"Bapak, kenapa pion gak bisa promosi jadi raja," tanya Ihsan kecil sembari bermain catur dengan Ikal.
"Menurut kamu gimana le," tanya Ikal.
"Hmmm harusnya bisa pak, kan semua orang pantas sukses," ucap Ihsan.
"Apa menurutmu raja itu orang sukses," tanya Ikal.
"Emangnya enggak pak?," tanya Ihsan.
"Nggak tau, makanya bapak nanya," ucap Ikal.
"Hmm harusnya iya sih pak, pas main catur aja kalau rajanya mati maka orangnya kalah," ucap Ihsan.
"Lalu kenapa langkah raja sedikit le," tanya Ikal.
"Eeee, iya juga, kok bisa orang sukses langkahnya kecil, kok malah menteri yang langkahnya banyak," ucap Ihsan.
"Itulah le, kamu melihatnya cuma sebagian saja, raja itu orangnya hanya satu sebagai contoh utama yang membimbing dan mengarahkan seluruh rakyatnya, ya gerakannya akan lebih sedikit tapi pemikirannya akan menjadi inspirasi, menterilah yang menerjemahkan pemikiran sang raja menjadi sebuah aturan bernegara karena itulah langkahnya paling banyak. Kadang langkah itu benar kadang langkah itu salah," ucap Ikal sembari memakan menteri Ihsan.
"Hhh kemakan lagi, lalu yang lain gimana pak," tanya Ihsan.
"Yang lain juga punya tugas yang berbeda-beda tergantung dari apa yang dikerjakannya, benteng itu menurut bapak adalah kaum pekerja, orang-orang yang menjalankan ekonomi, diawal permainan dia akan jauh dari raja tapi seorang raja yang bijak akan mendekatinya karena tanpa bimbingan seorang raja para pekerja ini akan bekerja semaunya dan tanpa pekerja maka raja takkan bisa punya sumber daya untuk diatur, lalu ada gajah, inilah tokoh intelektual, mereka adalah orang yang hebat sesuai dengan warna mereka tapi pantang bagi mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka kuasai, disinilah ada seniman dan ilmuwan, dua tokoh yang berbeda tapi punya langkah yang sama, lalu akan ada kuda, seorang pelaku militer, penjaga keamanan, penjaga ketertiban, merekalah orang-orang yang boleh bertindak diluar aturan karena patokan mereka hanyalah bagaimana negaranya bisa bertahan dari berbagai ancaman, lalu ada pion, simbol dari rakyat itu sendiri, andai kamu tau nak, rakyat yang lemah ini sesungguhnya adalah yang mengatur jalannya permainan, bagaimana caramu mengatur formasimu, bagaimana caramu mengatur bangsamu, menuliskan cita-cita bersama selaku sebuah bangsa, semuanya bergantung dari bagaimana kamu menempatkan pionmu, barulah kamu bisa memainkan kudamu, gajahmu, bentengmu, menterimu bahkan dirimu sendiri selaku raja untuk mencapai kesuksesan, hmm skakmat," ucap Ikal sambil menyelesaikan permainan dengan anaknya.
"Hmm kalah lagi, tapi pak, itu belum menjawab pertanyaanku kenapa pion tak bisa menjadi raja padahal banyak cerita tentang seorang raja yang lahir dari masyarakat biasa," ucap Ihsan sambil bersalaman dengan bapaknya.
"Pendapat bapakmu ini bisa salah, tapi yang kamu lihat dalam satu babak permainan catur adalah gambaran dari satu babak bernegara, selama babak itu berlangsung maka rajanya harus sama, dia boleh melantik pejabat pemerintahan baru, membina kaum pekerja baru, mencari tokoh intelektual baru dan menggagas sistem militer baru, idealnya dalam bernegara adalah kalau semua pion bisa mengambil posisi sebagai perwira tapi kalaupun tidak yang penting kamu bisa menang meski hanya tersisa raja dan pion, kalau rajanya sudah berganti maka babak itu kamu gagal dan harus memulai babak baru lagi, sayangnya dalam pemerintahan kamu hanya bisa bermain sekali saja sebagai raja, takkan ada kesempatan kedua karena kalau kamu gagal kamu akan mati le," ucap Ikal sembari tersenyum tenang pada Ihsan kecil.