Nataraja

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #167

Sawang Sinawang

Hari ke-167 dharmayudha keempat. Sebuah dentuman keras terdengar mengawali hari itu yang disebabkan oleh pukulan keras Alim yang mengenai dada Ihsan. Tak lama setelah itu pedangnya segera kembali ditariknya setelah terlepas akibat meriam angin Ihsan lalu diarahkannya nandaka itu kepada Ihsan yang kembali menepisnya dengan sebuah tembakan meriam angin sebelum akhirnya menghempaskan Alim dengan membuat beliung menggunakan tangan satunya lagi. Tak lama kemudian serangan balasan Alim muncul, ratusan tinju magma jatuh dari angkasa yang akhirnya membuat Ihsan segera berusaha mengimbanginya dengan tembakan-tembakan tombak es dari jemarinya.

"Aku perlu menggunakannya, ini akan beresiko tapi gabungan seluruh pancamahabuta akan bisa menjadi solusi," pikir Ihsan saat membiarkan tubuhnya mendarat diatas samudra yang dia bekukan tepat sebelum dia mendarat.

Tak lama kemudian Ihsan mulai membentuk mudra ditangannya seraya mulai melepaskan energi dalam jumlah besar disekitar tubuhnya saat telapak tangannya mulai terbuka membuat pusaran angin diatasnya yang mulai dipantiknya dengan api lalu diisinya dengan air kemudian dia aliri petir untuk membentuk aether yang selanjutnya dia segera tembakkan kearah Alim untuk menghadangnya dan hal itu segera direspon Alim dengan tembok mandalanya dan justru membuat Alim menyadari kalau Ihsan sedang berusaha menggabungkan kelima elemen sekali lagi karena bebatuan mulai melayang disekitar tubuhnya.

"Dia mencoba menggunakan kekuatan berbahaya itu lagi, aku perlu mengimbanginya," pikir Alim sembari mulai mengalirkan listrik ke elemen mandalanya.

Disaat bersamaan Ihsan juga mulai membuat aether merasuk pada bebatuan yang dibentuknya dan saat itulah tangan keduanya mendesis. Ihsan sendiri membentuk semacam larutan pancawarna sementara Alim membentuk butiran kristal korundum yang memercik dari jemarinya. Tepat saat itulah keduanya menyatukannya menggenggam sepenuhnya esensi penyusun jagat raya di tangan mereka. Saat itu kedua tangan mereka menggabungkan keseluruh pancamahabuta dan memanifestasikan pradhana sepenuhnya namun keduanya mengambil jalur yang berbeda untuk menggunakannya. Ihsan yang menyadari potensinya segera menyusunnya sebagai awan gelap dan menyebarnya sebagaimana partikel dasar pada umumnya yang siap dia ubah menjadi bahan-bahan yang dia butuhkan untuk mengalahkan lawannya sementara Alim yang menyadari sifat-sifatnya segera memadatkannya menjadi bola-bola energi siap pakai disekitar tubuhnya. Saat itu keduanya bertatapan sebentar sebelum akhirnya mulai kembali saling serang pusaran tembakan pradhana dari Alim segera membentur pradhana Ihsan yang ditembakkan secara eksplosif kearahnya dan saat keduanya bertemu saat itu juga ruang dan waktu retak, cangkang kosmik alam semesta telah ditembus akibat benturan serangan tadi namun Ihsan dan Alim dengan sigap menutupnya kembali dan saat itu juga keduanya meningkatkan lagi kontrol mereka terhadap esensi semesta itu sebelum akhirnya kembali melaju kearah satu sama lain. Ihsan saat itu menggunakan trisulanya sebagai media mengontrol pradhana sementara Alim menyisipkannya pada sudharsana untuk memberikan tenaga lebih pada piringan logam tajam itu dimana saat kedua senjata itu bertemu sesuatu mulai terjadi, alur penciptaan seolah semakin cepat seiring dengan benturan keduanya seolah membentuk pola seperti bunga yang sedang bermekaran dengan cepat namun orang-orang menyadari bahwa itu bukanlah bunga melainkan material padat yang berlipat ganda dengan sangat cepat sementara ditengah-tengah bunga itu ada Ihsan dan Alim yang membuat semesta seolah menari-nari. Saat itu juga Ihsan memulai membuka serangan yang lebih masif dengan mulai membentuk ratusan senjata menggunakan perantara pradhana sementara Alim mulai menghapus semuanya dengan pradhananya sendiri namun tembakan sudah terlanjur terjadi dan Alim beberapa kali harus terkena serangan itu meski zirah tempurnya berhasil menahan semua efeknya dan saat itu Alim akhirnya berhasil mendaratkan beberapa tikaman ketubuh Ihsan yang saat itu segera merespon dengan bergerak mundur sambil mematahkan pradhana yang digunakan untuk menikamnya. Saat itu Ihsan segera melesat mundur sambil memulihkan tubuhnya sebelum akhirnya kembali mendorong tubuhnya berkilat menggunakan prakamya sambil menyerang Alim dari jarak jauh dengan bola-bola pradhana kecil yang segera berekspansi saat menyerang Alim yang dengan cepat menepis serangan itu dengan tamengnya namun apa yang disiapkan Ihsan setelahnya adalah sebuah meriam kosmik yang membentang di angkasa dan tepat saat itu digunakan Ihsan untuk menembakkan bholenath pada Alim yang saat itu belum siap sehingga harus menerima tembakan bholenath yang diluncurkan dengan kekuatan penuh hanya dengan tamengnya dan hal itu berhasil meretakkan tameng Alim yang digunakan untuk menahannya sekaligus mendorongnya menjauh dari medan tempur dan juga efek peluruhan realita yang terlihat jelas di seluruh jalur tembaknya. Tak cukup sampai disitu, Ihsan segera meluncur membawa trisulanya menuju Alim yang saat itu berusaha berdiri lalu tanpa ragu Ihsan mengarahkan tombak bermata tiga itu kedada Alim yang sekali lagi coba menahannya dengan tamengnya yang sudah diujung tanduk dan hal itulah yang pada akhirnya membuat tamengnya hancur berkeping-keping disertai dengan ledakan keras yang mementalkan Ihsan kebelakang sebagai fungsi perlindungan terakhir tameng itu pada penggunanya.

"Sialan, apakah dia bisa menggunakan kemampuan mematikan fungsi senjata seperti Yusuf?, kurasa tidak, mana mungkin ada ledakan seperti tadi kalau dia menonaktifkan fungsinya, dia sepenuhnya melebur senjataku dengan energinya yang absurd itu," pikir Alim sembari kembali bersiap untuk kembali menghadapi Ihsan.

Lihat selengkapnya