Hari ke-104 dharmayudha keempat telah dimulai. Yusuf membuka hari dengan mengeluarkan kawanan angsa miliknya yang dalam seketika membesar memayungi medan tempur dengan bayangan. Disaat yang sama Bhatara menyalakan manunetra miliknya dan mulai membuat konstruksi mesin disekitar tubuhnya untuk mulai menyerang Yusuf yang masih menaiki angsanya. Melihat hal itu Yusuf segera melesat dari angsanya untuk menghantam konstruksi raksasa itu dengan tangan kosong.
"Hffft, dia sudah memakai manunetra miliknya, pertempuran akan agak sulit setelah ini. Baiklah kalau begitu, Namaste O swayambuva devanam, mam irshyam apharatu, dayayah margam ch darshayatu, O bhagavate, anen sah swadhistana dvitiyadvaram udghatayatu," gumam Yusuf.
Saat itu juga kekuatan Yusuf mengambil corak yang berbeda energinya yang sebelumnya membara kini bisa dibentuknya dan dengan itu Yusuf menggunakannya untuk menyusun wujud humanoid merah raksasa yang mengitari tubuhnya untuk menghantam Bhatara.
"Apa maksudnya ini?, kenapa dia bisa membuat replika avatar," pikir Bhatara sambil menahan serangan Yusuf.
"Vidhata," ucap Yusuf sembari membuat banyak sekali titik-titik energi disekitar tubuhnya.
Saat itu juga Yusuf kembali memadatkannya untuk membentuk pedang raksasa yang segera diayunkannya kearah Bhatara dengan wujud humanoidnya dan hal ini sukses meretakkan zirah avatara yang melekat ditubuh beruang Bhatara, sementara itu Yusuf segera melumat pijakan mereka menjadi magma. Hal ini sempat membuat Bhatara kehilangan keseimbangan dan memberi kesempatan bagi Yusuf untuk menebar robot nano miliknya keseluruh medan tempur sebelum menggunakannya untuk membentuk zirah bagi angsa-angsanya sambil membentuk sarung tangan dari partikel vidhata untuk kembali menghempaskan Bhatara dengannya. Saat itu Bhatara yang baru saja terpental segera membuat sayap untuk beruangnya agar bisa terbang sebelum mulai memanaskan udara dengan elemen plasma miliknya yang segera ditembakkan oleh Bhatara menuju Yusuf yang berusaha menahannya dengan tinju magmanya sehingga timbul ledakan keras dari benturannya. Hal ini dilanjutkan Bhatara dengan membuat murugan plasma yang diarahkan tepat ke udara untuk memanaskan udara dan menciptakan badai sebelum kembali diarahkan pada Yusuf dengan mengalirkannya dalam sebuah proyektil kodanda. Hal ini coba dibalas Yusuf dengan membuat tombak magma dengan vidhata miliknya namun sayangnya serangan Yusuf tertembus oleh serangan Bhatara dan mengenai lengan Yusuf hingga terluka.
"Dia menumpuk peningkatan kekuatan kodanda dan juga misil dari murugan ditambah lagi elemen plasma yang sulit disembuhkan ini, mungkin agaknya akan sulit kalau harus beradu serangan secara langsung, mungkin harus sedikit dibumbui ilusi," pikir Yusuf sembari membuat mudra.
"Apa lagi yang dia rencanakan, aku perlu waspada," pikir Bhatara sembari membidik Yusuf.
Namun tak lama kemudian angsa yang ditunggangi Yusuf mulai mempercepat manuvernya mengitari Bhatara sementara angsa-angsa lainnya mulai membentangkan sayap dan mulai mengepakkannya sambil mulai bersuara bersahut-sahutan seolah menciptakan sebuah lagu. Irama nyanyian angsa itu kian lama kian merdu saat bulu-bulu mereka mulai beterbangan di udara saat kesadaran para tentara mulai terenggut karena nyanyian mereka. Perlahan para tentara mulai mengantuk dan tumbang melupakan fakta bahwa mereka sedang bertempur, hal ini terlihat jelas dari pasukan Harasena yang mulai lebih dulu berjatuhan tercebur kolam magma karena lebih lemah tapi tentara Harisena yang terlalu dekat juga menjadi korban ditelan panasnya medan tempur.
"Dia ini bodoh atau hanya ingin mencoba-coba semua jurusnya, ilusi ecek-ecek ini dia lepaskan padaku!?, hhh dia hanya cerdas dalam menyusun teknologi, bukan dalam bertempur," pikir Bhatara sembari menyerang Yusuf.
"Gak ngefek kayaknya ilusiku padanya, veteran perang memang agak beda tapi setidaknya aku bisa mengurangi potensi gangguan," pikir Yusuf.