Krak.
Langit bergemuruh dihari ke-177 dharmayudha keempat diikuti dengan retakan-retakan pada jalinan alam semesta saat tiba-tiba kubus hitam tempat Ihsan dan Alim beradu serangan retak dan energinya mulai bocor merobek-robek jagat raya.
"Apa yang sebenarnya mereka lakukan, kenapa efeknya menyebar sampai kesini," gumam Yusuf.
"Bersiaplah saja Yusuf, kita perlu melindungi yang lain," sahut Steve sembari mulai membuat dinding energi untuk melindungi semuanya.
"Harisena!!!, bertahan!," seru Lintang yang diikuti oleh seluruh tentara Harisena.
Bersamaan dengan itu kubus yang sedari tadi menahan pertempuran Ihsan dan Alim kini pecah dan isinya berhamburan di angkasa dan memperlihatkan gedung-gedung tinggi sebagai medan tempur baru mereka. Saat itu juga para tentara Harasena yang tersisa kembali bersemangat setelah kembali melihat pemimpin mereka masih berjuang dengan sekuat tenaganya.
"Hahahahahahaha."
Suara lengking tawa Ihsan mulai terdengar di penjuru medan tempur bersamaan dengan mencuatnya struktur kosmik berbentuk gedung-gedung pencakar langit dan bersamaan dengan itu sebuah benturan menggetarkan langit. Ihsan dan Alim kembali terlihat ditengah-tengah pertarungan, saling mengadu kekuatan untuk menang.
Sementara itu dari sisi bawah, Shafa menatap dengan tenang kearah Ihsan dan mulai tersenyum tipis menyaksikannya sebelum tiba-tiba air mata menggenangi pelupuk matanya dan turun membasahi pipi kemerahannya. Seketika itu dia terdiam mendengar suara lengking tawa Ihsan, menyadari bahwa sesuatu harus dia lakukan.
"Kalau kau jatuh dalam kegilaan maka aku harus menghentikanmu, Ihsan, tolong sadarlah, aku tak mau melawanmu," pikir Shafa.