Hari ke-168 dharmayudha keempat. Serangan Ihsan dan Alim kembali beradu, akan tetapi kondisi fisik Ihsan yang masih belum sepenuhnya pulih membuatnya beberapa harus terdorong ke belakang akibat beradu serangan dengan keras melawan Alim yang meskipun saat itu juga beberapa kali harus terkena serangan tapi kondisinya yang lebih baik membuatnya bisa lebih cepat mengembalikan keseimbangannya untuk kembali menyerang. Menyadari hal ini Ihsan segera mundur sambil kembali menggunakan pinaka untuk menyerang dari jarak jauh namun Alim yang juga menyadari bahwa saat itu pertempuran jarak dekat akan menguntungkannya segera merangsek ke depan bersama garuda sambil menggunakan sharanga miliknya untuk mendorong balik serangan panah Ihsan dengan panahnya sendiri hingga akhirnya beberapa anak panahnya mengenai tubuh Ihsan yang semakin melemah dibuatnya. Seketika itu juga memori-memori masa lalu kembali terputar dikepala Alim saat menyaksikan adik tersayangnya harus beberapa kali menahan serangan darinya sendiri tapi hari itu Alim menyakinkan dirinya bahwa itu adalah peperangan dan Alim justru mengobarkan kembali semangatnya untuk segera mengakhiri kepedihan hatinya dengan segera menyudahi pertempuran dan mengalahkan Ihsan dengan tangannya sendiri. Disaat bersamaan Ihsan yang sudah dipenuhi dengan luka saat itu segera untuk mengubah arah geraknya untuk menghindari bidikan sharanga maka dia bergerak kedepan namun sedikit berbelok juga untuk membingungkan bidikan Alim. Strategi Ihsan untuk sementara terlihat berhasil sampai pada akhirnya sheshnaag yang muncul dari antah berantah menelannya bulat-bulat.
"Muntahkan dia ananta shesha," teriak Alim yang khawatir dengan ularnya itu.
Saat itu Ihsan menggunakan mulut shesha naga untuk beristirahat sejenak untuk mengumpulkan kembali tenaganya sebelum akhirnya sheshnaag memuntahkannya namun kondisi Ihsan terlihat sedikit lebih baik dari sebelumnya meski hanya dengan waktu singkat untuk memulihkan diri tersebut. Alim segera menyadari hal ini dan segera kembali menyerang namun gerakan Ihsan sudah lebih baik dari sebelumnya dan segera bisa mengakses kecepatan penuh prakamya sambil mulai mengaktivasi prapti untuk mendeteksi apa-apa yang dibutuhkan tubuhnya untuk pulih dan saat itulah dia mengetahui luka-luka tubuhnya yang segera dia sembuhkan sebelum kemudian kembali memakai prapti untuk membaca pola energi Alim. Saat itu juga Ihsan mulai mendapati titik-titik energi yang bisa dia eksploitasi sebelum akhirnya dia dengan cepat kembali menyerang dengan tembakan anak panahnya yang diarahkan Ihsan ke titik-titik dimana energi Alim tak sekuat itu. Alim yang menyaksikan hal itu segera menangkis serangan-serangan itu dengan cepat menggunakan pedangnya namun itulah yang ditunggu-tunggu oleh Ihsan yang segera menyelipkan energi pembentukan atmasena ke salah satu anak panahnya yang segera berubah tepat di dekat Alim sebelum meninjunya tepat dipipi hingga Alim sedikit sempoyongan. Melihat hal itu Ihsan tak menunggu waktu lama, dia segera kembali membombardir Alim dari jarak jauh meskipun dari atas garuda bisa dengan cepat menghindar tapi bidikan Ihsan dan kecepatan panah pinaka membuktikan diri bisa digunakan untuk melumpuhkan bahkan garuda yang dikenal sebagai wahana tempur tercepat sekalipun. Tembakan pinaka yang tak kunjung berhenti akhirnya membuat Alim segera menepisnya menggunakan kaumodaki sembari menggunakan sudharsana untuk memburu leher Ihsan. Disaat itu Ihsan sedikit lambat menyadari sudharsana yang memburunya sehingga saat dia menghindar pun sebagian kecil lehernya masih harus terluka dan memaksanya untuk memulihkannya sebelum akhirnya menepis sudharsana yang kembali mendekat dengan trisulanya sembari membuat kembali pradhana untuk membentuk atmasena yang menyerang Alim. Saat itu juga Alim menggunakan teknik deva untuk memprogram bola-bola pradhana disekitarnya agar melindunginya lalu menggunakan ashura untuk memulai evolusi tubuhnya yang ternyata juga disambut Ihsan yang juga mulai mengambil jalur evolusi yang berbeda. Saat itu Alim segera memasukkan unsur evolusi lumba-lumba dalam evolusinya untuk memberikan kemampuan deteksi sonar untuk mendeteksi setiap pergerakan Ihsan yang saat itu menggunakan pola evolusi semut untuk menggunakan sinyal atmasena lebih baik dari sebelumnya serta untuk memanfaatkan eksoskeletonnya sebagai zirah alami untuk melindunginya. Pertarungan kembali berlanjut dengan keduanya yang mulai mengaktivasi gandharva yang membuat aktivasi pradhana lebih cepat sebagai opsi tempur terbaik mereka saat itu. Dengan cepat Ihsan memanfaatkan pradhana untuk membuat berbagai macam senjata sambil bergerak cepat mengitari Alim dengan gerakan akrobatik untuk terus menghindari serangan Alim tanpa harus mengurangi kesempatan serangan balik. Sementara itu Alim memaksimalkan pradhana untuk membuat kubah pelindung sambil juga membuat berbagai macam serangan jarak menengah berbentuk cambuk dan tongkat. Mengetahui bahwa Alim memasang posisi defensif maka Ihsan segera menggunakan bhoota untuk membaca arah pikiran Alim sebelum akhirnya mengubah dirinya menjadi awan pradhana dengan jurus yang sama dan untuk mengimbanginya Alim juga mengaktivasi bhoota miliknya sendiri untuk melapisi kulitnya dengan kekuatan kosmik pradhana sebelum kemudian mencari Ihsan yang menebar kesadarannya disekitar sana. Namun belum sempat Alim menemukannya Ihsan sudah muncul dari belakang menghunus trisulanya kearah Alim yang tak sempat banyak bertindak sehingga harus terkena serangan Ihsan meski zirahnya membuatnya tetap bisa menahan serangan itu tanpa banyak luka tapi tubuhnya masih terhempas menjauh ditengah medan tempur yang mulai direkayasa ulang oleh Ihsan menjadi struktur permukaan planet berbatu yang selanjutnya dia isi dengan kehidupan dengan bhutaraj dan tiryaka. Saat itu hutan angker mulai mencuat ke udara dan binatang-binatang malam serta para hantu mulai mengisinya sebagai bala tentara Ihsan yang tanpa ragu segera menggerakkan semuanya untuk menyerang Alim. Untuk merespon hal itu Alim segera coba menahannya menggunakan badai yang dia buat dari jurus gandharva sebelum kembali mencari Ihsan ditengah puing-puing dan kembali melesat untuk memburunya. Sayangnya Ihsan saat itu sudah jauh lebih siap, serangan-serangan Alim dimentahkannya dan atmasenanya mulai mewujudkan dari bhutaraj untuk memberikan serangan dari berbagai sisi.