Hari ke-99 dharmayudha keempat.
"Lagi ngapain Sekar, kok tiba-tiba pegang biola," tanya Gibran.
"Mau mencoba menggunakan ilusi menggunakan perantara lagu," ucap Sekar.
"Ehh, bukannya itu akan kurang efektif dalam pertempuran berskala besar seperti ini," ucap Gibran.
"Kita belum mencobanya kan Gibran, oiya bala bantuan akan segera tiba bukan, kita perlu menyambut mereka dulu," ucap Sekar.
"Siapa saja yang kau undang untuk membantu kita," tanya Gibran.
"Orang-orang Sahasradwipa, para vishkanya, para prajasena dan jajaran petinggi, tuan guru Arya juga ikut dan juga seseorang yang mungkin cocok untuk menghentikan Mahadewi," ucap Sekar.
"Kenapa kau sangat khawatir dengan temanmu itu, dia bukannya yang kuat-kuat amat, aku saja lebih kuat darinya apalagi Yusuf, ahh kau terlalu panik karena dia bisa mengalahkanmu, aku bisa mengatasinya," ucap Gibran dengan pipi yang agak memerah.
"Banyak yang lebih kuat darinya tapi tak banyak yang sanggup mengalahkannya, mungkin karena mereka takkan tega memukulnya, termasuk mungkin dirimu, oiya aku takkan membiarkan fokus Yusuf terganggu dengan mencoba mengatasi Mahadewi," ucap Sekar.
"Ah mungkin kau benar, makhluk itu terlalu indah bagiku untuk menyerangnya, mungkin kalau dia memakai wujud seramnya itu aku bisa menyanggupi untuk membereskannya dalam sekali serang, tapi selain itu akan sulit sih, itupun dia masih cantik diwujud terseramnya itu, aneh, eh tapi siapa yang bisa menyerangnya," tanya Gibran.
"Ayahnya," ucap Sekar.
"Kau kejam Sekar, mengadu mereka berdua sekarang," ucap Gibran.
"Hanya dia dan Prithvi Devi yang benar-benar bertekad menghentikan langkahnya, aku sebenarnya gak tau mana yang benar dan mana yang salah dalam perang ini, aku hanya membela apa yang kukira benar dan mungkin temanku itu juga sama, kebaikan yang ingin kita capai mungkin berbeda tapi yang menentukan kebenaran adalah pemenang pertempuran ini, bagiku keinginan Shri Hari untuk membawa keteraturan adalah sebuah kebenaran dan baginya tindakan Ananta Hara untuk menebar kebebasan adalah kebenaran, keduanya kalau dilaksanakan dengan baik akan mengarah pada perdamaian, akan mengarah pada keadilan, akan mengarah pada kemajuan, keduanya akan mengarah pada mimpiku, tapi aku lebih memilih jalan keteraturan yang lebih pasti sedangkan dia memilih jalan kebebasan yang punya hasil lebih besar, aku tak sanggup mengatakan keputusannya itu salah, karena itu aku tak berani untuk bertarung dengannya, kalaupun aku berani aku tau aku akan kalah, mau bagaimanapun dia lebih kuat dariku," ucap Sekar.
"Kadang aku juga bingung kenapa perang ini terjadi, apa sebenarnya yang bertentangan diantara kedua orang itu, kenapa mereka bisa berseteru, bukannya mereka sangat dekat, kita seperti dibawa dalam pertengkaran keluarga antara mereka berdua," ucap Gibran.
"Mungkin itulah resiko dari berdiri di puncak kekuasaan," ucap Sekar.