Nataraja

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #127

Tuanku

Hari ke-127 dharmayudha keempat. Langit bergemuruh kencang akibat pertemuan serangan demi serangan dari kedua pasukan. Hal itu mengakibatkan energi alam mulai menumpuk dengan sangat cepat. Saat itulah Kusuma memanfaatkannya untuk menyalakan mode yoginya lebih kuat lagi untuk menangkap serangan Alim namun yang tidak dia sadari adalah Alim yang juga menggunakan prinsip yang sama untuk memperkuat aliran energi yoginya dan perlahan kulitnya semakin gelap saat tiba-tiba dirinya menarik Kusuma dengan teknik veera miliknya lalu menggenggamnya dengan tangan avatarnya sebelum membantingnya ke markasnya. Meski begitu, bukannya berhenti, Kusuma kembali bangkit, beregenerasi secepat mungkin lalu membangunkan lokanetranya sebelum kembali menyerang Alim, kini dengan manipulasi cahayanya yang segera memenuhi angkasa dengan warna violet lalu mengumpulkannya ditangannya sebagai sinar ultraviolet yang terus meningkat menjadi sinar-X dan pada akhirnya mencapai level sinar gamma yang pada akhirnya segera ditembakkan kearah dada avatar Alim yang segera terdorong menjauh karenanya. Saat itu juga Kusuma melepaskan banyak sekali bola-bola amplifikator cahaya ke sekitar tubuhnya sebelum menggunakannya sebagai bahan dasar struktur istana cahaya yang memerangkap Alim bersama dengan dirinya. Disaat yang bersamaan Kerta kembali membersamainya yang sedang membuat vinayaka ditangannya dan saat itu juga Kerta mensinkronkan energinya dengan kakaknya itu sebelum akhirnya memindahkan kakaknya itu tepat ke muka avatar Alim dimana tubuh Alim berada untuk menghantam kan vinayaka keras-keras ke muka avatarnya hingga timbul beberapa retakan saat Alim dan avatarnya dihempaskan menjauh darinya.


"Kau menyalahkan masa lalu hanya karena dirimu harus berjuang, tugas manusia hanya merawat masa kini Narayana, berhentilah menyalahkan apa yang diciptakan masa lalu dan coba hindarilah kehancuran yang bisa timbul dimasa depan," pekik Kusuma sembari menepukkan kedua tangannya.


Saat itu Alim kembali berusaha bangkit dan menyaksikan taman-taman bunga yang menyebar ke seluruh wilayah medan tempur, menjadikannya selayaknya sebuah taman dengan bunga-bunga raksasa yang bermekaran mengumpulkan tenaga yogi untuk Kusuma. Saat itu Alim segera menjalankan avatarnya ke salah satu bunga itu yang membuatnya terlihat selayaknya lebah dibandingkannya sementara di hadapannya ada istana raksasa dan dari bawahnya muncul ribuan atmasena kayu Kusuma lengkap dengan lokanetra dan tenaga yoginya. Melihat semua itu Alim segera meneteskan setitik air dari keningnya yang perlahan membesar dan berubah menjadi seekor naga air yang mulai tumbuh untuk mengimbangi ukuran bunga tadi sebelum Alim mengubahnya menjadi naga es untuk mematikan struktur tanaman raksasa itu sembari mendispersi tubuh avatarnya menjadi tentara atmasena yang turut membantu membekukan taman raksasa itu namun Kusuma segera melakukan upaya preventif dengan menjadikan memodifikasi struktur kayunya agar tak mudah membeku dan Alim yang menyadari hal itu segera mengubah opsi elemenennya menjadi magma dan seketika itu juga seluruh taman raksasa disekitar Alim dibumihanguskan dengan lelehan magma yang juga menyerbu Kusuma dengan gelombang lelehan magma panas yang membuatnya langsung melesat menjauh sambil menyaksikan naga es tadi menguap dihantam tsunami magma. Saat itulah Kusuma bermanuver kebelakang seraya meningkatkan efek aktivitas fotosintesis kayunya sehingga dia mulai bercahaya dan tumbuh lebih cepat dan dengan itu Kusuma mengeluarkan naga kayunya yang segera dihantam oleh kera batu Alim tanpa sempat melawan sehingga memaksa Kusuma untuk menggunakan arca penjaganya untuk mengimbangi serangan Alim sementara Kerta memindahkannya keatas sambil meniupkan laser air untuk memotong tangan kera batu itu dan memperlihatkan darah magmanya saat tiba-tiba dari atas terdengar suara petir yang menggelegar diikuti dengan suara genderang perang Mahadewa yang sangat keras. Kusuma segera menoleh keatas memberikan penghormatan pada sang Mahadewa yang sedang bertarung dengan lincah bagaikan sedang menari dan saat itulah Mahadewa mengirimkan sebuah bola hitam kecil mengarah padanya dan segera dia terima dengan baik.


Lihat selengkapnya