Nataraja

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #136

Bangun

Hari ke-136 dharmayudha keempat. Alim berusaha membuka mata saat tubuhnya masih melayang-layang di angkasa dan berusaha pulih semampunya bersama dengan serpihan dari medan tempur yang turut hancur akibat tembakan pashupatastra.

Sementara itu dari kejauhan sepasang mata menyaksikan kehancuran yang tak bisa dia bayangkan sebelumnya. Zahra yang menyaksikan dengan jelas kekuatan sang dewa penghancur yang seketika membuat detak jantungnya hampir terhenti, napasnya memburu saat matanya memperhatikan puing-puing yang bertebaran di angkasa hingga akhirnya dia melihat sang Narayana terbaring lemas diatas samudra kosmik sementara disisi lain ada Mahadewa yang menari-nari dengan lincah menghadapi saudara-saudaranya dan para perwira Harisena yang mengepungnya dengan murka sementara Mahadewa sendiri mulai tertawa gila sambil mulai mengangkat senjatanya untuk melawan mereka lalu dari segala sisi dia mulai mendengar suara teriakan keras disertai dengan pasukan yang mulai turun ke medan tempur dengan penuh amarah meninggalkannya dalam kebingungan sebelum akhirnya dia memantapkan pilihan dan segera membentangkan sayapnya dan mulai bergerak dari tempatnya menuju arah yang berbeda, menuju Narayana.

Sementara itu dari sisi lain. Sebuah kapak perang mengayun tepat ke leher Mahadewa yang saat itu tertahan oleh kerasnya kulit Mahadewa. Ihsan saat itu lebih sibuk untuk mengatasi ketiga saudaranya daripada ayunan kapak itu sebelum akhirnya Ihsan menghempaskan kapak itu besarta penggunanya dengan tekanan energinya sebelum Ihsan juga melepaskan sebuah atmasena kearahnya yang saat itu memulihkan diri dari luka-lukanya.

"Shifa?, kenapa unit medis sepertimu maju ke garis depan?, aneh sekali," ucap Ihsan.

"Kau tak perlu tau itu," ucap Shifa sembari melesat kembali kearah Ihsan.

"Hahaha, strategi ya, coba pikirkan lagi strategimu, apakah lebih baik bagimu untuk memulihkan orang-orang dari maut agar bisa kembali bertarung atau maju dengan gegabah melawan panglima musuh disaat ada orang lain yang bisa kau perkuat, ah tak masalah sih, setidaknya sekarang aku punya sesuatu untuk melepaskan Shafa," ucap Ihsan

Tak lama kemudian Ihsan menghantam balik kapak Shifa hingga Shifa kehilangan keseimbangan sebelum memotong tangannya itu lalu menendang Shifa menjauh dan pada akhirnya melempar kapak Shifa ke markas Harisena.

"Disana kurasa selnya, alur ransum pasukanku jadi agak kacau semenjak tak ada dia, harusnya aku lebih memahami betapa pentingnya engkau Shafa, aku kadang tidak sadar kalau engkau yang memberi warna pada strategiku," pikir Ihsan.

Tak berapa lama kapak itu melayang menembus cakrawala melintasi badan Anas, Soma dan Sura hingga akhirnya menghantam sebuah kaca hingga hancur, memperlihatkan sepasang mata merah menyala dari ruangan gelap itu. Tak lama kemudian cahaya api menerangi ruangan itu memperlihatkan wujud sang Mahadewi yang sudah terbaring lemas dan lusuh perlahan bangkit dengan sebuah senyum lebar sebelum menginjakkan kakinya keluar dan menghirup udara bebas dan perlahan mulai pulih saat menyaksikan wajah Mahadewa. Tak lama kemudian dia segera memanggil pedang kembarnya dan segera bergerak menikam Sura lalu mengiris perut Soma sebelum akhirnya melesat menuju Mahadewa, memeluknya setelah sekian lama berpisah.

"Dimana yang lain ditahan Shafa," tanya Ihsan.

"Hanya aku dan kedua saudaraku yang masih ditahan di markas utama, sisanya sudah dikirim ke sebuah dimensi yang berbeda," ucap Shafa.

Lihat selengkapnya