Hari ke-169 dharmayudha keempat. Ihsan mulai merangsek kedepan bersama makhluk-makhluk buasnya dan bersama itu juga Alim turut menyerang membawa makhluk-makhluk mistiknya untuk menyambutnya. Saat itu juga sudharsana kembali terlepas mencincang makhluk-makhluk buatan Ihsan sementara Ihsan sendiri hanya memfokuskan dirinya untuk menyerang Alim sambil menahan menahan tebasan sudharsana yang mungkin terjadi. Saat itulah bholenath terlepas dari mata Ihsan yang segera dihindari oleh Alim sementara Ihsan menyusul sambil membantai makhluk-makhluk buatan Alim menggunakan ledakan pradhana. Saat itu juga Alim merespon dengan membentuk senjata dengan pradhana miliknya untuk mulai menyerang balik Ihsan yang menyambutnya dengan pukulan yang diarahkan padanya sementara Alim menyambut dengan hantaman gadanya yang membalik sepenuhnya serangan Ihsan dan membuat Ihsan terjerembab ditanah, diikuti dengan sebuah ledakan keras. Tepat setelah itu Ihsan segera kembali berdiri, kali ini dia mencoba memanjangkan khatvanga untuk mendorong Alim menjauh dimana Alim segera menghindarinya sambil menyiapkan kapak perangnya sebelum kembali meluncur kearah Ihsan untuk menyerang.
"Hmm itu kapak pemberianku waktu itu, seharusnya aku masih familiar dengan strukturnya, perang ini bukannya terjadi selama itu untuknya bisa mengembangkan data fungsi senjatanya sejauh itu, mungkin aku bisa mencoba teknik netralisasi yang dilakukan Yusuf," pikir Ihsan sembari mengaktivasi avatarnya untuk menepis kapak Alim sebelum akhirnya menangkapnya dan mencoba menggunakan teknik netralisasi senjata, sayangnya karena belum berpengalaman, efek netralisasi yang dia lakukan tidak sepenuhnya berhasil dan justru memberikan kesempatan bagi Alim untuk menyerang balik dengan komando sudharsana lalu meneruskannya dengan aktivasi avatarnya juga untuk mendorong Ihsan menjauh dan menangkap kembali kapaknya yang dibuatnya membesar untuk digunakan pada avatarnya.
"Nampaknya dia ingin mencoba teknik netralisasi, kalau sampai dia bisa melakukannya maka dia bisa melucuti semua senjataku, aku perlu sedikit lebih berhati-hati, aku tak bisa membiarkan dia berkembang terlalu jauh di pertempuran ini," pikir Alim sambil memasang kaumodaki dan nandaka pada avatarnya.
Ihsan yang menyaksikan gerakan Alim itu segera merespon balik dengan mengembangkan avatarnya dan saat itu jugalah bau busuk membumbung ke udara bersama dengan wujud mengerikan avatarnya yang mulai sepenuhnya termanifestasi. Saat itulah keduanya meluncur ke angkasa bersama dengan kedua wujud avatar mereka yang terus tumbuh dengan sangat cepat hingga akhirnya mereka mulai saling serang. Tak seperti sebelumnya kali ini Alim yang membuka serangan dengan tembakan sharanga yang segera ditepis dengan khatvanga sebelum Ihsan akhirnya kembali menggunakan pinakanya yang segera menyalakan angkasa dengan tembakan-tembakan cepatnya saat Ihsan sendiri bergerak menjauh untuk memanfaatkan kecepatan luncur proyektil pinaka yang membuatnya bisa meluncurkan panah dengan jarak yang jauh lebih panjang dalam waktu lebih singkat, sayangnya dalam versi avatar, ukurannya yang sangat besar membuat performa peningkatan kecepatan yang diberikan pinaka tak maksimal karena berat proyektil yang meningkat pesat. Alim yang menyaksikan hal ini segera memahami keadaan dan mengarahkan tembakan sharanga miliknya kearah Ihsan yang saat itu dengan cepat bisa menjebol tembakan-tembakan pinaka. Alim menyadari sepenuhnya bahwa potensi sharanga untuk menggandakan berat virtual proyektilnya akan semakin diuntungkan dengan ukuran dan berat proyektil yang ditembakkan avatarnya sehingga untuk pertama kalinya akhirnya dia bisa mendominasi Ihsan dalam baku tembak. Menyadari hal itu Ihsan segera mengubah posisinya dengan memodifikasi avatarnya agar memiliki sepasang sayap untuk melesat mengitari pertempuran sementara Alim meluncur memburunya dengan membuat sayapnya sendiri.
"Aku harusnya bisa menyusulnya, model sayapku diambil dari pengamatanku terhadap garuda sedangkan sayapnya diambil dari eksperimentasi sayap capung, seharusnya akselerasi sayapku akan jauh lebih stabil," pikir Alim sembari memacu kecepatannya.
Tak berapa lama kemudian Alim akhirnya berhasil menyusul Ihsan dan segera merobek sayap avatarnya sebelum kemudian menghantam Ihsan dengan kaumodaki lalu menembakinya dengan sharanga. Dalam keadaan terpojok itu Ihsan segera membuat eksoskeleton untuk menahan serangan Alim tanpa harus menggunakan senjatanya namun hal itu tak terlalu berpengaruh karena berat proyektil sharanga yang menakjubkan berhasil menciptakan momentum yang cukup untuk meremukkan eksoskeleton Ihsan dan akhirnya menembusnya, mengoyak avatar Ihsan yang dipaksa untuk terus melakukan regenerasi.
"Tolong Ihsan, menyerahlah saja, aku tak mau membunuhmu," pikir Alim sambil terus menembakinya meski hatinya tergerus karenanya.
Ihsan yang terpojok segera mengaktivasi deva dan saat itu juga menyebar kesadarannya keseluruh avatarnya dan dengan begitu seluruh pecahan tubuh avatarnya mendapatkan kesadaran untuk tumbuh dan membentuk ulang dirinya untuk menyerang balik Alim. Melihat hal itu Alim segera mundur dan menghentikan serangannya sementara Ihsan kembali bergerak maju membentuk semacam palu diujung khatvanga dengan teknik deva dan menghantam Alim dengannya sebelum menumbuhkan bagian-bagian tubuh avatarnya yang tercecer menjadi senjata-senjata yang terbentuk dari sel manusia.
"Kenapa kau jadi seperti ini Ihsan!??, kenapa kau melakukan semua hal menjijikkan ini, aku tak pernah berpikir kau akan melakukan semuanya sejauh ini, ini sudah terlewat batas Ihsan, kau buang kemana moralitasmu!?," teriak Alim sambil menahan serangan Ihsan.
"Yang kau bicarakan itu hanya tradisi sosial cak, bukan moral, kebaikan yang belum sempurna memang akan terlihat tak bermoral tapi ketahuilah bahwa ini adalah hasil dari penelitian untuk menyelamatkan nyawa manusia, saat ini saja kumanfaatkan sebagai senjata karena ini memang waktunya, kau jangan memahami pengetahuan hanya tentang tradisi dan peraturan saja cak, tapi juga hal-hal eksperimental yang sering disalahpahami sebagai kekacauan, transformasi itu memang berat tapi itulah kebaikan yang harus dilakukan, bahkan ketika orang lain menganggapnya gila dan tak bermoral," teriak Ihsan.
"Tapi hanya dengan peraturan dan moral manusia bisa bertahan sampai sekarang," ucap Alim.