Nataraja

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #200

Griya

Selasa, 29 Juli 2014, dini hari. Puluhan vimana membelah awan untuk akhirnya mendarat di lapangan udara keraton Suralaya.

"Pak Anas, tolong sediakan aku ruang diskusi dengan saudara-saudaraku, ada yang ingin kubahas," ucap Ihsan.

"Baik Prabhu," ucap Anas sebelum menjalankan tugasnya.

Dengan cepat Anas bergegas berangkat dari vimana menuju keraton sementara Ihsan turun bersama para punggawanya dan berjalan kaki menuju rumahnya itu. Tepat di belakang Ihsan ada barisan keempat saudaranya yang diikuti lagi dengan keenam mahamaharathi lainnya lalu disusul oleh berpuluh-puluh punggawa perang dengan berbagai rupanya.

Segera setelah kedatangan mereka, orang-orang yang tinggal di sekitar keraton segera terbangun menyaksikan sayup-sayup kedatangan sang Prabhu yang tiba dengan selamat dan pasukan yang berada di belakangnya. Mereka segera menyadari bahwa dharmayudha keempat sudah berakhir dan kemudian berbondong-bondong keluar rumah untuk menyambut kedatangan sang Prabhu. Senyum warga segera terlihat menghiasi jalan diikuti dengan taburan bunga yang menutupi langkah mereka semua menuju keraton Suralaya dan juga anak-anak kecil yang tiba untuk menyambut mereka semua, berjajar membuka jalan luas bagi mereka dan mengosongkannya dari lalu lalang kendaraan.

"Apa yang kau lakukan sebenarnya Ihsan, kenapa semua orang menyambutmu meski mereka seharusnya tak tau kau akan datang," tanya Alim.

"Entahlah cak, aku juga tidak tau, mungkin itu karena mereka memang menanam bunga di pekarangan rumah mereka," ucap Ihsan dengan senyum lembutnya.

"Begitu ya, apa yang harus kita lakukan setelah ini," tanya Alim.

"Kita bicarakan itu nanti didalam ruangan," ucap Ihsan.

Saat itu perlahan mereka menyusuri jalan sampai akhirnya tiba di gapura keraton Suralaya yang begitu besar dan nampak langsung dihadapan mereka kompleks keraton Suralaya yang ditutup hutan bambu eraka serta sungai buatan berisi ikan-ikan tempat orang memancing baik abdi dalem maupun warga sekitar, beberapa bahkan masih belum menepi dan masih saling bercengkerama diatas perahu-perahu kecil mereka seraya memberi hormat pada tuannya.

"Aku agak rindu dengan tembok-tembok tanaman bambu dan parit penuh ikan ini, aku perlu mengakui kau memang cerdas untuk mendesain tembok pengamanan keratonmu," ucap Yusuf.

"Hhh aku awalnya tidak berniat membatasi wilayah keraton dan warga tapi memang perlu pengamanan jadi kami menanam hutan bambu eraka yang juga berfungsi sebagai penghasil bahan-bahan pembangunan keraton, setelah ini mungkin akan ada beberapa rumah yang harus kami beli untuk perluasan," ucap Ihsan.

"Eh memangnya wargamu akan setuju rumah mereka digusur," tanya Steve.

"Digusur?, nggak kok mas, mereka yang tinggal di wilayah sekitar keraton adalah calon-calon abdi dalem yang sedang dilatih untuk jadi penduduk keraton, nanti kalau mereka sudah siap maka satu lingkar wilayah yang dibatasi sungai akan dibangun menjadi kompleks keraton dimana nantinya mereka bebas berlalu-lalang didalamnya dan tinggal bersama sebagai keluarga besar keraton Suralaya," ucap Ihsan.

"Owh, begitu," ucap Steve.

"Hhh kukira keraton ini tidak aman ternyata mereka calon abdi dalem, eh lalu kau menerima mereka meskipun mereka berkeluarga dan punya anak," tanya Lintang.

"Iya, toh akan bagus kalau ada anak-anak untuk meramaikan keraton dan belajar di dalamnya, kami memang buka keraton ini sebagai institusi untuk warga juga, kadang abdi dalem juga akan keluar untuk mengajar mereka jika belum tergabung dalam kompleks keraton, ah akhirnya gerbangnya terbuka," ucap Ihsan.

Saat itu akhirnya gerbang keraton terbuka lebar menunjukkan para abdi yang berjejer menyambut kedatangan Ihsan yang saat itu tersenyum lebar menyaksikan kedua orang tuanya menunggu tepat didepan struktur utama keraton Suralaya yang merupakan tempatnya tinggal. Segera Ihsan mempercepat langkahnya dan mulai berlari menuju pelukan hangat ibunya yang sudah lama khawatir dengan keadaannya.

"Kamu ngapain aja le, kok lama banget," ucap sang ibunda yang masih belum diberitahukan akan peperangan.

"Buk, aku bakal bilang nanti, sekarang biarkan yang lain buat masuk," ucap Ihsan.

Lihat selengkapnya