Dharmayudha keempat hari ke-135. Awan mendung akhirnya mulai sirna dan orang-orang mulai kembali menyaksikan cahaya menerangi medan tempur memperlihatkan mayat-mayat yang bergelimpangan, medan tempur yang berantakan dan darah yang mengalir bagai danau sementara yang masih bernapas kembali berdiri mengangkat senjata mereka diantara rongsokan vimana dan pesawat tempur yang mulai berjatuhan dari angkasa menemui bangkai-bangkai kapal perang dan tank yang remuk diantara lautan api yang dipantik dari terbakarnya mesin-mesin yang menghidupkan mereka membakar medan tempur yang terbuat dari kayu itu. Markas-markas Harasena hancur lebur dihantam narayanastra sementara pasukan Harisena bersuka cita dengan meniupkan shankanya keras-keras sebelum kembali bergerak membantai pasukan Harasena bagai binatang. Bersamaan dengan itu ada beberapa pasukan ramavijaya yang potensinya terbuka dan mulai menembakkan astra mereka yang mempertegas dominasi tentara Harisena. Disaat bersamaan sudharsana melesat memotong penjara yang mengurung Shifa sekaligus juga memotong borgol ditangannya disaat para tentara sanjivani sedang merestorasi tubuhnya.
"Apa yang barusan terjadi, apa kita benar-benar berguna di perang ini, untuk apa kau mengundang kami kalau engkau bisa menyelesaikan perang ini sendiri Narayana," gumam Amra.
"Dia benar-benar orang yang berbeda dari yang pertama kali kulihat," gumam Bowo yang terpana menyaksikan Alim yang sedang bermandikan cahaya.
Sementara itu Shifa keluar dari tahanannya menatap sang Narayana dan menghaturkan hormat padanya saat Bagas juga tersenyum tipis saat menghempaskan Rio sebelum akhirnya memberikan penghormatan pada kawannya itu dan akhirnya kembali menyerang Rio dan Surya dan tepat saat itulah Alim membalas salam penghormatan mereka dengan senyuman namun perang belum berakhir, langit terbuka lebar memperlihatkan sepasang mata yang menatapnya dengan murka.
NARAYANAAAAA!!!!!!
Suara keras Ihsan kembali terdengar menghapus senyuman Alim dari bibirnya sebelum menatap keatas dan menyaksikan sendiri tinju sang Mahadewa mengarah ke wajahnya yang segera menghempaskannya kebawah sekaligus menghancurkan kencananya dan mendaratkan sang Narayana ketanah dengan sebuah ledakan keras yang menyadarkan semua orang bahwa perang belum berakhir. Ihsan mendaratkan kakinya dimedan tempur sebelum mencengkeram leher Alim dengan satu tangan sementara tangan lainnya mengumpulkan luapan energinya yang seperti jelaga diujung telunjuknya. Menyaksikan hal itu Alim langsung mengendalikan kembali chakranya kearah leher Ihsan tapi Ihsan dengan cepat bisa menghindarinya namun hal itu cukup untuk membuat Ihsan melepaskan cengkramannya dan balik menembak sudharsana hingga terdorong sangat jauh. Hal itu segera dimanfaatkan Alim untuk melayangkan tebasan pada Ihsan namun tiba-tiba dia mengingat wajah Ihsan kecil yang menghentikan tebasannya tepat saat Ihsan mengaktivasi veera untuk menghempaskan Alim lalu segera membanjiri medan tempur dengan bhutaraj dan tiryaka untuk membuat berbagai macam makhluk mengerikan yang bisa dia gunakan sebagai tambahan pasukan.
"Beraninya kau membantai rakyatku dengan narayanastramu, inikah yang kau sebut dharma!?," teriak Ihsan.
Saat itulah juga beberapa ekor anjing raksasa timbul dari bayangan Ihsan dan segera melesat kearah Alim yang dengan cepat menebas mereka.