya