Hari ke-143 dharmayudha keempat. Alim dan Kusuma masih saja mengadu serangan mereka, saling mengimbangi satu sama lain sambil terus meningkatkan intensitas serangan mereka. Hal ini menyebabkan getaran luar biasa yang cukup untuk membuat orang-orang yang berada diseluruh wilayah medan tempur merasakannya.
"Apa yang sebenarnya membuatmu menggunakan kekuatanmu sejauh ini Alim," gumam Shifa sembari memanfaatkan kesempatan itu untuk membantai para monster didepannya.
"Narayana mengamuk lagi ya, mungkinkah harus ada yang menyusulnya," tanya Zahra.
"Kurasa kita hanya akan mengganggunya, tapi mungkin beberapa tentara sudah akan masuk untuk membela mereka," ucap Shifa.
"Ya, mereka memang sedang masuk, tentara kita dan tentara mereka," ucap Zahra.
"Cih, semenjak tembakan narayanastra dan pashupatastra, medan tempur jadi kacau balau, kini semuanya mulai menampakkan jati diri mereka, variasi bentuk serangan yang ditunjukkan para tentara Harasena terlalu liar, vimana-vimana model baru mulai mereka pakai, senjata-senjata aneh mereka mulai bermunculan dan jumlah mereka tumbuh terlalu cepat," pikir Shifa sambil berjalan dengan cepat kearah musuh.
"Hmm Shifa itu, nampaknya pikirannya mulai kacau, eh, kurasa aku sudah bisa mengkomando sebagian tentara, aku bisa membuat pasukan penembak jitu dari model tentara ramavijaya dari sini, mungkin itu akan membantunya menenangkan diri," pikir Zahra sembari meniup shankanya.
Sebagian tentara akhirnya tiba dan Zahra mulai mengarahkan model mereka untuk menjadi pasukan penembak jitu yang dengan cepat mulai mengasimilasi fungsi baru mereka dan mulai menembaki tentara musuh dengan cepat yang juga membantu Shifa yang sedari tadi melaju sendirian, membantai musuh dengan kapaknya.
"Shifa!!, kurasa kita perlu membuat regu bantuan, cepat panggil sebagian tentara kesini dan mulai arahkan model mereka," ucap Zahra seraya membersihkan pasukan musuh.
"Apa maksudmu, mana sempat aku melakukannya," ucap Shifa sambil menghajar para monster.