Nataraja

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #115

Bǎi

Dharmayudha keempat hari ke-115. Lantunan mantra terucap dari mulut Yusuf yang segera membawa hawa sejuk yang tak biasa di medan tempur, hawa yang membuat semua orang senyap tak berani berkata-kata kecuali satu pejuang dihadapannya, Bhataramuni yang dengan mudah bisa mengatasi desir kekuatan dari Yusuf.

"Aku tidak menyangka kalau jurus ini akan jadi sangat kuat ditanganmu wahai Brahma, dulu aku hanya melihatnya sebagai cara bagi pejuang musuh untuk melancarkan usaha terakhir mereka sebelum mati saat menghembuskan seluruh energinya pada gerbang kedelapan tapi sekarang kau berdiri di hadapanku hanya dengan gerbang ketujuh, aku tak tau apa yang kau lakukan tapi harus kuakui kemampuanmu untuk membuat hal yang biasa menjadi luar biasa," ucap Bhatara.

"Kurasa kau tidak paham tuan Bhatara, praktisi jurus ini bukan hanya aku, ada sangat banyak praktisi dari jurus yang sama dengan metode pemakaian dan pengembangan yang berbeda, aku disini hanya mencoba mempelajarinya dan mengembangkan versi yang paling cocok dengan diriku sendiri saja, ilmu adalah alat bagi manusia untuk mencapai Tuhan," ucap Yusuf sembari mulai memfokuskan energinya ditangannya.

"Luar biasa, aku ingin melihatnya, aku ingin melihat Dunia ini saat tidak di medan tempur, pasti menyenangkan," ucap Bhatara sembari mengisi gadanya dengan energi.

"Kalau begitu bertahan hiduplah adiguru!!!," teriak Yusuf sembari melompat.

"Ya!!!," balas Bhatara sambil menyambut lompatan Yusuf.

Serangan keduanya bertemu dan ledakan terjadi, memulai perseteruan dihari itu. Keduanya mulai saling serang dan saling tahan dengan sangat ganas dan diantara dentuman itulah para tentara mulai kembali saling serang. Saat itu Yusuf melapisi tangannya dengan sarung tangan vidhata yang dibalas dengan nyala murugan api digada Bhatara yang saat itu terus menerus bertumbukan dengan tinju Yusuf dan kadang diselingi dengan tebasan nandaka yang juga ditangkis menggunakan brahmadanda oleh Yusuf. Benturan demi benturan kekuatan mereka terasa semakin kuat seiring dengan bertemunya serangan mereka sebelum akhirnya perlahan terlihat jarak diantara serangan mereka akibat pancaran energi keduanya yang kian padat dan deras sebelum akhirnya melancarkan serangan yang membelah angkasa yang juga membuat keduanya sedikit terdorong ke belakang. Hal itu segera mereka manfaatkan untuk menggunakan opsi serangan jarak jauh mereka dan tak lama kemudian keduanya mulai saling menghujani anak panah pada satu sama lain dengan kekuatan mengerikan, dentuman demi dentuman terdengar semakin keras saat keduanya menggunakan peluncur proyektil mereka untuk saling serang, beberapa juga bertumbukan ditengah jalan menimbulkan ledakan keras yang menggetarkan medan tempur namun beberapa lagi menembus cakrawala dan saling mengenai satu sama lain meski sebagian besar terlihat meleset dan beberapa bisa ditahan namun tak jarang juga ada panah yang saling mengenai satu sama lain yang juga segera mereka cabut untuk menjadi amunisi tambahan sambil terus-menerus memulihkan diri dengan kecepatan yang tak bisa dibayangkan sebelumnya oleh para tentara yang menyaksikan mereka namun mereka seolah tak menggubris, keduanya larut dalam adrenalin dan justru bertarung semakin cepat dan semakin kuat, mata keduanya mulai menyala dengan ganas dan wajah keduanya menunjukkan tekad untuk menang, Yusuf dengan tawa ganas sementara Bhatara dengan teriakan penuh emosi. Tak lama kemudian keduanya melesat kearah satu sama lain dengan ekstensi wujud mereka, Bhatara dengan avatarnya dan Yusuf dengan robot raksasanya. Keduanya memulai dengan beradu tinju dilanjutkan dengan tendangan, pada awalnya Bhatara mampu mendominasi namun seiring waktu Yusuf mempelajari setiap gerakan Bhatara dan mulai mengimbanginya memaksa Bhatara untuk melakukan kombinasi gerakan yang lebih kompleks yang bukannya sanggup mengembalikan kedudukan, Bhatara justru harus mengakui keunggulan Yusuf yang terus mengadaptasi gerakan bertarungnya dan perlahan berhasil memukul mundur dirinya sebelum akhirnya memulai baku tembak dimana kali ini akurasi Bhatara dengan kodandanya memang tak bisa diragukan namun hal yang mengejutkan bagi Bhatara adalah kecepatan tembak Yusuf yang sangat cepat dan membuat Bhatara perlahan bisa dipojokkan oleh bombardir serangan Yusuf yang pada akhirnya mulai mengenai dirinya yang saat itu masih dilindungi oleh pancasonya tapi tak lama kemudian panah berlapis vidhata termal membakar pipinya diikuti dengan panah membara lain dari Yusuf yang memaksa Bhatara untuk mundur sambil terus menepis serangan Yusuf dengan gadanya.

"Kau terlalu meremehkan kami tuan Bhataramuni, ini bukanlah eramu dan tuan Dharmakusuma lagi, cobalah lebih serius dan keluarkan semua kekuatan terakhirmu, mana mantra yang diberikan saudaraku padamu!!!!," teriak Yusuf sambil terus membombardir Bhatara.

Bhatara saat itu tidak bereaksi dan terus mencoba menahan serangan Yusuf sampai akhirnya Yusuf kembali melaju dan menghantamnya dengan vidhata getar yang mementalkannya sampai ke tanah. Bhatara yang masih sadar segera mencoba membalas dengan membuat murugan awan ditangannya dan melesat kearah Yusuf tapi terlambat, Yusuf juga sudah menyiapkan vidhata luruh untuk mengimbangi serangan Bhatara dan bahkan mengunggulinya dan mengirimnya kembali ketanah sebelum mengikutinya dan mendarat di dekatnya. Hal ini kemudian berujung pada pertarungan jarak dekat yang kali ini dimulai Bhatara dengan sebuah ayunan gada yang saat itu dengan mudah dimentahkan oleh Yusuf dengan tongkatnya lalu Bhatara menggunakan kedua pedangnya untuk mulai memojokkan Yusuf namun Yusuf dengan mudahnya membuat struktur tameng di kedua tangannya dengan vidhatanya untuk menahan tebasan demi tebasan Bhatara sebelum akhirnya menginjak dada Bhatara dan membuat punggungnya membentur batuan.

"Hhhh nampaknya aku memang sudah usang, zaman sudah benar-benar berubah," gumam Bhatara.

"Tidak tuan, kau belumlah usang, jangan bilang begitu, setidaknya jangan didepanku, orang yang mengidolakanmu," ucap Yusuf.

"Inilah kekuatan yang kutunjukkan dulu di medan Kurukshetra, inilah yang kupakai untuk menantang Adiraja, kau sudah melihatnya dan kau sudah melampauinya, kalau kutunjukkan mantra baruku itu bukanlah diriku yang dulu, bahkan sekarang saja aku bisa bilang bahwa diriku yang sekarang jauh lebih kuat dari diriku yang bertarung untuk menentukan nasib Dunia tapi lihatlah baik-baik nak, kau bahkan tak perlu membuka gerbang terakhir kundalini mahamantra untuk mengalahkanku, Shiva Namaha mantra memiliki kondisi aktivasi yang merepotkan, kalaupun kugunakan kau mungkin takkan melihat potensi penuhnya," ucap Bhatara yang masih berusaha berdiri.

"Lihatlah, kau masih berdiri mengangkat senjatamu, kau masih ingin berjuang bukan, berjuanglah tuan, jangan menyerah secepat ini, berjuanglah seperti dirimu dulu yang terus bertarung meski kau tau kau akan kalah, itulah yang kukagumi darimu tuan, tolong jangan menyerah didepanku, lepaskan Rudra mantramu dan bimbing aku untuk melampauimu guru," ucap Yusuf sembari menyimpan tongkatnya.

...

Dahulu kala.

"Sibuk sekali kau mas, gak mau santai dulu kah menikmati waktu," ucap Reva.

Lihat selengkapnya