Hari ke-110 dharmayudha keempat. Yusuf baru saja mencabut sisa dari vasavi shakti dari dadanya yang segera menyemburkan darah karenanya tepat di tengah baku hantam yang melibatkan dirinya dan Bhatara. Senjata mereka terus beradu saat Yusuf memompa energi ke jantungnya agar terus berdetak serta perlahan mencoba menyaring racun dari darahnya dan perlahan kondisi Yusuf membaik namun tiba-tiba sebuah varunastra menghujam kearahnya yang tak sempat dibendung oleh Yusuf sehingga Yusuf terhempas menjauh. Belum sempat Yusuf menyeimbangkan tubuhnya tiba-tiba saja batuan raksasa berjatuhan dari langit akibat bhoomiastra yang dilepaskan oleh Bhatara dimana untuk mengimbanginya Yusuf melepaskan vayavastra dengan inkantasi khusus untuk mencincang batuan-batuan besar itu sebelum kembali mengarahkan gandiwanya kearah Bhatara yang juga mengangkat kodandanya lalu tanpa menunggu aba-aba keduanya mulai terlibat baku tembak, anak panah gandiwa Yusuf pada awalnya bisa mengimbangi kekuatan anak panah kodanda tapi tiba-tiba laras api terpantik memancarkan agneyastra dari busur Bhatara menampar muka Yusuf dengan panas dan membuat kulitnya terkelupas. Saat itu Yusuf segera memperbaiki mukanya dan bergerak menjauh sembari memunculkan wujud bermuka empat miliknya.
"Mungkin beradu memanah melawannya adalah hal yang sedikit bodoh tapi kurasa aku perlu mencoba, aku harus memahami kekuatan tempur para pejuang dari masa lalu," pikir Yusuf.
Saat itulah Yusuf mulai terfokus sementara ketiga wajah lainnya mulai menutup mata seraya membaca mantra.
"Aku tidak menyangka perubahan wujud konyol seperti itu bisa digunakan dengan efektif, dulu kayaknya gak ada pejuang seperti ini," pikir Bhatara yang juga mulai merapal mantra.
Dalam hitungan detik puluhan astra mulai melesat dari kedua busur mengerikan itu, denting suara senar busur mereka menggema seolah memainkan irama kematian saat kedua pejuang itu berdiri tangguh melepaskan senjata-senjata mengerikan mereka. Panah demi panah mereka beradu memecah angkasa, mengacaukan keteraturan alam semesta bersamaan dengan dentuman demi dentuman ganas yang memekakkan telinga dan panas yang membunuh para tentara yang terlalu lemah untuk menahannya namun ditengah-tengah mereka, dua pejuang masih dengan gigih saling menunjukkan taring mereka memeluk memecah cakrawala sambil bersama-sama merusak jalinan alam semesta sampai akhirnya Bhatara muak dan melepaskan vaishnavastra tepat kearah Yusuf yang saat itu coba mengimbanginya dengan brahmashira dan dengan begitulah sebuah dentuman keras disertai ledakan panas berkobar melahap medan tempur menyisakan kedua pejuang itu ditengah medan tempur sementara yang lain berusaha berlindung atau lari. Tepat seusai beradu serangan itulah Yusuf tersenyum bangga memahami kalau kemampuan memanahnya cukup untuk mengimbangi Bhatara yang saat itu kebingungan menyaksikan senyuman Yusuf itu karena tangan Yusuf juga gosong karena tarikan astra yang bertubi-tubi serta luka-luka sayatan yang mencabik tubuh sang Brahma sementara Bhatara masih berdiri gagah tanpa luka yang berarti.
"Kau tau kalau kau takkan bisa mengimbangi diriku dalam tembakan anak panah tapi kau masih mencobanya, sungguh anak yang nekat, apa yang ingin kau uji sebenarnya nak, kalaupun kau menang astramu juga akan dinetralisasi oleh zirahku," ucap Bhatara sembari membidik bhargavastra kearah Yusuf.
"Aku hanya penasaran saja, sejauh mana kemampuanku dibandingkan pejuang seperti kalian yang diuji peperangan dan menjawabnya dengan busur dan panah," ucap Yusuf sembari melakukan inkantasi brahmastra dengan tangannya yang sudah melepuh itu.
"Sebaiknya kau hilangkan rasa penasaranmu itu, perang bukanlah hal yang main-main nak," ucap Bhatara.
Tepat setelah itu juga kedua astra mereka terlepas dari busur panah mereka yang sekali lagi menimbulkan ledakan keras yang merusak keadaan di medan tempur sekaligus melempar Yusuf kebelakang. Yusuf saat itu kembali memodifikasi fungsi zirahnya agar bisa melakukan penyembuhan dan menyebarkannya kembali ke tangannya namun Bhatara tak tinggal diam, sebuah hantaman avatar mengenai Yusuf dan menancapkannya ketanah meskipun Yusuf menggunakan kesempatan itu untuk melebur tanah dibawahnya menjadi pasir dan berbalik menyerang Bhatara lalu Yusuf dengan cepat mereparasi tangannya dan kembali bangkit sebelum menembakkan beberapa elemen debu dengan membakar pasirnya. Yusuf kemudian mengkonsentrasikan diri untuk membentuk sepasang tangan keluar lagi dari tubuhnya sebelum kembali menembakkan beberapa astra dengan gandiwanya tapi hal itu sekali lagi dihancurkan Bhatara dengan satu serangan maheshwarastra miliknya. Tak lama kemudian Bhatara meningkatkan tensi pertempuran dengan menggunakan wujud penuh avatarnya yang menatap Yusuf dengan mata yang membara dan membakar medan tempur dengan kepak sayap apinya, seketika itu juga suasana menjadi semakin mencekam saat Bhatara menggunakan telekinesis miliknya untuk mulai menggerakkan benda-benda disekitarnya untuk menambah kekuatan avatarnya dengan melapisinya menggunakan zirah mekanik dan manifestasi dari bajrangga kavacha miliknya. Sementara itu Yusuf masih berada dibawah memulihkan fungsi energinya tepat saat diatas kepalanya sebuah cahaya memancar ke wajahnya.
"Namaste O Swayambuva devanam, mam lobhasya samaaptim, hridayam ch vistarayatu, anen sah vishudham panchamadvaram udghatayatu," gumam Yusuf saat berusaha bangun.
Saat itulah juga Bhatara melepaskan agneyastra yang membara itu dari avatarnya tepat saat Yusuf bangkit dan dengan cepat menghindari serangan mematikan Bhatara yang saat itu melebur medan tempur dalam keputusasaan.
Ditengah kehancuran itulah Yusuf berdiri dengan tenang dihadapan Bhatara yang saat itu sedang dalam wujud raksasa avatarnya lalu dengan cepat kembali memusatkan kekuatannya berpuluh-puluh kali lipat sebelum kembali mengangkat brahmadanda ditangannya dengan senyuman lebar terukir di wajahnya sebelum melesat kearah Bhatara yang juga melaju kearah Yusuf membawa gada perangnya untuk menyambut hantaman Yusuf yang menghujamkan brahmadanda yang sepanjang rangkaian pegunungan dan menciptakan benturan keras saat mengenai gada Bhatara. Saat itulah Yusuf mengeluarkan kembali gandiwanya dan menembakkan brahmastra tepat ke muka avatar Bhatara dengan sepasang tangannya yang lain dan dengan itu menjatuhkan punggung Bhatara ketanah.
"Kemampuan mekanik anak ini memang tidak masuk akal, sejauh itu dia memodifikasi sistem tubuhnya, meskipun tidak sejauh Mahadewa tapi polanya sangat rapi dan terarah," pikir Bhatara yang saat itu mencoba bangkit dari jatuhnya.