Nataraja

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #211

Chakravarthy

Minggu, 3 Agustus 2014, dini hari.

"Sedang apa kau Prabhu," ucap Gifar sembari mendekati Ihsan yang saat itu merenung di pendopo keraton ditemani beberapa potong pisang bakar dan segelas kopi hitam.

"Entahlah tuan, aku merasa ada yang hilang saja, ada apa dirimu kemari, bukankah yang lain sedang bersiap untuk pelantikan," tanya Ihsan.

"Aku begini saja, sesekali aku juga ingin bicara berdua denganmu, terakhir kali kita melakukan ini setelah kehancuran ibukota pertamamu ditanganku, maafkan aku untuk itu," ucap Gifar.

"Itu sudah setahun lalu, semuanya sudah baik-baik saja sekarang," ucap Ihsan sambil menuangkan kopi untuk Gifar.

"Andai saja hal itu tidak terjadi mungkin saja dharmayudha takkan pecah, aku mohon maaf padamu untuk semua hal yang kulakukan, sifat keras kepalaku sudah menyebabkan kerusakan yang sungguh besar pada Dunia," ucap Gifar sembari membungkukkan dirinya dihadapan Ihsan.

"Berhentilah berandai-andai tuan Gifar, sesuatu yang sudah terjadi takkan pernah bisa kita ubah lagi, kesempatan kita hanya ada dimasa sekarang untuk mempersiapkan setiap rencana menuju masa depan yang lebih indah, aku juga sudah memaafkanmu," ucap Ihsan.

"Itu benar, tapi aku tetap harus melakukan sesuatu untuk menebus kesalahanku padamu, bukan hanya untuk maafmu, tapi hanya agar hatiku tenang," ucap Gifar.

"Lakukan saja tugasmu nanti dengan baik, buatlah Dunia yang indah dengan imajinasimu, aku ingin melihat seni yang indah itu dengan mataku, entah dengan membaca bait-baitnya, meraba bentuknya, mendengar iramanya, melihat setiap warnanya, mencium baunya atau mungkin mencicipi rasanya," ucap Ihsan dengan pandangan kosong.

"Nampaknya pandanganmu mengarah ke tempat yang sangat jauh, bukankah itu arah Sahasradwipa, tanah kelahiranmu, tempatmu tumbuh dan mungkin tempat keratonmu yang sebenarnya," ucap Gifar.

"Apa maksudmu," ucap Ihsan.

"Aku hanya penasaran saja, dimana keratonmu sebenarnya, bangunan besar ini atau senyuman kecil yang berada di ujung pandanganmu," ucap Gifar.

"Aku juga tidak tau, kenapa kau bertanya padaku, aku juga tidak tau," gumam Ihsan sambil memejamkan matanya.

"Ihsan, makan dulu," sebuah suara lembut kembali bergema didalam pikiran Ihsan yang membuat matanya terbuka.

"Nampaknya keratonmu memang berada jauh diujung pandangmu, aku bisa membantumu mencari jalan untuk mengembalikan kehormatannya dan kembali bisa jadi ratumu," ucap Gifar.

"Bagaimana caranya, katakan padaku bagaimana caranya," ucap Ihsan.

"Mencari cara untuk memaafkan pengkhianatan adalah hal yang sulit tapi aku bisa mencoba, anggap saja ini permintaan maafku padamu," ucap Gifar.

Lihat selengkapnya