Nataraja

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #138

Proses

Hari ke-138 dharmayudha keempat. Alim mengubah pola kekuatannya dan tiba-tiba tubuhnya berkembang tak beraturan saat dirinya mulai mengerang kesakitan saat berusaha menstabilkannya.

"Apa yang coba dia lakukan sebenarnya, kenapa malah melemah?, mungkinkah ini semacam gerakan ancang-ancang untuk ledakan kekuatan yang besar, aku harus menghentikannya," pikir Kusuma sembari bergerak untuk menyerang.

Namun itulah yang ditunggu-tunggu oleh Alim, dia segera menyeruduk balik serangan Kusuma dengan tubuhnya yang kini begitu keras, melayangkan kembali Kusuma kebelakang sebelum akhirnya Alim kembali menyalakan percepatan metabolisme extra selular miliknya dan mulai mempercepat laju perkembangan dirinya secara dramatis. Sayangnya hal itu semakin memperburuk kondisi fisik Alim yang akhirnya membuatnya tersungkur dihadapan Kusuma.

"Kau memaksa tubuhmu untuk melakukan semua itu hanya karena kau sedikit mengerti tentang Narasimha mantra tapi kau tidak berusaha memahami tubuhmu sebelum itu, kau sungguh bocah yang nekat," ucap Kusuma seraya menghapus darah di hidungnya.

Tak lama setelah itu Kusuma kembali menyerang, kali ini dia menambahkan elemen api kedalam serangan kayunya membuatnya mulai terbakar dan akhirnya bertransformasi menjadi elemen lahar yang segera melebur medan tempur menjadi lumpur dan arang panas sebelum akhirnya membentuk kepala naga dan kembali menyerang Alim yang kali ini dipaksa untuk terus menghindari setiap serangan Kusuma sebelum akhirnya mencoba memotongnya dan menyadari penggunaan elemen lahar dari properti uniknya yang membuatnya terlihat selayaknya lumpur panas yang bisa tumbuh selayaknya pohon. Hal itu jugalah yang membuat Alim segera memasang pelindung es disekitar tubuhnya sambil memacu kecepatannya untuk terbang keatas. Dari situlahkemudian Alim mulai menyaksikan perlahan-lahan bencana mulai terbentuk dari lelehan lahar yang terus melebar. Melihat hal itu Alim memutuskan untuk menembakkan janardana es yang terlihat seperti bom salju yang segera mendinginkan sebagian besar medan tempur yang mulai terdekomposisi menjadi lahar panas yang memancarkan racun. Menyaksikan hal itu Alim segera memanggil kembali avatarnya dan mulai menggunakan tembakan elemen gelembung untuk mengatasi masalah. Tepat setelah itu Alim berbalik menyerang Kusuma dengan gelembung-gelembung miliknya untuk menimbulkan ledakan demi ledakan uap bertekanan tinggi yang segera coba dihindari Kusuma sembari membuat arca lahar untuk coba mengimbangi kekuatan tembakan Alim.

...

Sementara itu disisi lain pertempuran Ihsan terlihat mulai menembakkan halilintar dari awan gelapnya, membombardir daratan dengannya. Sementara itu ditengah hujan badai Shafa dan Anas berlarian mengitari medan laga mengumpulkan para perwira Harasena untuk kemudian melaju menuju pertempuran para Ishvara, namun tepat ditengah perjalanan mereka menyaksikan tulang-tulang tiba-tiba mencuat yang menghempaskan banyak orang saat sepasang mata melesat kearah Shafa yang berusaha menahan dengan kedua pedangnya tapi masih harus terdorong cukup jauh.

"Akhirnya aku bisa melihatnya lagi, permata yang dicuri dariku, jadi kau yang menggenggamnya sekarang wanita sialan," teriak orang tadi.

"Ternyata benar permata ini dicongkel dari kepalamu oleh shangkara, kau sungguh tak beruntung, bagaimana kepalamu, apakah masih sakit, Dio!!," teriak Shafa seraya memasang kedua pedangnya.

"Dasar pelacur kau, rayuan macam apa yang kau bisikkan pada Mahadewa agar bisa mendapatkan permata itu," teriak pemuda bernama Dio itu.

"Jaga mulut kotormu anak muda!!, tarik ucapanmu pada Mahadewi," teriak Anas sembari menodongkan senapan kearah kepala Dio.

"Hahaha!!, kalian mencuri dariku dan aku yang kalian anggap kotor!?, jadi seperti itu sekarang aturannya!?, orang lemah yang harus meminta maaf, orang yang kalah yang harus minta maaf?, oh sayang sekali, tak ada tatanan sosial dalam pertempuran, saat ini kalian bukan ratu, bukan menteri, bukan raja, di medan tempur semuanya hanyalah tentara yang berjuang untuk tujuannya!!," teriak Dio sembari mengeluarkan pedang tulang dari tangannya.

Lihat selengkapnya