Jum'at, 15 agustus 2014, Garudapura malam hari.
"Hufff, huffff, mau sampai kapan mereka terus berdatangan, bau mayat mereka menodai pemberianmu Ihsan," gumam Shafa yang saat itu masih bermandikan darah diatas puranya.
"Shafa!!!, mau sampai kapan kau disitu!, cepat bersihkan dirimu, ibu menunggu," teriak Rafi.
"Iya Rafi, sebentar," sahut Shafa sembari berjalan turun.
...
Seusai makan Shafa terlihat kembali mengawasi puranya dari kejauhan, mengingat semua hadiah yang dia kumpulkan didalamnya sebelum kemudian menatap kalung merah berbentuk hati yang menggantung dilehernya.
"Mungkin aku memang perlu bergerak, isi pura ini cepat atau lambat akan habis juga kalau para penjarah itu terus berdatangan, aku perlu mengambil hadiah-hadiah penting dari Ihsan dan menjual sisanya," pikir Shafa sebelum memasuki puranya.
Didalam sana Shafa segera mengeluarkan beberapa kotak untuk mengecilkan dan menyimpan semua harta pemberian Ihsan untuk nanti dia simpan dikamarnya, sebelum akhirnya dia memutuskan untuk memfoto barang-barang lainnya dan dengan berat hati melelangnya sebelum kemudian mengamankan barang-barang lelangan itu dalam kotak-kotak lain menyisakan sebuah pura besar yang sudah dikosongkan. Tepat setelah itu Shafa berjalan kembali ke rumahnya dengan wajah getir.
"Sayang, kenapa kamu menjual barang-barang berhargamu," tanya Rani yang menunggunya di ambang pintu.
"Aku sudah tidak sanggup menjaganya bu, aku sudah simpan beberapa yang layak dijaga, setelah ini aku mau mulai beraktivitas lagi, mungkin jadi juru masak akan menyenangkan," ucap Shafa lirih.
"Kamu yakin nak," tanya Rani.
"Iya bu, aku akan mulai membuat surat lamaran kerjanya," ucap Shafa.
"Kerja!?, tahan dulu Shafa, kau mau kerja didapur!?, kau gak mau langsung buka usaha sendiri saja!?, kau ada banyak uang untuk itu," tanya Rafa.
"Niatnya nanti begitu, tapi untuk sementara aku perlu kerja dulu agar paham kultur bisnis restoran," ucap Shafa.
"Tapi kau nanti akan banyak diganggu, kau yakin mau kerja dengan wajahmu yang secantik itu," tanya Rafa.
"Itu sudah resiko mas, aku tau ada kemungkinan bahwa aku akan mendapatkan beberapa pelecehan selama kerja tapi aku mengerti batasannya kok, kalau sudah terlampau batas aku akan melindungi diriku," ucap Shafa.
"Kau hanya akan membunuh banyak orang disana," ucap Rafa.
"Ah udahlah mas, aku temani saja dia dulu," ucap Rafi.
"Tapi kau kan gaada pengalaman kerja di dapur Rafi," ucap Shafa.
"Udahlah daripada lihat ibu kuatir terus mending aku ikutan kerja sama kamu, toh aku masih bisa bekerja digudang penyimpanan," ucap Rafi.
"Lalu gimana dengan kerjaanmu," ucap Shafa.
"Aku pilot Shafa, gak akan banyak perbedaan menerbangkan pesawat komersial dan pengantar barang. Ah udahlah yang penting kamu aman dulu," ucap Rafi.
"Tapi Rafi," ucap Shafa.
"Shafa!!, dengarkan saja Rafi untuk sekarang, menjagamu itu bukan hal sepele, kamu paham sendiri kan kalau wajahmu itu anugrah yang bisa membawa petaka, biarkan saja Rafi menjagamu untuk sekarang, ayah akan pikirkan jalan lain untuk karirnya," bentak Akhmad.
"Iya ayah," ucap Shafa.