Nataraja

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #103

Huǒlóng

Hari ke-102 dharmayudha keempat. Perseteruan antara Yusuf dan Bhatara masih berlanjut, kencana mereka berderu melintasi medan tempur saat kedua ksatria itu melepaskan tembakan demi tembakan yang sangat kuat, beberapa kali juga tembakan mereka saling bertemu dan menimbulkan ledakan keras yang cukup mematikan bagi orang-orang yang terkena dampaknya. Saat itu anak panah Bhatara meluncur dari kodanda menuju Yusuf yang saat itu mencoba mengimbanginya dengan tembakan misil pengejar dari zirahnya namun Yusuf yang merasa tak terlalu berkembang saat bertempur dari jarak jauh segera meningkatkan kekerasan zirahnya dan mencoba mengaktivasi prakamya untuk meningkatkan kecepatannya dan mulai melompat-lompat diudara untuk mendekati Bhatara dan saat itu juga Bhatara segera mengeluarkan kapak perangnya dan mencoba menebas Yusuf yang bergerak cepat di angkasa.

Sementara itu dari bawah, Gibran bersama dengan Roni dan Damar mulai bergerak cepat menyusuri pertempuran membabat para pasukan sanjivani, Damar dengan tebasannya bergerak melumpuhkan mayat-mayat itu dengan cepat sementara Roni menghujani mereka dengan tembakan yang melumpuhkan titik energi mereka sebelum Gibran mencoba untuk menyegel mereka meski seringkali gagal dan musuh masih sempat meledak tapi perlahan para perwira sanjivani mulai bisa mereka jatuhkan tanpa harus menerima banyak serangan karena kecepatan reaksi Gibran untuk memindahkan dirinya dan kedua ksatria didepannya menggunakan sanjivani.

Disudut lain pertempuran ada Shafa yang bertarung melawan ayahnya, api mereka memanas dan senjata mereka beradu, tatapan mata keduanya saling terkunci dengan bara merah yang membara melukiskan kuatnya emosi mereka saat itu.

"Ayah!!, tolong pertimbangkan lagi keputusanmu untuk berpihak, siapa yang selama ini selalu berusaha membawa pembebasan pada Dunia, coba ingat apa yang dia lakukan selama ini ayah, bagaimana dia membawa pembebasan bagi para budak, memberi kesempatan bagi orang-orang yang dibuang oleh masyarakat, membawa kemakmuran pada semua orang, bahkan panglimamu saat ini dan pada keluarga kita, coba ingatlah lagi semua kebaikannya ayah," ucap Shafa sembari mengarahkan serangannya pada ayahandanya.

"Ayah mengingat semua itu, tapi langit pembebasan yang dia bawa itu juga membawa kekacauan, kalau engkau sanggup hidup didalamnya silahkan saja memilihnya, semoga kau beruntung tapi ayah lebih memilih berpijak diatas keteraturan yang dibawa Narayana, ayah tak menyalahkan pilihanmu, ayah hanya tak sanggup melihat orang lain menyakitimu dalam pertempuran ini sayang," ucap Akhmad.

Saat itu juga Akhmad memusatkan kekuatan gunung-gunung ke dalam tubuhnya yang segera melebur menjadi magma sebelum mulai melelehkan tanah dibawah kakinya dan mulai meluluhlantakkan medan laga. Shafa yang menyaksikan sendiri pembumihangusan yang dilakukan ayahnya segera melesat keatas sembari mengaktivasi perubahan wujudnya menjadi dhumavati yang segera digunakan Shafa untuk menyerap energi yang dipancarkan sang ayah tapi saat itulah sang ayah bergerak dalam bentuk magma menghantam Shafa sekuat tenaga dan mengakibatkan putrinya itu terdorong jauh keatas langit tepat menuju pertempuran Yusuf dan Bhatara dimana saat itulah Shafa menyaksikan kodanda Bhatara bersinar menembakkan narayanastra yang segera memutar angkasa dan mulai mendesis memancarkan jutaan bom api yang mengejar semua orang yang mencoba melawannya dimana saat itu juga Shafa merasakan Yusuf menyerap energi yogi untuk menghindari efek gempuran narayanastra yang segera meluluhlantakkan medan tempur, membantai semua tentara yang masih mengangkat senjata mereka terkecuali yang sudah menurunkan senjata mereka atau yang melindungi dirinya dengan menyerap energi alam semesta, hal yang juga sempat dilakukan oleh Shafa sembari menyatukan tangannya ditengah bencana yang mengerikan itu. Hal itu jugalah yang menyalakan kembali api perlawanan Shafa yang membiarkan tubuhnya meluncur kearah ayahnya yang juga sedang mengumpulkan energi semesta lalu mengambil ancang-ancang untuk melepaskan jutaan tinju magma kearah putrinya yang pada saat itu membelahnya menggunakan bilah pedangnya yang dibakar api hitam sebelum akhirnya mengembangkan sayap api miliknya yang hitam selayaknya jelaga sebelum kembali mencoba menerkam ayahnya yang saat itu coba menembakkan beberapa anak panah berlapis magmanya.

Lihat selengkapnya