Hari ke-124 dharmayudha keempat dimulai dengan sebuah ledakan keras setelah sebelumnya sebuah ledakan lain terjadi untuk mengakhiri hari. Saat itu markas utama Harisena digoncang dengan pertemuan antara Ihsan dan Alim yang mulai saling serang. Sementara itu didalam lorong penjara, getaran mulai bisa dirasakan oleh para tahanan serta Yusuf dan Sekar yang langsung berdiri begitu merasakannya.
"Dia sudah tiba Sekar, aku akan berangkat dulu, kau segera lakukan apa yang kau bisa untuk membantu," ucap Yusuf sebelum bergerak pergi dari sana.
"Kau sudah mendengar itu Shafa, semoga ini bukan pertemuan terakhir kita, aku pergi dulu," ucap Sekar seraya bergerak pergi menuju medan tempur.
"Engkau akhirnya tiba Ihsan, maafkan aku kalau membebanimu, aku tidak bermaksud begitu, maaf Ihsan, maaf, tolong selamatkan aku," gumam Shafa yang kini sendirian dibalik tembok kaca selnya.
Sementara itu Sekar mulai memasang zirah tempurnya dan bergerak tepat ketengah medan tempur saat tiba-tiba dari sisi kanannya serpihan pasir membentuk gelombang raksasa yang ditunggangi oleh Steve dan para petarung kepercayaannya dan juga dari sisi kirinya hembusan angin dari kepakan sayap paravani mengenai pipinya dimana dia melihat Lintang menghunus tombaknya menembus angkasa diikuti oleh pasukannya sementara dirinya bergerak kedepan menuju Yusuf yang membuat berbagai peralatan untuk melindungi markas sambil membuat puluhan boneka perang untuk menuju area pertarungan Ihsan dan Alim namun belum sempat boneka-bonekanya mencapai tujuan, ular vasuki segera bergerak melibas serangan Sekar dengan sisik bajanya sebelum tiba-tiba beberapa peluru biji anggur mendarat di markas dan tumbuh menjadi tanaman rambat raksasa yang mulai meremukkan tiang-tiang markas. Bersamaan dengan itu suara meriam dari kedua sisi pasukan mulai menggelegar diikuti dengan rintik hujan api dan kilatan halilintar, bersamaan dengan itu kedua pasukan saling melesat kearah satu sama lain saling menghunuskan senjata mereka, mengguyur api dengan darah, menyusul halilintar dengan potongan-potongan tubuh yang berceceran. Saat itulah Sekar mencoba mengendalikan keadaan dengan mencoba mengambil kendali terhadap sebagian kecil petir disana untuk dijadikannya lembing yang dilemparkannya kembali kearah musuh namun begitu lembingnya menembus asap, Sekar harus dikejutkan dengan kesembilan navagraha mengambil wujud monsternya dan mulai memporak-porandakan wilayah itu dimana sang Surya sendiri mendatanginya dengan wujud aruna yang telah bermutasi, bersiap untuk melahapnya dengan paruhnya yang dipenuhi gigi dan api yang membara saat itu Sekar dengan cepat mengeluarkan hujan roket dari tangannya namun hal itu hanya cukup untuk memukul mundur binatang buas itu yang sekarang kembali pulih dalam sekejap dan kembali menyerang Sekar, untungnya tak berselang lama sebuah tebasan horizontal dari Bagas membelah burung itu menjadi dua, memisahkan tubuh dari kakinya. Menyadari posisinya yang tidak menguntungkan Sekar segera berusaha bermanuver ketempat yang lebih aman namun saat itulah sebilah belati energi mendarat didekatnya diikuti kilatan putih kebiruan yang merupakan Kerta yang datang bersama Rio yang saat itu segera mengeluarkan karambitnya berjalan kearah Sekar dan melesat berniat menghabisinya untungnya tangan dari Bagas segera menariknya dan melemparkannya kebelakang sebelum mengayunkan pedangnya kearah kepala Rio yang segera menahannya dengan karambitnya namun Sekar yang masih mencoba mencari posisi aman masih harus diburu oleh Kerta yang memiliki kecepatan luar biasa, untungnya sebelum Kerta sempat menikamnya dengan kerisnya tiba-tiba dari atas Gibran menendang muka sang Ishvara sebelum membuat sebuah gelembung perpindahan yang segera dia gunakan untuk memindahkan Sekar menjauh dari sana. Gelembung teleportasi Gibran akhirnya pecah namun hal yang aneh terjadi, bukannya mendarat di puing-puing peperangan, Sekar justru mendarat di bantalan semak anggur yang tumbuh dengan cepat begitu merasakan energinya. Melihat hal itu Sekar bergegas untuk membuat ledakan listrik dari dalam tubuhnya sebelum membentuk es dengan tangannya dan menggunakan bhaktanetranya untuk menggandakan es itu agar cukup untuk membekukan akar-akar tanaman itu sembari melesat kabur namun nasib masih tak berpihak padanya, belum jauh dia melangkah tiba-tiba dia harus dikejutkan oleh sesosok kambing gunung raksasa yang merupakan perwujudan Manggala yang sempat menyeruduknya sampai dirinya menghantam puluhan tembok dan pilar. Tak lama setelah itu seekor rusa putih perwujudan Chandra masuk kedalam ruangan dan dengan anggun mendekati Sekar yang kembali terbangun dan menyadari kalau mata rusa itu agak berbeda, mata berwarna merah dengan pola dua belas sisi seperti garis jam dinding mendekatinya dengan seringai kecil diwajahnya. Seketika itulah Sekar menyadari kalau kesembilan navagraha itu sedang dikendalikan oleh Ihsan dan tanpa berpikir panjang, Sekar kembali berdiri membentangkan sayapnya dan terbang sambil memodifikasi zirah ditangannya untuk menembakkan beberapa bola api sebelum mendarat tepat ditengkuk rusa itu dan segera menempatkan tangannya untuk menghancurkan ikatan ilusi yang dibuat oleh Ihsan pada rusa itu namun luka yang diterimanya sebelumnya kembali terbuka karena tidak dia pulihkan secara keseluruhan dan secara mendadak suhu udara mulai turun dengan drastis begitu dia menyentuh rusa itu, tubuh Sekar mulai kaku dan bibirnya mulai terluka saat perlahan rusa itu menjauhi api dan mulai membekukan apapun yang berada didekatnya termasuk Sekar yang akhirnya terjatuh dari tengkuk rusa itu dalam keadaan hampir membeku sepenuhnya. Saat itu cahaya sudah mulai pudar dari mata Sekar saat rusa itu berputar di sekitarnya untuk segera membekukannya tapi saat itulah suara tembakan senapan serbu terdengar dan bersamaan dengan itu hujan peluru mulai melubangi kulit Chandra sebelum akhirnya pancaran gelombang panas mulai melelehkan es yang membungkus tubuh Sekar.
"Kau tak apa-apa kan Sekar," tanya Roni sembari mencoba menuntun Sekar untuk berdiri.