Hari ke-152 dharmayudha keempat. Ihsan dan Yusuf mulai menunjukkan kekuatan penuh mereka, keduanya berdiri dengan tenang menatap satu sama lain sembari perlahan turun ke permukaan medan tempur. Yusuf mulai untuk memasang kuda-kuda sementara Ihsan berjalan kearahnya sebelum akhirnya Ihsan memulai serangan dengan pukulan-pukulan cepat yang dengan cepat dihindari dan ditepis oleh Yusuf sambil melapisi tubuhnya dengan zirah berlapis vidhata sebelum mulai menyerang balik Ihsan dengan sebuah tendangan melingkar untuk menjatuhkannya tapi Ihsan melompat menghindarinya sambil memutar badannya memanfaatkan momentum untuk menyerang Yusuf yang saat itu menahan dengan menyilangkan tangannya sebelum mendorong balik Ihsan ke angkasa.
"Hahahaha, jadi ini hasil latihan kung fu yang kau lakukan, kau cukup lihai untuk itu," ucap Ihsan seraya menembakkan beberapa meriam angin.
Sementara itu Yusuf mengeluarkan brahmadandanya dan mulai menangkis semua meriam angin Ihsan sementara Ihsan melesat kearahnya mulai memberikan serangan demi serangan tajam dengan tinju dan tendangan yang sangat cepat, hal ini seketika membuat Yusuf dengan lihai meliuk-liuk menghindari serangan Ihsan sembari memanjangkan tongkatnya dan menghantam Ihsan dengannya.
"Benar juga, kau tak pernah ikut kelas tambahan apapun Ihsan, satu setengah tahun kami berempat mencoba mengembangkan minat dan bakat kami dengan bimbingan para guru, kelas dan mencoba menaati aturan tapi kau hanya fokus melakukan apa yang ingin kau lakukan. Kenapa Ihsan, kenapa kau sangat sulit menerima sesuatu sesuai dengan cara biasa, kenapa kau selalu bertindak sesuka hatimu sendiri," teriak Yusuf sambil terus menyerang Ihsan.
"Aku punya cara sendiri untuk belajar, untuk menghindari ketertinggalanku dibidang akademik aku buat perpustakaan bersama, aku terus bertarung untuk terus bisa mengimbangi gerakan kalian meski tanpa dasar latihan," ucap Ihsan sambil terus menahan serangan Yusuf.
"Pembohong, kau membuat perpustakaan besar itu hanya karena kau punya dana untuk melakukannya dan ingin membuat kafe untuk menambah keuntungan, kau bertarung dijalanan untuk mencari karyawan-karyawan baru, kau melakukan semua itu demi uang!, itukah kebebasan Ihsan!!!," teriak Yusuf sambil mendorong Ihsan menjauh.
"Lalu kenapa!?, lalu kenapa, ada harga untuk sebuah kebebasan, manusia perlu makan dan untuk membeli makan manusia perlu harta yang sekarang dihitung dalam nominal uang dan untuk itu mereka perlu menukarnya dengan pikiran atau tenaga agar sistem tetap berjalan, kasih sayang akan cukup untuk menolong mereka sesekali tapi agar mereka bisa terus hidup perlu sebuah sistem," ucap Ihsan.
"Lalu kenapa kau tak setuju dengan cara Alim," ucap Yusuf.