"Prabhu, izin bicara," ucap Kusuma.
"Silahkan," balas Ihsan.
"Sebenarnya begini Prabhu, mara uang ini nampaknya sangat mudah terdampak inflasi," ucap Kusuma.
"Bagaimana maksudmu, tolong jelaskan," ucap Ihsan.
"Baiklah. Seperti yang sebelumnya dijelaskan, mekanisme dari shangkarastra ini mengikuti rantai logaritmik per kenaikan tingkatan koin, dimana dari keenam warna koin hanya ada satu koin yang memiliki nilai pasti dan kebetulan itu adalah mata rantai pembuka dari koin ini, masalahnya disini akan terletak pada ketersediaan dan permintaan Prabhu, dimana kelima koin yang ada setelah koin merah akan seiring waktu menjadi sangat langka, ini bisa menimbulkan kenaikan harga relatif terhadap koin merah menjadi sangat tinggi, kalau dalam mata uang lama seperti ziz yang kukembangkan maka akan terjadi mekanisme antara kenaikan jumlah barang atau jumlah mata uang, semakin banyak jumlah barang semakin tinggi nilai tukar mata uang, semakin sedikit maka akan semakin kecil dalam kasus ziz nilai tukarnya turun dari yang dulu seharga 10g emas menjadi 1kg sagu, ini juga akan terjadi pada shangkarastra, bedanya adalah karena mekanisme penghasilan pangan setiap hari dan penetapan nilai tukar basisnya maka akan dipastikan akan terjadi lonjakan nilai tukar dari kelima koin lainnya, apalagi koin hijau yang merupakan koin keenam, fluktuasinya akan sangat besar Prabhu, bisa jadi nilai tukarnya akan segera membuat perdagangan kolaps, aku ingin meminta tolong agar kita bisa menentukan metode untuk mengkalibrasi ulang nilai koin-koin ini yang tidak sepenuhnya terpaut dengan nilai koin merah itu sendiri, mungkin itu saja terimakasih," ucap Kusuma.
"Lonjakan nilai koin ya, bagaimana cara mengatasinya ya, apakah pada diskusi ini ada yang bisa mengajukan cara untuk menstabilkan nilai kelima koin lainnya," tanya Ihsan.
Seketika itu mereka termenung sejenak, bertanya-tanya tentang jawaban yang sesuai untuk mengatasi fluktuasi harga yang bisa dibilang cukup besar dari koin-koin shangkarastra sampai akhirnya sebuah suara memecah keheningan.
"Aku ada gambaran," ucap Alim sambil menaiki panggung.
"Oh silahkan Jagadeshwara," ucap Ihsan sambil mundur dari panggung mempersilahkan Alim untuk menjelaskan.
"Ehm, baiklah, jadi mungkin kita bisa mengatasi masalah ini dengan model sederhana untuk membatasi fungsi tukar masing-masing koin, setiap perbedaan warna harus dibedakan fungsi tukarnya, semisal koin merah berfungsi untuk membeli kebutuhan sehari-hari lalu koin ungu akan kita pakai untuk kebutuhan situasional, mungkin seperti itu, aku belum bisa memetakan sepenuhnya pembagian nilai tukarnya tapi aku sarankan untuk hal-hal yang jarang untuk ditransaksikan untuk berada di fase koin yang juga jarang untuk beredar," ucap Alim.
"Umm bagaimana caranya membahas penggunaan akan mencegah inflasi," tanya Ihsan.
"Itulah Prabhu, jadi begini, pendekatannya akan mirip dengan bagaimana dirimu mengatur mekanisme koin merah yang secara spesifik akan mentargetkan gabah sebagai penentu nilai tukarnya yang lain juga sama, kita batasi daya tukar satu jenis warna koin ke satu bidang saja jadi begitu nilai koinnya melambung maka kita bisa tingkatkan jumlah barang yang menjadi target tukarnya sehingga nilai barangnya turun, ini juga akan dibantu dengan keberadaan mata uang nasional yang sudah ada untuk membantu kita mengkalibrasi ulang nilai tukar masing-masing koin meskipun inflasi memang pasti tapi setidaknya dengan begini kita akan memperlambat laju inflasi," jelas Alim.
"Tunggu dulu, kalau begitu kita akan membatasi nilai tukarnya, bagaimana kalau ada kebutuhan mendadak dan koin yang berkaitan terbatas," ucap Ihsan.