Nataraja

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #106

Xiān

"Hmm, dari tadi dia hanya menahan diri, ini tidak baik, aku tidak bisa berlama-lama bertarung dengan orang yang belum menunjukkan kekuatan aslinya, ini hanya akan menghambat apa yang bisa kupelajari, apa kubuat sesuatu yang mengingatkannya pada masa lalu ya, tapi apa, ah itu dia," pikir Yusuf sembari mengumpulkan tenaganya.

Saat itulah Yusuf menembakkan energinya kedalam sebuah tunas bambu kecil yang segera dia lempar ke sebuah gunung. Hal itu sempat membuat Bhatara bingung tapi tiba-tiba hutan bambu mulai tumbuh tak terkendali di gunung itu dan mulai merambat ke seluruh tempat itu dan memaksa setiap orang untuk melompat hanya untuk bertahan. Saat itulah juga Yusuf melesat kebawah untuk memotong salah satu bambu yang paling besar tapi perjalanan tak mudah, Bhatara segera mencoba membakar hutan bambu itu dengan tembakan elemen plasma yang segera membumihanguskan zona pertempuran. Hal ini sontak membuat Yusuf terbang sambil mencabut salah satu bambu yang diangkatnya tinggi-tinggi sebelum energi kembali dialirkan oleh Yusuf untuk memperkuat bambu itu lalu dibelahnya bambu itu dengan angin dan dia rapikan untuk membentuk pegangan busur lalu untuk membuat talinya dia menyusunnya menggunakan serat dari bambu itu lalu sedikit Yusuf imbuhi dengan nanoteknologi miliknya untuk menyempurnakan bentuknya menjadi busur panah yang sangat dikenali oleh Bhatara.

"Dasar aneh, mencoba mereplikasi gandiwa, mana mungkin senjata mistis direplikasi semudah itu," pikir Bhatara.

Namun anggapan Bhatara ini segera dipatahkan oleh Yusuf yang segera menembakkan ratusan anak panah menggunakan busur barunya itu. Hal ini sontak membuat Bhatara merespon dengan memanggil zirah ditubuhnya untuk menahan semua serangan Yusuf.

"Masih sangat kasar dibandingkan yang asli tapi lumayanlah untuk hal baru meski zirahnya itu membuat panahku agak susah menyerangnya, bajrangga kavacha, zirah yang berevolusi berdasarkan tingkat energi pengguna untuk mempercepat pertumbuhan sel binatang-binatang yang dipakai sebagai korbannya, praktik yang saat ini tinggal cerita karena dianggap kurang efisien karena harus menunggu waktu agar bisa dipakai berperang padahal kalau energi penggunanya sangat kuat maka zirahnya akan sangat kuat juga, hmm nampaknya dia memakai wanara sebagai salah satu korbannya, karakteristiknya cocok kulit yang tahan pukul dan elastis tapi seharusnya lemah terhadap sayatan, kenapa panahku gak tembus ya, apa bahan lainnya, aku perlu mengetahuinya agar paham cara mengatasinya," pikir Yusuf.

"Dia membuat gandiwa dalam seketika!!?, bagaimana caranya melakukannya!!?," pikir Bhatara.

Lihat selengkapnya