Hari ke-118 dharmayudha keempat. Suara tawa Yusuf mulai terdengar di angkasa saat tiba-tiba sebuah kepala terpenggal dan jatuh ditangan seorang prajurit Harasena sebelum akhirnya pandangannya memperlihatkan Yusuf yang melayangkan tinjunya ke mukanya dan melebur kepalanya menjadi serpihan kecil sebelum kembali melesat kearah pasukan musuh sambil menonaktifkan semua jurusnya dan menyimpan kembali tongkatnya untuk kemudian menjebol tubuh musuhnya satu persatu dengan tangan kosong sambil tertawa riang. Nara yang menyaksikan hal itu menjadi gelap mata dan mencoba menyerang Yusuf dengan sekuat tenaga memakai ayunan pedangnya namun hal ini justru menjadi mimpi buruk baginya yang menyaksikan Yusuf menyadari keberadaannya dan dalam sekejap meraih tangannya dan merobeknya dari tubuh sanjivani Nara sebelum membersihkan tangan Nara dan mengayunkan pedang itu dengan sangat kuat sehingga memenggal Nara dan membelah medan tempur menjadi dua.
Sementara itu disisi lain medan tempur.
"Hufff, hufff, kakek sudah kalah ya, kurasa aku perlu pergi dari sini," pikir Shafa saat mulai merasakan kekacauan itu.
Dan benar saja, tak lama kemudian sebuah brahmastra meluncur dari tengah medan tempur menghantam satu barisan pasukan Harasena dan menelannya dalam ledakan diikuti dengan beberapa tembakan agneyastra yang segera memanaskan medan tempur.
"Ada apa nak, apa kau takut menyaksikan pedihnya kekalahan," ucap Akhmad sambil menyalakan tinju magmanya.
Sementara itu kedua kakak Shafa akhirnya berhasil dijatuhkan oleh Dani dan para pasukan kerajaan Mataram sebelum akhirnya Dani mendarat di dekat Akhmad mendinginkan suhu dengan napas esnya.
"Kau belum selesai juga Mat, dia yang kuat apa kau yang tidak tega," tanya Dani.
"Dasar aneh kau, mereka anak-anakku, tentu saja mereka kuat, kau mungkin memang lebih kuat dariku," ucap Akhmad sembari berjalan pelan kearah Shafa.
Sementara itu Shafa kembali berusaha berdiri dihadapan ayahnya dengan sepasang pedang yang masih digenggamnya dengan erat sebelum kembali menyerang sang ayah dengan seluruh kemampuannya namun sayangnya perjuangannya terasa sia-sia saja setiap ayunan pedangnya dimentahkan oleh ayahandanya sebelum beberapa anak panah Akhmad menancap ditubuh Shafa.
"Diamlah sebentar nak, kau hanya akan ditahan saja, tolong bertobatlah sebelum Mahadewa tumbang atau kepalamu akan terpenggal," ucap Akhmad sembari mendekati putrinya.
Namun saat itu Shafa belum menyerah juga dan segera bermanuver mundur menghindari serangan ayahnya yang saat itu mulai mengejarnya menuju medan tempur lain dan mendarat di tempat pertempuran Arya dan para Ishvara dimana saat itu Arya sedang terpojok menghadapi keempat pejuang sanjivani itu namun tiba-tiba sebuah aindrastra dilepaskan oleh Yusuf dan menimbulkan badai petir yang segera dimanfaatkan Arya untuk memperkuat murugan petirnya dan semakin mempersempit gerakan Shafa sementara para Ishvara sanjivani mulai dimusnahkan oleh Arya yang terbantu oleh Yusuf yang saat itu mengamuk mengeluarkan astra demi astra yang melahap medan tempur dalam api pemusnahan.
Disaat kalut itulah Bhatara kembali membuka matanya dengan kesadaran penuh bahwa dia sudah kalah dari Yusuf tapi Bhatara dengan tenang berdiri dan menyembuhkan Reva hingga utuh kembali sebelum kembali berdiri membawa kodandanya yang sudah kembali menjadi busur ditengah tawa sang Brahma yang sedang memporak-porandakan medan tempur. Saat itulah dengan sisa-sisa tenaganya Bhatara mengaktivasi raja netra untuk kembali menggunakan kemampuan regenerasi kartikeya sebelum melepas teknik ganesha yang digunakannya untuk menggandakan jumlah pelurunya lalu menembakkan beberapa anak panah pada Arya dan Akhmad sebelum mulai menyerang kedepan menggunakan sisa-sisa kemampuannya sebelum dihantam dari atas dengan tubuh Nara yang dilempar oleh Yusuf kearahnya.
"Kenapa kau masih jalan-jalan dikondisimu sekarang adiguru," ucap Yusuf yang saat itu berdiri dihadapan Bhatara.
"Kau anak gila, perkataanmu tak sesuai dengan tindakanmu," ucap Bhatara.