Hari ke-90 dharmayudha keempat. Shafa akhirnya sampai di benteng Bhatara yang terlihat cukup antik tapi masih dipenuhi peralatan yang sangat efektif untuk berperang. Saat Shafa berjalan memasukinya gerbang dijaga oleh dua orang pemuda dengan naranetra menyala.
"Kau datang sendirian kesini Shafa," tanya salah satu pemuda itu.
"Iya kak Rafa, apakah kakek ada di dalam, aku ingin menyampaikan sesuatu," sahut Shafa.
"Rafi akan mengantarmu kedalam tapi sebelumnya tolong beri kami bukti bahwa kau adalah adikku Shafa," ucap pemuda bernama Rafa tadi.
Saat itulah Shafa menghela napas pelan dan memperlihatkan manunetra menyala dimatanya pada kakaknya itu.
"Pola mata dan corak energinya cocok dengan apa yang ada dalam ingatanku, cuma lebih besar saja, selamat datang saudariku, aku akan mengantarmu pada kakek Bhatara," ucap pemuda lainnya yang merupakan Rafi, saudara kembar Shafa.
Shafa melangkahkan kakinya memasuki benteng dengan sunyi dan cepat, aroma bunga melati yang memancar dari tubuhnya memecah keheningan pasukan yang ada disana yang langsung menoleh untuk menyaksikan pemandangan yang membuat tubuh mereka membatu separuh percaya bahwa makhluk seindah sang Mahadewi bergerak cepat melewati ekor kepala mereka bagaikan hantu, beberapa lagi yang sempat menyaksikannya bergerak segera membungkuk memberikan penghormatan dan hanya menyaksikan zirah tempur dan tangan sang Mahadewi yang saat itu memakai sarung tangan hitam sedang disandarkan pada pedang dipinggulnya sementara satu tangan lainnya memberikan sapaan singkat dengan kepalanya yang tertunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang saat itu dia tutup dengan kain cadar dan kerudung serta jubah hitam panjang berhias bulu gagak yang menutup tiap lekuk tubuhnya tapi semua orang mengetahui bahwa dialah sang Mahadewi karena kalung permata merah delima dilehernya.
"Akhirnya orang tak hanya melihatmu dengan nafsu mereka Shafa, mungkin mimpi ibu tentang anaknya yang akan menundukkan Dunia itu tentang dirimu," ucap Rafi.
"Ini adalah penghormatan mereka pada Mahadewa yang juga mereka berikan padaku karena aku dekat dengannya, bukan sepenuhnya untukku," ucap Shafa.
"Ahh sama saja, lagipula mimpi ibu itu gambaran dan kurasa ini juga adalah sebuah penghormatan padamu," ucap Rafi.
"Mereka membungkuk pada cahaya dan aku hanya kebetulan berada lebih dekat dari mereka dengan cahaya itu, tentu saja beberapa akan terlihat membungkuk padaku, berlindung dalam bayanganku, padahal yang ingin mereka tuju adalah cahaya itu, bukan aku," ucap Shafa.