Nataraja

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #193

Puter Kayun

Hari ke-193 dharmayudha keempat.

"Ya kanca ning isik gembira, alerap lerap banyune segara, angliyak numpak prau layar, ing dina minggu keh pariwisata..., " senandung Ihsan sambil meregenasi tangannya.

"Apa dia benar-benar serius?, mungkinkah dia benar-benar tak menganggap aku lawannya lagi, ah gak mungkin, dia panglima yang sangat ahli berstrategi, ini pasti upayanya untuk mengecohku, parashu baru saja dirusaknya dan dia sekarang sedang meregenerasi tangannya, dia sedang melemah, aku harus memanfaatkannya," pikir Alim sembari kembali mengangkat senjatanya.

Tak lama kemudian Alim melesat diikuti garuda dan shesha disaat Ihsan masih kesulitan memulihkan tangannya yang telah rusak sistem operasi energinya sehingga pilihannya hanya menghindari serangan-serangan Narayana namun Ihsan tetap harus terkena berbagai macam serangan yang dilancarkan oleh garuda dan shesha sehingga keluar juga muntahan darahnya. Saat itu meski tangannya tak berfungsi lagi tetapi badai mulai keluar dari kakinya dan menerbangkan dirinya ke alam garuda dan bertarung dengan burung penguasa langit itu sambil perlahan menyusun kembali sistem operasi energinya. Saat itulah Alim tiba untuk melayangkan tebasan nandaka yang dengan cepat coba dihindari oleh Ihsan sambil kemudian menendang tangan Alim sebelum akhirnya memulihkan sepenuhnya tangannya dan akhirnya mengarahkan tinjunya pada Alim namun garuda segera menerkamnya dan mendorongnya hingga tercebur ke samudra. Tak kehabisan akal, Ihsan segera menghembuskan suhu dingin yang segera membekukan garuda dan memerangkapnya dalam bongkahan es yang terbentuk diatas samudra meski burung itu segera kembali meningkatkan tenaganya yang membuatnya bergelora bagai matahari. Saat itu Ihsan segera berenang menjauh sambil membentuk gelembung udara di kepalanya untuk bernapas tapi dari kegelapan, bayangan mulut shesha menganga lebar untuk menelannya dimana Ihsan yang menyadarinya segera membuat banyak cangkang batuan untuk bertahan didalam perut shesha.

Tepat didalam perut shesha, Ihsan semakin memperkeras cangkang pelindungnya namun mengubahnya menjadi kaca agar bisa melihat-lihat sekitarnya. Didalam sana Ihsan mulai menyusuri perut sang naga yang terlihat selayaknya taman yang indah serta telaga-telaga beraneka warna didalamnya.

"Hhh ananta shesha, kabar burung tentangnya ternyata nyata, ini sangat berbeda dengan gua raksasa yang berisi halahala saat aku bersembunyi didalam vasuki, kau memang manusia yang mulia cak sampai binatang seperti ini bisa mengikutimu, pantas saja taman sriwedari tumbuh dengan indah disekitar keratonmu, disana Sri Narayani menanam banyak padi, berbagai macam buah, sayur, tanaman obat dan juga bunga untuk menyelinginya, tempat indah itu, aku ingin mengunjunginya lagi, taman yang menyimpan bibit-bibit unggul bagi para petani untuk menghidupi diri, dulu kau tak mendesainnya agar indah tapi sentuhan tangan Narayani membuatnya penuh dengan warna, hmm mungkin memang benar kalau wanita memang lebih pintar menyelipkan keindahan, dalam waktu singkat saja Shafa sudah bisa membuat tamansari nusantara penuh dengan warna, wilayah kepulauan yang menjadi tempatku menebar hasil eksperimenku bisa dibuat indah olehnya, mungkin tanpanya tempat itu hanya akan menjadi Dunia yang penuh dengan monster, ah kurasa sudah waktunya keluar, uap ini mulai memabukkanku," pikir Ihsan sebelum berjalan menyusuri leher shesha.

Tepat setelah Ihsan mencapai mulutnya Ihsan langsung memanjangkan khatvanga untuk membuka rahang shesha yang bersamaan dengan terbukanya rahang itu, air laut segera masuk membanjirinya disaat Ihsan dengan cepat melesat keluar menuju Alim.

Lihat selengkapnya