Hari ke-142 dharmayudha keempat. Dentuman keras tercipta dari pertemuan serangan Alim dan Kusuma menandai bergantinya hari memperlihatkan kedua pejuang yang tak kenal lelah sedang bertempur habis-habisan didalam bayangan kegelapan. Kilatan demi kilatan cahaya berkali-kali terlihat dari benturan senjata mereka berdua serta pancaran cahaya dari mata mereka saat keduanya meluncur kearah satu sama lain membawa serangan-serangan terbaik yang bisa mereka lakukan. Suara gada menepis tombak, perisai menahan pedang, zirah yang digores panah serta hantaman dari pukulan mereka yang beradu terus-menerus terdengar dibarengi dengan kilatan mata yang terlihat disebalik asap panas regenerasi mereka sebelum akhirnya Alim memutuskan untuk mengubah tempo pertempuran dengan memunculkan tangan avatarnya yang saat itu ditahan dengan dinding lahar Kusuma. Keduanya bertatapan sejenak sebelum melaju membawa pedang mereka yang beradu dengan suara keras. Tak ada satupun yang mengalah keduanya mendekati satu sama lain untuk saling menjatuhkan, bergumul sebagai kesatria sejati yang saling serangan, bantingan yang dilancarkan Alim dimanfaatkan Kusuma sebagai momentum serangan balik yang juga diikuti dengan tangkisan cepat yang diikuti tebasan pedang. Tangan-tangan keduanya tumbuh silih berganti, mencoba-coba setiap kemungkinan, setiap serangan, setiap tahanan, tepisan, tangkisan, saling menghindar, saling menyambut serangan dan saling beradu sambil juga menggonta-ganti metode serangan, kadang busur mereka pakai untuk serangan dari jarak jauh, kadang mendekat membawa gada, kadang meliuk-liuk mengayunkan pedang serta saling melemparkan chakra sebagai serangan kejutan.
"Seperti yang kubayangkan darimu Adiraja, kau memang sangat terampil," ucap Alim seraya mencoba menendang.
"Kau juga sama Narayana, gerakan apa saja yang sebenarnya sudah kau pelajari," ucap Kusuma.
"Ahahaha, untuk mengimbangimu hanya dengan satu cabang beladiri itu hal yang bodoh, kau hidup dalam pertempuran juga bukan, pasti banyak improvisasi gerakan yang kau lakukan, banyak kombinasi yang sudah kau kuasai dengan sangat halus dan tertata, beladirimu adalah kombinasi dari berbagai gerakan yang kau temui dan poles dizamanmu sedangkan beladiriku adalah berbagai kombinasi beladiri dari masa kini yang kupelajari dan kupoles dengan tanganku, basis kita mungkin sama tapi jangan berpikir aku akan bertarung dengan cara yang serupa denganmu," ucap Alim seraya memutar tubuhnya dan menginjakkan kakinya kezirah Kusuma untuk mendorongnya menjauh.
"Begitu ya, kau mungkin ada benarnya, lebih dari seratus tahun telah berlalu semenjak waktuku menjadi Maharaja, Dunia sudah banyak berubah semenjak waktu itu, pola pikir manusia pasti juga akan berubah, sudah sewajarnya cara kalian mengekspresikan diri lewat gerakan kalian juga akan berubah," ucap Kusuma sembari mulai menjauhkan Alim dan membuat arcanya.
"Memangnya apa yang kau pikir berubah dari waktu itu ke masa kini," tanya Alim sambil mendekat dengan avatarnya.