Hari ke-117 dharmayudha keempat. Yusuf membuka harinya dengan sebuah senyuman lebar dihadapan Bhatara yang saat itu hanya bisa menatapnya dengan takjub karena kegigihan sang Brahma. Tubuh Yusuf saat itu berdiri dengan tegak meski darah terus mengucur dari luka-lukanya, senyum lebar terpancar dari mulutnya memperlihatkan gigi-giginya yang diwarnai dengan merahnya darah dan matanya terbuka lebar meski kini warna putihnya sudah dipenuhi bercak merah dan darinya juga mengalir darah. Hal-hal ini bukanlah masalah bagi Yusuf yang saat itu dengan tenang beregenerasi dan mulai kembali bersemangat untuk bertarung dengan versi senjata terbarunya. Sementara itu Bhatara merespon dengan wajah serius sambil memperkuat jurus dan persenjataannya.
Pertempuran akhirnya dimulai dengan Yusuf yang membuka serangan dengan hujan peluru dari gandiwanya sementara Bhatara dengan hati-hati mengelak sambil menembakkan peluru berlapis sailastra untuk menghilangkan angin yang membuat momentum serangan Yusuf sirna namun sekali lagi Yusuf menyerang dengan mengeluarkan puluhan agneyastra yang saat itu dibalas dengan tembakan antardanastra oleh Bhatara untuk melenyapkan efeknya. Melihat serangan demi serangannya dimentahkan begitu saja oleh Bhatara Yusuf segera mengganti arah serangnya kepada bebatuan di sekitar Bhatara dan melepaskan parvatastra dengannya dan saat itu juga batuan itu tumbuh dan mulai dilingkupi gunung-gunung yang sempat menyibukkan Bhatara sehingga Yusuf memanfaatkan celah itu untuk melesat kedepan mengayunkan tongkatnya kearah Bhatara yang meskipun pada saat itu sempat menangkis menggunakan gadanya tapi dirinya kali ini juga terhempas ke belakang meski tak sejauh Yusuf. Merasakan bahwa serangannya mulai bisa berefek pada Bhatara, Yusuf segera memasang sistem amplifikasi energi pada zirahnya sebelum kembali menyerang namun kali ini Bhatara kembali bisa memukulnya mundur dengan menggunakan gelombang kejut veera miliknya. Yusuf yang merasakan tembakan gelombang kejut itu terpental sangat jauh dan menghantam puluhan batuan hingga mencapai tempat pertarungan Sekar dan Reva.
"Yusuf!?," pikir Sekar.
"Anak ini!?, bagaimana caranya dia masih hidup setelah melihat wujud rama," pikir Reva.
Namun belum sempat Reva bergerak tiba-tiba Yusuf terlihat berdiri dihadapannya dengan wajahnya yang penuh darah.
"Jangan lama-lama menatapku wahai penghianat," ucap Yusuf.
Saat itu juga Yusuf menghantam Reva dengan sangat keras menggunakan telapak tangannya dan dalam sekejap tubuh Reva dan seluruh organ dalamnya bergetar diikuti dengan terburainya perutnya memisahkan kepala, dada dan kakinya.