Hari ke-87 dharmayudha keempat, markas Harasena.
"Ihsan, apalagi yang coba kau lakukan, kenapa kau melakukan ini, jangan siksa musuhmu, bunuh saja mereka," ucap Shafa.
"Aku hanya mencoba jurus proyeksi visual terbaruku untuk menghubungkan penglihatanku dengan mereka, sebelumnya sudah bisa digunakan pada binatang, dengan ini kita bisa mendapatkan mata-mata gratis tanpa perlu melakukan kekerasan yang tak diperlukan, tapi membiarkan mereka hidup setelah bertemu denganku itu memang agak berbahaya, ini bisa jadi pedang bermata dua, karena itu untuk mengantisipasinya aku menimpa memori mereka dengan informasi yang sangat banyak agar mereka sulit menjelaskan apa yang terjadi, mungkin gak berhasil juga sih tapi setidaknya kita bisa mendapatkan lokasi musuh dan berpindah dari sini," jelas Ihsan sembari mengaktivasi naranetranya.
Seketika itu juga pola dan warna mata prajurit yang ditangkapnya itu berubah juga menyerupai naranetra Ihsan itu sendiri.
"Akhirnya berhasil juga, aku akan buat sepuluh lagi, setelah itu kita eksekusi sisanya," ucap Ihsan dengan senyum kecilnya.
Saat itu dihadapan Ihsan berdiri ratusan ribu prajurit Harisena yang dia tangkap, ribuan di antara mereka sudah mati dengan kondisi mata terbelalak dan hidung mimisan akibat ditimpa ilusi yang sangat dahsyat oleh Ihsan.
...
Hari ke-88 dharmayudha keempat, markas Harisena. Tim evakuasi baru saja mendarat dengan selamat di pod kapal induk saat keempat regu evakuasi kembali dan berjalan memasuki markas.
"Hhhh Zahra itu, menyusahkan sekali sih, pikirannya Steve aja mulu," gerutu Iqbal.
"Udahlah boi, maafkan aja adikku itu, kau ini terus aja mempermasalahkan hal ini, kan misinya tetap selesai," ucap Sofia.
"Hhh dia sering begitu," ucap Iqbal.
"Mungkin sedikit peringatan akan bagus, bisa berbahaya kalau terus bertindak diluar prosedur," ucap Bagas yang baru saja datang.
"Habis ngapain kau Gas," tanya Iqbal.
"Latihan dengan beberapa penghianat," ucap Bagas sembari berjalan melewati Iqbal.
"Makin dingin aja anak itu," ucap Fatah.
"Sebaiknya gak perlu cari gara-gara dengannya, bisa mati kita," ucap Iqbal.
"Hei hei, lihat siapa yang baru datang, gimana vimana mikro terbaruku," tanya seorang lelaki yang menyapa Iqbal dari langit-langit ruangan.
"Hohooo Yusuf, kau ada disini boi," tanya Iqbal.
"Kudengar kalian baru menyelesaikan pertempuran yang cukup mengerikan, nampaknya ada hal yang bisa kupelajari, katakan padaku pengalaman kalian untuk riset," ucap Yusuf dengan penuh semangat.
"Halaaah, ada anak gila satu lagi," gumam Khaled.