Nataraja

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #102

Jianli

Pertempuran dimulai. Yusuf melayangkan tinju keras berlapis baja kearah Bhatara yang saat itu mengimbanginya dengan tinjunya sendiri namun Yusuf memodifikasi zirahnya ditempat dan mengunci tangan Bhatara dengannya sebelum melemparnya ke udara. Tepat setelah melakukan itu Yusuf melesat kearah Bhatara sembari mengayunkan tongkatnya yang terus memanjang kearah musuhnya itu yang saat itu merespon dengan menghantam balik menggunakan gadanya namun belum sempat Bhatara bereaksi Yusuf sudah menembakkan ratusan misil penghancur untuk mengaburkan pandangan Bhatara sebelum akhirnya mengaktivasi agneyastra dengan tangannya dan menembakkannya kearah Bhatara yang berusaha menahan meski masih harus terkena ledakan panas yang luar biasa dari agneyastra Yusuf.

Sementara Yusuf bertarung dengan Bhatara, saat itu Gibran tiba-tiba berpindah menggunakan sepi angin membawa Sekar ke medan tempur sambil memanggil puluhan kotak hitam aneh yang teramat sangat berat sebelum menghilang lagi meninggalkan Sekar disana untuk menembakkan serangan halilintar yang cukup kuat untuk meledakkan tempatnya berpijak ditambah lagi efek rambatan listrik yang terjadi akibat kotak hitam yang dijatuhkan Gibran sebelumnya. Melihat hal itu terjadi Shafa segera mengeluarkan pedangnya dan bergerak untuk menyerang Sekar yang saat itu merespon dengan menahannya menggunakan perisainya. Disaat keadaan memburuk itulah Gibran kembali muncul membawa para perwira tingkat tinggi yang bisa dia temukan berteleportasi diatas kotak-kotak hitam miliknya. Saat itulah Shafa melirik keatas dan menyaksikan ayahandanya berdiri penuh amarah dihadapannya.

"Bhava parvata," teriak Akhmad begitu menyaksikan putrinya.

Saat itu juga tangan Akhmad menembakkan energi ketanah yang seketika itu juga meleleh, lebur menjadi lautan api dimana saat itu kaki Dani mendesis sebelum melesat ke udara menggunakan propulsi jet air. Tak menunggu waktu lama Roni menembakkan hujan halilintar ke medan tempur sebelum melayang keatas dan disambut oleh Nara yang saat itu mencoba menyerangnya meski hal ini segera ditampik oleh Damar yang tiba dari atas. Kekacauan itu disambut dengan baik oleh para Ishvara dharmayudha kedua dengan menerabas masuk kearah para perwira yang dibawa Gibran namun saat itulah kedua manunetra Arya menyala dan bersama dengan itulah Arya melesat kearah keempat Ishvara itu.

Sementara itu jauh dibelakang Arya pertempuran antara Yusuf dan Bhatara semakin menjadi-jadi. Pukulan dan tendangan mereka beradu dengan sengit, bertubi-tubi. Keduanya saling mencoba menjajaki kekuatan satu sama lain, serangan Bhatara semakin tajam sementara Yusuf terus merombak zirah mekaniknya untuk mendominasi pertempuran sampai akhirnya terbukalah naranetra Bhatara yang segera membalikkan keadaan. Dengan cepat Bhatara menjegal kaki Yusuf dan berputar cepat mengarahkan tinjunya yang mengenai pipi Yusuf sampai meretakkan zirah yang menempel dikepala Yusuf namun Yusuf segera kembali dengan zirah yang segera terrestorasi dengan melayangkan tinju lain ke tempurung kepala Bhatara dan sukses membuat Bhatara menghantam tanah. Saat itu juga Bhatara memanggil busur panah miliknya yang segera digunakannya untuk menembakkan sebuah anak panah yang saat itu dengan cepat dihindari oleh Yusuf karena kekuatannya yang sanggup membelokkan dimensi ruang.

"Kodanda ya, akhirnya dia memakai busur mengerikan itu, busur komposit dengan kustomisasi rumit yang hanya bisa digunakan oleh pejuang yang benar-benar bersedikasi untuk menggunakannya," pikir Yusuf.

"Bocah ini bisa menghindari tembakan kodanda dariku, reaksinya memang tidak main-main, nampaknya dia memang benar-benar seorang mahamaharathi," pikir Bhatara sambil sedikit membuat jarak.

Saat itu juga sepasang kereta perang menghampiri mereka untuk ditunggangi mereka berdua yang saat itu mulai bergerak melingkar saat Yusuf dan Bhatara saling menatap.

"Selama ini aku hanya mengenal 4 tipe busur yang dikategorikan sebagai tipe busur surgawi, 2 diantaranya dibuat oleh saudaraku sendiri, pinaka yang diketahui fokus ke jarak jangkau dan akurasi tembakan, sharanga yang fokus ke peningkatan daya ledak, gandiwa yang fokus pada jumlah tembakan dan vijaya yang fokus pada pembentukan astra secara kontinu termasuk didalamnya adalah astra nulifikasi yang berputar di sekitar tubuh penggunanya tapi kodanda, ini senjata yang sangat misterius, aku dengar kustomisasinya lebih cepat tapi syarat aktivasinya sangat berat, hh apapun itu harusnya bisa kutandingi," pikir Yusuf.

Lihat selengkapnya