Nataraja

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #199

Sigarane Nyawa

"Hentikan Ihsan!!, coba pikirkan lagi apa yang telah dia lakukan untukmu, kau juga sudah menang Ihsan, tak ada untungnya bagimu untuk melenyapkan orang yang sangat kau sayangi, ingatlah perkataanmu, kau ingin menikahinya setelah perang ini bukan," seru Alim sembari mencoba membelokkan arah serangan Ihsan.

"Jadi kau berencana melamarku setelah perang ini Ihsan, mungkin aku memang tak pantas untukmu, semoga setelah ini kau menemukan pendamping yang lebih baik dariku," pikir Shafa.

"Tapi pengkhianatan sebesar ini tak bisa dibiarkan begitu saja, musuh bisa menjadi kawan tapi pengkhianat takkan paham apa bedanya kawan atau lawan, dia hanya akan terus-menerus berpindah-pindah mencari keuntungan baginya," ucap Ihsan.

"Ingat apa yang pernah dia lakukan untukmu, perang ini takkan pernah kau menangkan kalau bukan karena dia membantumu sepenuh hati untuk membangun negerimu," ucap Yusuf.

"Itulah amalannya, semoga itu cukup untuk membuatnya bahagia disana tapi aku tak bisa membiarkan pengkhianat sepertinya mengacaukan tugasku untuk memimpin kalian semua, biar saja aku jadi pendosa, aku tak sanggup mempertaruhkan Dunia," seru Ihsan yang berlinang air mata.

Menyadari bahwa Ihsan benar-benar berniat untuk mengakhiri nyawa Shafa, Alim dengan sekuat tenaga mengubah arah tembak bholenath sementara Akhmad akhirnya tiba menyelamatkan putrinya dari tembakan mematikan bholenath.

"Apa yang kau lakukan pada putriku, dia sudah mengakui kemenanganmu, bahkan kalau dia musuhmu kau harus sadar bahwa setelah perang berakhir dia adalah rakyatmu juga yang harus kau lindungi," teriak Akhmad sambil memeluk erat putrinya yang meringkuk ketakutan.

"Coba pikirkan lagi Ihsan, apa saja yang dia lakukan untukmu, waktumu berdua dengannya, apa kau tega melukainya, apa hatimu tak akan terluka karenanya," ucap Steve sembari memegangi Ihsan.

"Jangan kau termakan logikamu Ihsan, kali ini kumohon kau turuti perasaanmu," pinta Lintang.

"Diam kalian," ucap Ihsan seraya menghempaskan mereka.

"Jangan kau sentuh anakku, hentikanlah langkahmu Mahadewa," teriak Akhmad sambil menyalakan tinju magmanya.

"Aku takkan menyentuhnya ayah, tolong pergilah," ucap Ihsan seraya memisahkan keduanya dengan telekinesis.

Tepat setelah itu ditahannya Shafa ditanah dengan telekinesisnya dan perlahan Ihsan mulai meremukkannya.

"Inilah hukuman dari pengkhianatan," ucap Ihsan sembari perlahan meningkatkan tekanan energinya.

"Cukup nak, jangan kau siksa putriku, sebagai gantinya ambil saja nyawaku, aku tak sanggup melihat ibunya kalau dia mati, sudah cukup aku kehilangan satu putraku," pinta Akhmad.

"Jangan ayah, ini kesalahanku, jangan kau tanggung akibat dari kesalahanku, tolong sampaikan maafku pada ibu," ucap Shafa lirih.

"Berhenti bilang yang aneh-aneh kau nak, ibumu bisa gila mendengarnya. Mahadewa, tolong maafkan dia, aku berjanji akan mendidiknya lebih baik lagi, aku janji dia akan jadi wargamu yang baik, jangan sakiti dia, biar kuawasi dia," ucap Akhmad.

"Tapi ayah," ucap Shafa.

"Diam kau Shafa, bisakah kau mendengarkan ayah kali ini, diamlah, jangan kau kacaukan lagi semuanya. Prabhu, kumohon padamu, ampuni putriku, ampuni dia, hamba yang salah dalam mendidiknya, hamba berjanji akan lebih tegas lagi mengarahkan tingkah lakunya, hamba bersedia menjadi abdimu, ambil saja harta hamba, ambil semuanya tapi tolong ampuni putri hamba," pinta Akhmad seraya bersujud didepan Ihsan.

Lihat selengkapnya